Rupiah melemah seiring kembalinya kekhawatiran resesi AS
28 Maret 2019 17:37 WIB
Seorang pria melihat nilai tukar mata uang asing di gerai penukaran uang, Jakarta, rupiah diprediksi masih akan terkoreksi, lantaran kekhawatiran resesi AS. (ANTARA/Rosa Panggabean)
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore melemah seiring kembalinya kekhawatiran pasar akan terjadinya resesi ekonomi di Amerika Serikat.
Rupiah melemah 35 poin atau 0,25 persen menjadi Rp14.243 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.208 per dolar AS.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Kamis, mengatakan, pelemahan rupiah dipicu investor yang masih fokus mengikuti lelang obligasi AS.
"Seperti sudah disinggung sebelumnya, investor sedang fokus untuk mengikuti lelang obligasi. Arus modal sedang terkonsentrasi di pasar surat utang pemerintah, sehingga bursa saham hanya kebagian remah-remah," ujar Ibrahim.
Ibrahim menuturkan, tingginya aliran modal ke pasar obligasi membuat imbal hasil (yield) bergerak turun di hampir seluruh tenor. Hal tersebut mengkhawatirkan karena yield tenor tiga bulan dan 10 tahun sama-sama turun, jarak keduanya semakin jauh. Masih terjadi inversi, di mana yield untuk tiga bulan lebih tinggi ketimbang 10 tahun.
"Dalam 50 tahun terakhir, setiap resesi di Negeri Adidaya diawali dengan inversi yield di dua seri tersebut. Oleh karena itu, kekhawatiran soal ancaman resesi yang sempat redup kini berkobar kembali," kata Ibrahim.
Kemudian, pasar juga bereaksi negatif terhadap rilis data transaksi berjalan (current account) AS. Sepanjang 2018, AS membukukan defisit transaksi berjalan sebesar 4,88 miliar dolar AS atau 2,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), defisit terdalam sejak 2008.
Prospek transaksi berjalan pada kuartal I-2019 juga tidak terlalu cerah karena defisit neraca perdagangan yang lumayan dalam pada Januari. Pada bulan pertama 2019, AS mencatatkan defisit neraca perdagangan sebesar 51,1 miliar dolar AS. Aura perlambatan ekonomi semakin nyata
Pada Kamis ini, dolar AS menguat terhadap Yuan 0,03 persen, dolar Hongkong 0,01 persen, dan dolar Singapura 0,01 persen. Dolar melemah terhadap Yen 0,2 persen, Won 0,11 persen, dan Baht 0,22 persen.
Nilai tukar (kurs) rupiah pada pagi dibuka melemah Rp14.216 dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.216 per dolar AS hingga Rp14.250 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.255 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.202 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Kamis pagi lanjutkan tren koreksi
Baca juga: BI berharap potensi resesi AS alirkan modal asing ke Indonesia
Rupiah melemah 35 poin atau 0,25 persen menjadi Rp14.243 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.208 per dolar AS.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Kamis, mengatakan, pelemahan rupiah dipicu investor yang masih fokus mengikuti lelang obligasi AS.
"Seperti sudah disinggung sebelumnya, investor sedang fokus untuk mengikuti lelang obligasi. Arus modal sedang terkonsentrasi di pasar surat utang pemerintah, sehingga bursa saham hanya kebagian remah-remah," ujar Ibrahim.
Ibrahim menuturkan, tingginya aliran modal ke pasar obligasi membuat imbal hasil (yield) bergerak turun di hampir seluruh tenor. Hal tersebut mengkhawatirkan karena yield tenor tiga bulan dan 10 tahun sama-sama turun, jarak keduanya semakin jauh. Masih terjadi inversi, di mana yield untuk tiga bulan lebih tinggi ketimbang 10 tahun.
"Dalam 50 tahun terakhir, setiap resesi di Negeri Adidaya diawali dengan inversi yield di dua seri tersebut. Oleh karena itu, kekhawatiran soal ancaman resesi yang sempat redup kini berkobar kembali," kata Ibrahim.
Kemudian, pasar juga bereaksi negatif terhadap rilis data transaksi berjalan (current account) AS. Sepanjang 2018, AS membukukan defisit transaksi berjalan sebesar 4,88 miliar dolar AS atau 2,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), defisit terdalam sejak 2008.
Prospek transaksi berjalan pada kuartal I-2019 juga tidak terlalu cerah karena defisit neraca perdagangan yang lumayan dalam pada Januari. Pada bulan pertama 2019, AS mencatatkan defisit neraca perdagangan sebesar 51,1 miliar dolar AS. Aura perlambatan ekonomi semakin nyata
Pada Kamis ini, dolar AS menguat terhadap Yuan 0,03 persen, dolar Hongkong 0,01 persen, dan dolar Singapura 0,01 persen. Dolar melemah terhadap Yen 0,2 persen, Won 0,11 persen, dan Baht 0,22 persen.
Nilai tukar (kurs) rupiah pada pagi dibuka melemah Rp14.216 dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.216 per dolar AS hingga Rp14.250 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.255 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.202 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Kamis pagi lanjutkan tren koreksi
Baca juga: BI berharap potensi resesi AS alirkan modal asing ke Indonesia
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: