Nusa Dua (ANTARA) - Aliran listrik di gerai lapor diri atau “counter check in” maskapai Sriwijaya Air diputus tiba-tiba oleh pengelola bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, karena diduga belum membayar utang sebesar Rp46 miliar.

“Sriwijaya Air Group memang memiliki kewajiban kepada AP II. Dan hingga saat ini kami sedang berupaya keras memperbaiki keuangan perusahaan serta dapat memenuhi seluruh kewajibannya," kata Vice President Corporate Secretary Sriwijaya Air Retri Maya dalam keterangan resmi yang diterima di Nusa Dua, Kamis.

Maya menambahkan hingga saat ini kondisi keuangan Sriwijaya Air Group dinilai masih belum sehat.

Hal tersebut diyakini karena tingginya biaya operasional dalam bisnis penerbangan saat ini.

Kerja sama Operasi atau manajemen dengan Garuda Indonesia Group menjadi poin penting untuk melakukan negosiasi dan re-strukturisasi kewajiban Sriwijaya Air Group pada pihak BUMN.

Namun demikian hal ini tentu juga masih membutuhkan bantuan dari yang lainnya termasuk para pengelola bandara.

"Apalagi pemerintah berencana akan menurunkan harga tiket kembali. Hal tersebut tentu akan semakin menyulitkan kami," katanya.

Terkait pemadaman listrik ini, maka seluruh proses penerbangan Sriwijaya Air Group malam ini diyakini akan mengalami keterlambatan karena terjadi penumpukan di “counter check in”.

Namun demikian pihak Sriwijaya Air Group berkomitmen untuk tetap melayani seluruh pelanggannya meski melalui proses manual.

Sriwijaya Air menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan yang dialami oleh seluruh pelanggannya sehubungan pemadaman listrik yang dilakukan oleh pengelola bandara di wilayah Terminal II Bandara Soekarno Hatta di Tangerang

"Untuk saat ini seluruh proses kita layani secara manual. Sekali lagi kami atas nama Sriwijaya Air Group mohon maaf kepada seluruh pelanggan kami," kata Maya.

Baca juga: Garuda Indonesia Group kelola operasional Sriwijaya Air