MUI: tradisikan materi bisnis dalam pendidikan
26 Maret 2019 18:20 WIB
Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Anwar Abbas di Jakarta, Selasa (26/3/2019), mendorong agar materi praktik bisnis di dunia pendidikan nasional ditradisikan sehingga mendorong munculnya para pengusaha. (ANTARA News/ Anom Prihantoro)
Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia(MUI), Anwar Abbas mendorong agar materi praktik bisnis di dunia pendidikan nasional ditradisikan sehingga mendorong munculnya para pengusaha.
"Sistem pendidikan kita belum ada materi berbisnis yang aktual, perlu mentradisikan ini," kata Abbas di Jakarta, Selasa.
Dia mengatakan pendidikan di Indonesia cenderung berisi teori yang tertinggal dengan kebutuhan pasar. Pendidikan harus "link and match" yaitu materi yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Di ranah perguruan tinggi, dia mencontohkan, kampus harus mengkaji kurikulumnya jangan sampai tertinggal dengan kebutuhan pasar. Selain itu, agar semakin diperbanyak praktek daripada teori bisnis.
"Perbaikan bisa dari pendidikan sesuai kebutuhan. Ilmu pengetahuan dan teknologi itu berkembang dinamis. Perguruan tinggi suka terlambat kurikulumnya. Perlu juga kreativitas bagaimana menelorkan pengusaha," ujar Abbas.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu mengatakan dunia pendidikan saat ini tertinggal dari realitas pasar, misalnya kampus mengajarkan soal bisnis-bisnis yang sudah usang.
"Kita lihat bagaimana bisnis angkot dulu jaya sekarang redup, jasa ketik juga begitu, usaha warung internet(warnet) kini sudah lewat," katanya.
Bagi para dosen di perguruan tinggi, Anwar mendorong agar mereka menjadi fasilitator bagi mahasiswa. Singkat kata, dosen bukan pengajar konvensional tetapi memfasilitasi mahasiswa supaya mengeluarkan kreativitasnya sesuai gairahnya.
"Sistem pendidikan kita belum ada materi berbisnis yang aktual, perlu mentradisikan ini," kata Abbas di Jakarta, Selasa.
Dia mengatakan pendidikan di Indonesia cenderung berisi teori yang tertinggal dengan kebutuhan pasar. Pendidikan harus "link and match" yaitu materi yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Di ranah perguruan tinggi, dia mencontohkan, kampus harus mengkaji kurikulumnya jangan sampai tertinggal dengan kebutuhan pasar. Selain itu, agar semakin diperbanyak praktek daripada teori bisnis.
"Perbaikan bisa dari pendidikan sesuai kebutuhan. Ilmu pengetahuan dan teknologi itu berkembang dinamis. Perguruan tinggi suka terlambat kurikulumnya. Perlu juga kreativitas bagaimana menelorkan pengusaha," ujar Abbas.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu mengatakan dunia pendidikan saat ini tertinggal dari realitas pasar, misalnya kampus mengajarkan soal bisnis-bisnis yang sudah usang.
"Kita lihat bagaimana bisnis angkot dulu jaya sekarang redup, jasa ketik juga begitu, usaha warung internet(warnet) kini sudah lewat," katanya.
Bagi para dosen di perguruan tinggi, Anwar mendorong agar mereka menjadi fasilitator bagi mahasiswa. Singkat kata, dosen bukan pengajar konvensional tetapi memfasilitasi mahasiswa supaya mengeluarkan kreativitasnya sesuai gairahnya.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Alex Sariwating
Copyright © ANTARA 2019
Tags: