Olimpiade "kitab kuning" se-Jatim diikuti 200 santri
30 Maret 2019 16:47 WIB
Peserta saat mengikuti Olimpiade "kitab kuning" yang diselenggarakan oleh Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Jawa Timur di Pondok Pesantren Lirboyo HM Al-Mahrusiyah, Kota Kediri, Jatim, Sabtu (30/3/2019). (FOTO ANTARA/HO-Antara Jatim/ Asmaul Chusna)
Kediri (ANTARA) - Sebanyak 200 orang santri putra dan putri dari berbagai pondok pesantren se-Jawa Timur, mengikuti kegiatan Olimpiade kitab kuning yang diselenggarakan oleh Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Jatim di Pondok Pesantren Lirboyo HM Al-Mahrusiyah, Kota Kediri.
"Kegiatan ini sengaja kami selenggarakan dengan harapan mempererat jalinan silaturahmi dengan pengurus RMI se-Jatim sekaligus ingin menunjukkan bahwa kitab kuning, kitab salaf ini juga menjawab kebutuhan sehari-hari. Jadi, di kitab kuning ini semua ada," kata Wakil Ketua RMI Jatim KH Melvien Zainul Asyiqien di Kediri, Sabtu.
Ia mengatakan, kegiatan ini diikuti perwakilan dari pondok pesantren se-Jatim, yang terdiri atas santri putra dan putri. Setiap kelompok santri baik putra dan putri akan membaca kitab kuning sekaligus memberi makna yang juga disesuaikan dengan masalah zaman sekarang.
"Santri membaca, memberi makna, tapi ada nilai lebihnya yakni bagian tema. Kami sesuaikan dengan kekinian, artinya kendati kitab ini sudah berumur ratusan tahun yang lalu dikarang para ulama, kitab ini tidak ketinggalam zaman menghadapi permasalahan di dunia," kata pria yang juga pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo HM Al-Mahrusiyah, Kota Kediri tersebut.
Untuk kitab yang dibaca, Gus Iing, sapaan akrabnya, mengatakan adalah Fathul Qorib dalam hukum Islam dan Bulughul Maram. Kitab itu juga selalu dikaji di pondok pesantren.
Para peserta diuji oleh panelis yang sudah siap dalam Olimpiade tersebut. Para panelis juga sosok yang sangat paham dengan isi kitab tersebut, sehingga akan menguji kemampuan para peserta.
Ia sangat berharap, para peserta juga akan semakin paham dengan isi kitab yang dijadikan rujukan dalam Olimpiade itu.
Terlebih lagi, dikaitkan dengan isu kekinian, sehingga para santri lebih memahami bagaimana mengatasi masalah jual beli lewat daring, hukum indeks saham dan berbagai masalah saat ini.
Pihaknya menambahkan, kegiatan ini baru dilakukan oleh RMI tahun ini, sebelumnya belum. Untuk itu, ke depan diharapkan bisa diselenggarakan lagi dengan jumlah peserta yang semakin banyak.
Qoda, salah seorang peserta asal putri asal pondok pesantren di Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri mengaku belum lama menyiapkan diri untuk menghadapi Olimpiade ini. Ia sangat senang ikut acara ini, sebab bertemu dengan banyak santri putri dari berbagai pondok di Jatim.
"Saya sebelumnya mempersiapkan diri dengan belajar, musyawarah. Saya juga bertemu dengan banyak santri putri lainnya, mereka dari jauh-jauh jadi senang saja," kata perempuan yang juga masih menempuh pendidikan di IAIN Kediri tersebut.
Baca juga: Sleman rutin gelar Olimpiade Kitab Kuning
Baca juga: Menag : MQK merupakan olimpiadenya pondok pesantren
Baca juga: PKS Surabaya hidupkan tradisi baca kitab kuning
"Kegiatan ini sengaja kami selenggarakan dengan harapan mempererat jalinan silaturahmi dengan pengurus RMI se-Jatim sekaligus ingin menunjukkan bahwa kitab kuning, kitab salaf ini juga menjawab kebutuhan sehari-hari. Jadi, di kitab kuning ini semua ada," kata Wakil Ketua RMI Jatim KH Melvien Zainul Asyiqien di Kediri, Sabtu.
Ia mengatakan, kegiatan ini diikuti perwakilan dari pondok pesantren se-Jatim, yang terdiri atas santri putra dan putri. Setiap kelompok santri baik putra dan putri akan membaca kitab kuning sekaligus memberi makna yang juga disesuaikan dengan masalah zaman sekarang.
"Santri membaca, memberi makna, tapi ada nilai lebihnya yakni bagian tema. Kami sesuaikan dengan kekinian, artinya kendati kitab ini sudah berumur ratusan tahun yang lalu dikarang para ulama, kitab ini tidak ketinggalam zaman menghadapi permasalahan di dunia," kata pria yang juga pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo HM Al-Mahrusiyah, Kota Kediri tersebut.
Untuk kitab yang dibaca, Gus Iing, sapaan akrabnya, mengatakan adalah Fathul Qorib dalam hukum Islam dan Bulughul Maram. Kitab itu juga selalu dikaji di pondok pesantren.
Para peserta diuji oleh panelis yang sudah siap dalam Olimpiade tersebut. Para panelis juga sosok yang sangat paham dengan isi kitab tersebut, sehingga akan menguji kemampuan para peserta.
Ia sangat berharap, para peserta juga akan semakin paham dengan isi kitab yang dijadikan rujukan dalam Olimpiade itu.
Terlebih lagi, dikaitkan dengan isu kekinian, sehingga para santri lebih memahami bagaimana mengatasi masalah jual beli lewat daring, hukum indeks saham dan berbagai masalah saat ini.
Pihaknya menambahkan, kegiatan ini baru dilakukan oleh RMI tahun ini, sebelumnya belum. Untuk itu, ke depan diharapkan bisa diselenggarakan lagi dengan jumlah peserta yang semakin banyak.
Qoda, salah seorang peserta asal putri asal pondok pesantren di Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri mengaku belum lama menyiapkan diri untuk menghadapi Olimpiade ini. Ia sangat senang ikut acara ini, sebab bertemu dengan banyak santri putri dari berbagai pondok di Jatim.
"Saya sebelumnya mempersiapkan diri dengan belajar, musyawarah. Saya juga bertemu dengan banyak santri putri lainnya, mereka dari jauh-jauh jadi senang saja," kata perempuan yang juga masih menempuh pendidikan di IAIN Kediri tersebut.
Baca juga: Sleman rutin gelar Olimpiade Kitab Kuning
Baca juga: Menag : MQK merupakan olimpiadenya pondok pesantren
Baca juga: PKS Surabaya hidupkan tradisi baca kitab kuning
Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: