BBKSDA Riau gelar operasi gabungan bersihkan jerat harimau
27 Maret 2019 15:10 WIB
Proses penyelamatan harimau sumatera yang terkena jerat pemburu di kawasan Restorasi Ekosistem Riau di Kabupaten Pelalawan, Riau, Senin (25/3/2019). (Foto Dok. BBKSDA Riau)
Pekanbaru (ANTARA) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau akan menggelar operasi gabungan untuk membersihkan jerat kawat baja di hutan Restorasi Ekosistem Riau RER), pascainsiden terjeratnya harimau sumatera liar di kawasan itu.
"Kita akan melakukan operasi gabungan untuk membersihkan jerat di sana, karena sepertinya ada banyak jerat yang ditemukan," kata Kepala BBKSDA Riau, Suharyono, di Pekanbaru, Rabu.
Sebelumnya, harimau sumatera terjerat di kawasan RER yang dikelola PT Gemilang Cipta Nusantara (GCN) di Desa Sangar Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, pada pekan lalu.
Perusahaan dari APRIL Group ini mengantongi izin restorasi ekosistem dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Kawasan Semenanjung Kampar, Kabupaten Pelalawan, sejak 2012 dengan luas 20.265 hektare.
Hasil diagnosa awal tim medis menyatakan harimau itu berjenis kelamin jantan dengan perkiraan usia 3-4 tahun, dan bobotnya sekitar 90 kilogram. Harimau itu terkena jerat di kaki kiri bagian depan, yang diperkirakan sudah berlangsung selama tiga hari.
Suharyono mengatakan operasi gabungan itu juga akan melibatkan pihak perusahaan. "Sudah pasti itu jerat pemburu," katanya.
Ia mengatakan mengapresiasi PT GCN yang kooperatif untuk penanganan satwa langka itu sehingga bisa dievakuasi dengan selamat.
Suharyono menjelaskan, kawasan RER merupakan hutan sekunder yang diperuntukan bukan untuk ditebang, melainkan untuk dikembalikan lagi menjadi hutan alam.
"Saya berterima kasih kepada pihak GCN yang sudah punya itikad baik untuk melapor ke kami sehingga satwa ini bisa diselamatkan," katanya.
Sementara itu, Direktur External Affairs RER Nyoman Iswarayoga mengatakan ini adalah kasus pertama ada harimau terjerat di kawasan itu.
Ia menyambut baik penanganan lebih lanjut untuk membersihkan kawasan dari pemburu harimau.
"Penyelidikan lebih lanjut akan kita lakukan yang berkerjasama dengan BBKSDA dan aparat (polisi) karena ini juga menjadi kewenangan mereka, untuk mendalami dan mencegah terjadi lagi di kemudian hari," kata Nyoman.
Ia mengatakan lokasi kejadian berada di ujung timur konsesi GCN, dan pada saat yang sama seorang jagawana juga terkena jerat pemburu di areal itu. Jagawana itu merupakan bagian tim patroli rutin yang sedang menyisir daerah itu.
Berdasarkan riset dari lembaga perlindungan satwa WWF dan WCS (Wildlife Conservation Society), lanjutnya, kawasan Semenanjung Kampar merupakan kantong populasi harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) kelas 2 yang mampu menampung hingga 50 individu.
Ketika RER melakukan pendataan keanekaragaman hayati, imaji satwa belang itu juga pernah terjepret kamera perangkap (camera trap) di kawasan itu.
Namun, ia mengatakan belum pernah ada penelitian khusus untuk menghitung populasi harimau di RER.
"Setelah ada kejadian ini, Tim Jagawana akan meningkatkan patroli untuk mencari dan membersihkan jerat-jerat karena itu membahayakan tim kami juga," kata Nyoman.
"Kita akan melakukan operasi gabungan untuk membersihkan jerat di sana, karena sepertinya ada banyak jerat yang ditemukan," kata Kepala BBKSDA Riau, Suharyono, di Pekanbaru, Rabu.
Sebelumnya, harimau sumatera terjerat di kawasan RER yang dikelola PT Gemilang Cipta Nusantara (GCN) di Desa Sangar Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, pada pekan lalu.
Perusahaan dari APRIL Group ini mengantongi izin restorasi ekosistem dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Kawasan Semenanjung Kampar, Kabupaten Pelalawan, sejak 2012 dengan luas 20.265 hektare.
Hasil diagnosa awal tim medis menyatakan harimau itu berjenis kelamin jantan dengan perkiraan usia 3-4 tahun, dan bobotnya sekitar 90 kilogram. Harimau itu terkena jerat di kaki kiri bagian depan, yang diperkirakan sudah berlangsung selama tiga hari.
Suharyono mengatakan operasi gabungan itu juga akan melibatkan pihak perusahaan. "Sudah pasti itu jerat pemburu," katanya.
Ia mengatakan mengapresiasi PT GCN yang kooperatif untuk penanganan satwa langka itu sehingga bisa dievakuasi dengan selamat.
Suharyono menjelaskan, kawasan RER merupakan hutan sekunder yang diperuntukan bukan untuk ditebang, melainkan untuk dikembalikan lagi menjadi hutan alam.
"Saya berterima kasih kepada pihak GCN yang sudah punya itikad baik untuk melapor ke kami sehingga satwa ini bisa diselamatkan," katanya.
Sementara itu, Direktur External Affairs RER Nyoman Iswarayoga mengatakan ini adalah kasus pertama ada harimau terjerat di kawasan itu.
Ia menyambut baik penanganan lebih lanjut untuk membersihkan kawasan dari pemburu harimau.
"Penyelidikan lebih lanjut akan kita lakukan yang berkerjasama dengan BBKSDA dan aparat (polisi) karena ini juga menjadi kewenangan mereka, untuk mendalami dan mencegah terjadi lagi di kemudian hari," kata Nyoman.
Ia mengatakan lokasi kejadian berada di ujung timur konsesi GCN, dan pada saat yang sama seorang jagawana juga terkena jerat pemburu di areal itu. Jagawana itu merupakan bagian tim patroli rutin yang sedang menyisir daerah itu.
Berdasarkan riset dari lembaga perlindungan satwa WWF dan WCS (Wildlife Conservation Society), lanjutnya, kawasan Semenanjung Kampar merupakan kantong populasi harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) kelas 2 yang mampu menampung hingga 50 individu.
Ketika RER melakukan pendataan keanekaragaman hayati, imaji satwa belang itu juga pernah terjepret kamera perangkap (camera trap) di kawasan itu.
Namun, ia mengatakan belum pernah ada penelitian khusus untuk menghitung populasi harimau di RER.
"Setelah ada kejadian ini, Tim Jagawana akan meningkatkan patroli untuk mencari dan membersihkan jerat-jerat karena itu membahayakan tim kami juga," kata Nyoman.
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: