Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Amerika Serikat menghibahkan Rp18 miliar kepada enam organisasi masyarakat sipil atau "civil society organization (CSO)" Indonesia penggerak pengelolaan dan daur ulang sampah di perkotaan guna memerangi sampah plastik.

“Pak Luhut (Menko Bidang Kemaritiman) menantang kami membantu menyelesaikan persoalan sampah plastik yang sudah ditargetkan Indonesia dalam Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut. Penandatangan hibah ini salah satu jawaban dari tantangan tersebut,” kata Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph R Donovan Jr saat penandatanganan hibah kepada enam CSO di Jakarta, Rabu.

Penerima hibah antara lain Yayasan Binta Karta Lestari (Bintari) di Semarang sebesar 189.877 dolar AS, Yayasan Misool Baseftin di Raja Ampat sebesar
243.740 dolar AS, perusahaan rintisan Gringgo Indonesia Foundation di Denpasar sebesar 190.262 dolar AS, Divers Clean Action di Kepulauan Seribu sebesar 170.000 dolar AS, Center for Public Policy Transformation di Gowa sebesar 220.481 dolar AS, serta Yayasan Pengembangan Biasans dan Bioteknologi (YPBB) di Bandung sebesar 249.610 dolar AS.

Joseph mengatakan persoalan sampah plastik yang terlepas di perairan merupakan tantangan global, tetapi solusi ada di tingkat lokal. Cara terbaik menyelesaikan persoalan ini dengan menyetop sumbernya.

Kehidupan urban menjadi sumber persoalan dengan adanya ledakan populasi. Setiap tahun delapan juta ton sampah plastik dibuang ke lautan dunia dan berpotensi masuk dalam rantai pasokan makanan manusia melalui produk ikan.

Sejak 2016, ia menyebut Municipal Waste Recycling Program dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) memberikan hibah dan bantuan teknis kepada sejumlah CSO di Indonesia, Filipina, Vietnam dan Sri Lanka guna mendorong pengurangan sampah plastik di laut.

Direktur Harian Yayasan Pengembangan Biasans dan Bioteknologi (YPBB) Fictor Ferdinand usai menerima hibah mengatakan akan menggunakannya untuk membuat model penerapan sistem pengelolaan sampah di enam Rukun Warga (RW) di Kawasan Coblong, Bandung, untuk mendukung ekonomi sirkular.

Menurut dia, sistem menyeluruh pengelolaan sampah di masyarakat akan membantu pemerintah kota, berkaca pada pengalaman 20 tahun YPBB. Namun demikian sistem seperti ini belum ada di Indonesia, akhirnya sampah tidak terkelola dengan baik.

Hadir dalam pemberian hibah tersebut staf ahli Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Tukul Rameyo Adi dan Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Novrizal Tahar.