Padang (ANTARA) - Ekonom Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Dr Unggul Heriqbaldi menilai dalam empat tahun terakhir ekonomi Indonesia membaik di tengah tantangan yang cukup berat.

"Pembangunan ekonomi tujuannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimensinya banyak, mengacu kepada data Badan Pusat Statistik bisa dilihat secara objektif ada perbaikan," kata dia di Padang, Sabtu.

Ia menyampaikan hal itu pada Seminar Nasional dengan tema Berselancar di Atas Ombak Inovasi Kunci Menuju Indonesia Sejahtera menghadirkan pembicara staf khusus presiden bidang ekonomi Ahmad Erani Yustika, Ekonom CSIS Dr Fajar B Hirawan, Ekonom Universitas Andalas Prof Werry Darta dan
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Baiturahmah Dr Yandi Sukri.

Menurut dia ekonomi Indonesia amat bergantung atau berbasis pada komoditas ekspor dan di tengah harga yang masih fluktuatif serta permintaan global yang tak begitu baik.

"Ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh di atas lima persen, tentu saja selain mampu tumbuh juga bisa dilihat kualitas pertumbuhannya seperti terjadinya penurunan angka kemiskinan," kata dia.

Jadi, kata dia, kalau ada pertanyaan apakah saat ini arah ekonomi Indonesia berada di jalur yang tepat jawabannya sudah berada di jalan yang benar.
Terkait dengan adanya kritik sejumlah pihak yang menyatakan saat ini kondisi masyarakat sulit ia mengatakan dimensi kesejahteraan itu beragam.

"Kalau mau melihat dari sisi aset maka ketimpangan saat ini masih cukup tinggi karena satu persen pemilik aset di Indonesia menguasai lebih dari 40 persen aset," kata dia.

Ia melihat ketimpangan terjadi karena pertumbuhan tidak berorientasi pada kualitas karena pada era orde baru ekonomi pernah tumbuh hingga tujuh persen namun terdapat sejumlah kelemahan seperti tidak diikuti pengurangan kemiskinan.

Berikutnya terkait persoalan utang ia melihat pembangunan ekonomi di Indonesia dengan target pertumbuhan lima persen perlu investasi.

Pada tahun depan, tambahnya, Indonesia membutuhkan investasi sebesar Rp5.500 triliun dan dana yang ada dalam negeri tidak cukup, kalau tetap pakai dana dalam negeri konsekuensinya ekonomi tumbuh lebih rendah.

"Oleh sebab itu utang jangan dipandang sebagai beban selama penggunaanya produktif dan masyarakat mari awasi bersama," katanya.


Baca juga: BI: Konsumsi masyarakat tinggi dorong optimisme pertumbuhan ekonomi
Baca juga: Menperin optimistis ekonomi Indonesia semakin kuat