Kemiskinan di Sulawesi Tengah masih memprihatinkan
26 Maret 2019 16:34 WIB
Asisten Administrasi Umum Setdaprov Sulteng Muliono memberikan sambutan mewakili gubernur pada Forum OPD di Palu, Selasa (26/3/2019) (Foto: Antaranews Sulteng/Humas Pemprov Sulteng)
Palu (ANTARA) - Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola mengatakan bahwa daerahnya telah mencatat banyak kemajuan dalam pembangunan namun satu hal yang masih harus mendapat perhatian serius semua pihak adalah angka kemiskinan yang masih cukup tinggi.
"Persoalan kemiskinan masih memprihatinkan, walau berhasil diturunkan 0,32 persen dari 14,01 persen pada Maret 2018) menjadi 13,69 persen pada September 2018," kata gubernur dalam sambutan yang dibacakan Asisten Administrasi Umum, Hukum dan Organisasi Setprov Muliono pada Forum Organisasi Pimpinan Daerah (OPD) di Palu, Selasa.
Menurut gubernur, angka kemiskinan Sulteng itu masih jauh di atas angka rata-rata nasional pada 2018 sebesar 9,66 persen.
Sama halnya dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang masih lebih rendah dari angka nasional meski trennya naik tiap tahun yaitu dari 67,47 tahun 2016 menjadi 68,11 tahun 2017 sementara IPM nasional pada 2017 tercatat 70,81 poin.
Namun demikian, sudah cukup banyak kemajuan yang dicapai Sulteng pada tahun ke-3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Misalnya pertumbuhan ekonomi Sulteng dalam dua tahun terakhir selalu lebih tinggi dari pertumbuhan nasional yang berkutat di angka 5,17 persen.
"Pada 2018, ekonomi Sulteng tumbuh sebesar 6,3 persen sedikit melambat dari tahun 2017 sebesar 7,14 persen sebagai dampak bencana alam 28 September 2018," ujar Muliono.
Perbaikan pemerataan pendapatan secara individu juga semakin membaik ditandai penurunan indeks gini yakni dari 0,345 pada 2017 menjadi 0,317 pada 2018.
Dengan forum OPD, gubernur mengharapkan unsur perangkat kerja provinsi dan kabupaten/kota dapat menyinergikan usulan program/kegiatan tahun 2020 yang berbasis kinerja, tepat perencanaan dan penganggaran serta jelas sasaran.
Sasaran yang dimaksud ialah menumbuhkan ekonomi 6 sampai 7 persen, inflasi 3,5 sampai 4,5 persen, PDRB perkapita Rp53 sampai Rp54 juta, indeks gini pada kisaran 0,3 sampai 0,325, menurunkan penduduk miskin sebesar 87 sampai 86,4 persen, tingkat pengangguran 4 sampai 3,3 persen dan meningkatkan IPM pada angka 68,5 sampai 69,5.
"Sehingga dapat menghasilkan rumusan rencana program pembangunan yang tajam menurut skala prioritas serta sinergi kebijakan antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota," ujarnya.
Turut hadir dalam Forum OPD provinsi dan kabupaten/kota se-Sulteng itu adalah pejabat perbankan, dunia usaha, akademisi, dan mitra kerja.
Forum OPD ini mengambil tema Membangun Kembali Sulawesi Tengah Melalui Penguatan Mutu Modal Manusia dan Infrastruktur. Tema ini sejalan dengan prioritas RPJMD 2016-2021 yakni peningkatan kualitas SDM, penguatan daya saing dan pemantapan jaringan infrastruktur daerah.*
Baca juga: Dinsos Mataram gencarkan pelatihan atasi 43.000 KK warga miskin
Baca juga: Intervensi pemerintah jadi andalan turunkan kemiskinan Jateng
"Persoalan kemiskinan masih memprihatinkan, walau berhasil diturunkan 0,32 persen dari 14,01 persen pada Maret 2018) menjadi 13,69 persen pada September 2018," kata gubernur dalam sambutan yang dibacakan Asisten Administrasi Umum, Hukum dan Organisasi Setprov Muliono pada Forum Organisasi Pimpinan Daerah (OPD) di Palu, Selasa.
Menurut gubernur, angka kemiskinan Sulteng itu masih jauh di atas angka rata-rata nasional pada 2018 sebesar 9,66 persen.
Sama halnya dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang masih lebih rendah dari angka nasional meski trennya naik tiap tahun yaitu dari 67,47 tahun 2016 menjadi 68,11 tahun 2017 sementara IPM nasional pada 2017 tercatat 70,81 poin.
Namun demikian, sudah cukup banyak kemajuan yang dicapai Sulteng pada tahun ke-3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Misalnya pertumbuhan ekonomi Sulteng dalam dua tahun terakhir selalu lebih tinggi dari pertumbuhan nasional yang berkutat di angka 5,17 persen.
"Pada 2018, ekonomi Sulteng tumbuh sebesar 6,3 persen sedikit melambat dari tahun 2017 sebesar 7,14 persen sebagai dampak bencana alam 28 September 2018," ujar Muliono.
Perbaikan pemerataan pendapatan secara individu juga semakin membaik ditandai penurunan indeks gini yakni dari 0,345 pada 2017 menjadi 0,317 pada 2018.
Dengan forum OPD, gubernur mengharapkan unsur perangkat kerja provinsi dan kabupaten/kota dapat menyinergikan usulan program/kegiatan tahun 2020 yang berbasis kinerja, tepat perencanaan dan penganggaran serta jelas sasaran.
Sasaran yang dimaksud ialah menumbuhkan ekonomi 6 sampai 7 persen, inflasi 3,5 sampai 4,5 persen, PDRB perkapita Rp53 sampai Rp54 juta, indeks gini pada kisaran 0,3 sampai 0,325, menurunkan penduduk miskin sebesar 87 sampai 86,4 persen, tingkat pengangguran 4 sampai 3,3 persen dan meningkatkan IPM pada angka 68,5 sampai 69,5.
"Sehingga dapat menghasilkan rumusan rencana program pembangunan yang tajam menurut skala prioritas serta sinergi kebijakan antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota," ujarnya.
Turut hadir dalam Forum OPD provinsi dan kabupaten/kota se-Sulteng itu adalah pejabat perbankan, dunia usaha, akademisi, dan mitra kerja.
Forum OPD ini mengambil tema Membangun Kembali Sulawesi Tengah Melalui Penguatan Mutu Modal Manusia dan Infrastruktur. Tema ini sejalan dengan prioritas RPJMD 2016-2021 yakni peningkatan kualitas SDM, penguatan daya saing dan pemantapan jaringan infrastruktur daerah.*
Baca juga: Dinsos Mataram gencarkan pelatihan atasi 43.000 KK warga miskin
Baca juga: Intervensi pemerintah jadi andalan turunkan kemiskinan Jateng
Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019
Tags: