Beijing (ANTARA) - Duta Besar RI untuk China merangkap Mongolia Djauhari Oratmangun mengusulkan digelarnya Konferensi Internasional Bahasa Indonesia.

"Setidaknya kita harus bisa menggelar kegiatan semacam 'International Converence for Bahasa Indonesia'," katanya di Beijing, Kamis.

Kegiatan tersebut sangat mendesak untuk digelar mengingat makin banyaknya warga negara asing yang tertarik belajar Bahasa Indonesia, baik di negaranya sendiri maupun di Indonesia.

Menurut dia, Bahasa Indonesia lebih mudah dipelajari dibandingkan dengan bahasa-bahasa asing lainnya.

"Bahasa Indonesia tidak punya 'grammar' dan tidak membedakan gender. Demikian pula dengan tulisannya sangat mudah dibaca oleh siapa saja," kata mantan Dubes RI untuk Rusia merangkap Belarusia yang berkedudukan di KBRI Moskow itu.

Pernyataan Dubes Djauhari itu sekaligus menanggapi pernyataan Kepala Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Prof Emi Emilia.

"Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009, Bahasa Indonesia harus bisa menjadi bahasa internasional," katanya.

Ia menyatakan bahwa pemerintah Indonesia menargetkan tahun 2045 Bahasa Indonesia menjadi salah satu bahasa internasional.

"Untuk bisa merealisasikan target tersebut, maka perlu digelar forum-forum berskala internasional," perempuan pejabat itu menambahkan.

Di China sendiri terdapat 12 perguruan tinggi yang menyelenggarakan program studi Bahasa Indonesia. Prodi Bahasa Indonesia yang dibuka oleh kampus-kampus yang tersebar di beberapa daeerah di daratan Tiongkok itu rata-rata memiliki mahasiswa berjumlah 200-300 orang.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Beijing setiap tahun memberangkatkan 20-25 mahasiswa China untuk belajar Bahasa Indonesia selama 12 bulan di beberapa perguruan tinggi di Indonesia.

Kuota beasiswa Dharmasiswa sebanyak 20-25 tersebut diperebutkan 300 hingga 400 mahasiswa Prodi Bahasa Indonesia dari berbagai daerah di China. ***3***
(T.M038)