Medan (ANTARA) - Dosen Jurusan Bahasa Indonesia Universitas Negeri Medan Dr. Mutsyuhito Solin,M.Pd. berharap guru dari Indonesia yang belajar di sekolah musik unggulan China, dapat menguasai kesenian dan budaya yang terkenal di negeri tersebut.

"Kesenian di China perlu di dalami oleh guru-guru Indonesia, dan selanjutnya dikembangkan di tanah air, sebagai pertukaran budaya di kedua negara," kata Mutsyuhito, di Medan, Senin.

Guru Indonesia menimba ilmu pengetahuan di China, menurut di, sudah merupakan hal yang biasa, dan setiap tahunnya dilakukan, serta merupakan kerja sama yang telah terjalin selama ini. "Selain itu, dosen, mahasiswa dan pelajar dari Indonesia juga banyak yang menimba ilmu di China, karena negara tersebut cukup maju dan berkembang di Asia," ujar Mutsyuhito.

Ia mengatakan, China termasuk salah satu negara yang cukup maju dalam bidang pendidikan, dan ilmu pengetahauan teknologai (IPTEK) serta wajar Indonesia belajar di negara "tirai bambu" itu.

Indonesia harus banyak belajar dengan negara-negara di dunia yang sudah maju. "Hal itu, harus dapat dilakukan untuk mengejar ketinggalan yang dimiliki Indonesia," ucap dia.

Mutsyuhito menjelaskan, kehadiran guru-guru yang belajar di China, juga sekaligus mempromosikan tarian dan musik tradisional asal Indonesia yang cukup terkenal. Tarian tersebut, yakni tari Jawa, tari Bali, tari Melayu dan lain sebagainya. "Guru tersebut diharapkan jadi duta bangsa untuk memperkenalkan budaya Indonesia di luar negeri," katanya.

Sebelumnya, ratusan guru kesenian dari berbagai sekolah di Indonesia belajar di sekolah musik unggulan China.Kegiatan pelatihan 374 guru itu, dilaksanakan di kampus Central Conservatory of Music (CCOM) mulai Senin (11/3). Program pelatihan tersebut di beberapa daerah di China selama tiga pekan.

"Ini merupakan bagian dari program pengiriman 1.000 guru ke luar negeri," kata Atase Pendidikan Kedutaan Besar RI di Beijing, Yaya Sutarya, seperti diberitakan Antara, Jumat (15/3).

Ratusan guru yang datang secara bergelombang ke daratan Tiongkok selama bulan Maret ini disebar di beberapa daerah di bawah wilayah kerja KBRI Beijing, KJRI Guangzhou, dan KJRI Shanghai.

Yaya menyebutkan, 36 guru kesenian dan kebudayaan mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan di kampus CCOM. "Ini merupakan wujud implementasi kerja sama antara Indonesia dan Tiongkok. Program ini juga terselenggara atas kerja sama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, KBRI Beijing, dan CCOM," kata Wakil Duta Besar RI untuk China Listyowati.*