Jakarta (ANTARA) - Indonesia melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) terus menawarkan investasi pembangunan pusat peluncuran satelit di Biak, Papua, agar Indonesia bisa memiliki pusat peluncuran satelit di Tanah Air.

Kepala Bidang Diseminasi Lapan Wahyudi Hasbi dalam diskusi terbatas tentang penerapan satelit nano di bidang perhubungan di Jakarta, Jumat, mengatakan meski belum ditawarkan dalam forum bisnis, upaya penawaran telah dilakukan melalui pembicaraan informal terutama dalam kegiatan internasional.

"Pak Kepala (Thomas Djamaluddin) kalau kemana-mana selalu bilang Biak sudah boleh dilakukan untuk tempat peluncuran," katanya.

Wahyudi mengatakan pihaknya masih terus mencari investor untuk bisa membangun stasiun peluncuran satelit. Pihak Lapan sendiri, lanjut dia, telah memiliki lahan di Biak.

Namun, Wahyudi mengaku belum bisa memperkirakan besaran investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan satelit.

"Untuk stasiun sederhana hanya butuh lahan yang besar tinggal diratakan. Semakin kompleks akan semakin mahal (biayanya). Tapi untuk di Biak ini kemungkinan untuk peluncuran satelit kecil dengan ukuran sampai 300 kg," katanya.

Lapan sendiri, lanjut Wahyudi, telah lama mengajukan Biak sebagai salah satu lokasi pembangunan stasiun peluncuran satelit.

Daerah itu dipilih karena lokasinya yang bertepatan dengan garis ekuator sehingga peluncuran satelit akan lebih hemat bahan bakar jika diluncurkan dari titik tersebut.

"Kalau di ekuator, mau (mengitari) ke atas atau memutari ekuator juga bisa. Jadi lokasi ini penting untuk tempat peluncuran karena hemat bahan bakar yang biayanya paling besar," katanya.

Pembangunan stasiun peluncuran satelit di Indonesia sesuai dengan UU Nomor 21 tahun 2013 tentang Keantariksaan. Selain di Biak, Papua, lokasi lain yang diusulkan adalah Morotai, Maluku Utara.

Pemerintah menetapkan target ketersediaan stasiun peluncuran satelit di tahun 2040.