Badan Restorasi Gambut revitalisasi lahan bekas terbakar
30 Maret 2019 16:13 WIB
Tim Badan Restorasi Gambut melihat sekat kanal untuk menjaga kelembaban lahan gambut di Desa Lukun, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. (Antaranews Kepri/Messa Haris)
Pekanbaru (ANTARA) - Badan Restorasi Gambut (BRG) melakukan upaya revitalisasi lahan gambut bekas terbakar di kawasan konservasi Taman Wisata Alam Sungai Dumai, Kota Dumai, Provinsi Riau, sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat setempat melalui budidaya komoditas nanas di lahan seluas 20 hektare.
Kepala Kelompok Kerja Restorasi Gambut Wilayah Sumatera, Soesilo Indrarto kepada Antara di Pekanbaru, Sabtu, menjelaskan dalam upaya pemulihan gambut rusak bekas terbakar, BRG melakukan upaya revegetasi dan revitalisasi.
Revegetasi adalah program pemulihan gambut bekas terbakar dengan reboisasi atau menanam ulang lahan gambut dengan tanaman keras, seperti Meranti, Jati, Jeluton dan lainnya. Sementara, revitalisasi merupakan kegiatan budidaya tanaman cepat menghasilkan, seperti nanas yang dilakukan di Kota Dumai.
"Salah satu program dari BRG ada melakukan revitalisasi dengan melibatkan masyarakat dalam pemulihan gambut. Melalui revitalisasi, kita membantu masyarakat membudidayakan nanas di TWA Sungai Dumai untuk meningkatkan ekonomi," kata Soesilo.
Ia menjelaskan TWA Sungai Dumai yang berada di Kelurahan Mundam, Kecamatan Medang Kampai menjadi salah satu areal yang luluh lantak dihajar kebakaran pada 2017 silam. Setelah berhasil diatasi, BRG mengambil langkah pemulihan gambut yang rusak akibat bekas terbakar.
Pembangunan Infrastruktur Pembasahan Gambut (PIPG) dimulai dengan membangun sejumlah sekat kanal. Mulai dari pembangunan "canal blocking" tersebut. Ia mengatakan BRG telah melibatkan masyarakat yang tinggal di sekitar areal tersebut.
Kemudian, katanya, upaya pemulihan gambut terbakar dilanjutkan dengan revegetasi dengan penanaman tanaman hutan. Selain itu, dia menjelaskan BRG juga mengajak masyarakat untuk membudidayakan tanaman nanas disela-sela tanaman hutan yang membutuhkan waktu minimal lima tahun sebelum tumbuh besar.
"Karena hubungannya dengan manusia juga, BRG melalukan revitalisasi ekonomi. Disinilah tempatnya, lahan konservasi. Jadi revegetasi dan revitalisasi ekonomi secara bersamaan. Revegetasi, mengembalikan penutupan lahan, dan revitalisasi peningkatan ekonomi," urainya.
Ketua Kelompok Masyarakat Pokmas Mundam Jaya III Idam Djarto mengakui bahwa program BRG dalam pemulihan gambut dan melibatkan masyarakat sekitar dengan mendorong budidaya nenas sangat membantu peningkatan ekonomi. Djarot menjelaskan 2017 lahan tersebut terbakar hingga puluhan hektare.
Bahkan, kebakaran tersebut beberapa kali mengancam pemukiman warga, yang berbatasan langsung dengan hutan konservasi. Akan tetapi, situasi berbeda dirasakan masyarakat, yang bahkan menurut dia membantu warga memperoleh sumber pendapatan baru.
"Saat ini sudah ada 70 warga yang merasakan manfaat langsung. Kita memiliki sumber pendapatan baru," ujarnya. Ia mengatakan setelah setahun berjalan, tanaman nanas yang dibudidayakan masyarakat akan memasuki masa panen.
Kepala Kelompok Kerja Restorasi Gambut Wilayah Sumatera, Soesilo Indrarto kepada Antara di Pekanbaru, Sabtu, menjelaskan dalam upaya pemulihan gambut rusak bekas terbakar, BRG melakukan upaya revegetasi dan revitalisasi.
Revegetasi adalah program pemulihan gambut bekas terbakar dengan reboisasi atau menanam ulang lahan gambut dengan tanaman keras, seperti Meranti, Jati, Jeluton dan lainnya. Sementara, revitalisasi merupakan kegiatan budidaya tanaman cepat menghasilkan, seperti nanas yang dilakukan di Kota Dumai.
"Salah satu program dari BRG ada melakukan revitalisasi dengan melibatkan masyarakat dalam pemulihan gambut. Melalui revitalisasi, kita membantu masyarakat membudidayakan nanas di TWA Sungai Dumai untuk meningkatkan ekonomi," kata Soesilo.
Ia menjelaskan TWA Sungai Dumai yang berada di Kelurahan Mundam, Kecamatan Medang Kampai menjadi salah satu areal yang luluh lantak dihajar kebakaran pada 2017 silam. Setelah berhasil diatasi, BRG mengambil langkah pemulihan gambut yang rusak akibat bekas terbakar.
Pembangunan Infrastruktur Pembasahan Gambut (PIPG) dimulai dengan membangun sejumlah sekat kanal. Mulai dari pembangunan "canal blocking" tersebut. Ia mengatakan BRG telah melibatkan masyarakat yang tinggal di sekitar areal tersebut.
Kemudian, katanya, upaya pemulihan gambut terbakar dilanjutkan dengan revegetasi dengan penanaman tanaman hutan. Selain itu, dia menjelaskan BRG juga mengajak masyarakat untuk membudidayakan tanaman nanas disela-sela tanaman hutan yang membutuhkan waktu minimal lima tahun sebelum tumbuh besar.
"Karena hubungannya dengan manusia juga, BRG melalukan revitalisasi ekonomi. Disinilah tempatnya, lahan konservasi. Jadi revegetasi dan revitalisasi ekonomi secara bersamaan. Revegetasi, mengembalikan penutupan lahan, dan revitalisasi peningkatan ekonomi," urainya.
Ketua Kelompok Masyarakat Pokmas Mundam Jaya III Idam Djarto mengakui bahwa program BRG dalam pemulihan gambut dan melibatkan masyarakat sekitar dengan mendorong budidaya nenas sangat membantu peningkatan ekonomi. Djarot menjelaskan 2017 lahan tersebut terbakar hingga puluhan hektare.
Bahkan, kebakaran tersebut beberapa kali mengancam pemukiman warga, yang berbatasan langsung dengan hutan konservasi. Akan tetapi, situasi berbeda dirasakan masyarakat, yang bahkan menurut dia membantu warga memperoleh sumber pendapatan baru.
"Saat ini sudah ada 70 warga yang merasakan manfaat langsung. Kita memiliki sumber pendapatan baru," ujarnya. Ia mengatakan setelah setahun berjalan, tanaman nanas yang dibudidayakan masyarakat akan memasuki masa panen.
Pewarta: Anggi Romadhoni
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: