Hong Kong (ANTARA) - Presiden Federal Reserve Chicago Charles Evans mengatakan pada Senin bahwa pasar dapat menjadi cemas ketika kurva imbal hasil datar, meskipun ia masih meyakini tentang prospek pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.
Dalam apa yang banyak orang lihat sebagai pertanda buruk bagi perekonomian, imbal hasil dari obligasi AS 10-tahun turun di bawah suku bunga tiga bulan pada Jumat (22/3/2019) untuk pertama kalinya sejak pertengahan 2007, sebuah inversi yang di masa lalu mengisyaratkan risiko resesi .
Setelah kenaikan tak terduga dalam indeks iklim bisnis untuk Maret di Jerman dari Ifo Institute, spread antara imbal hasil surat utang negara AS bertenor tiga bulan dan 10-tahun berubah menjadi positif.
Evans menggambarkan inversi sebagai "cukup sempit".
"Kita harus memperhitungkan bahwa ada penurunan sekuler dalam suku bunga jangka panjang," kata Evans dalam pernyataannya di Credit Suisse Asian Investment Conference di Hong Kong, beberapa hari setelah The Fed mengisyaratkan diakhirinya pengetatan dan mengabaikan rencana kenaikan suku bunga lebih lanjut pada 2019 .
"Beberapa di antaranya bersifat struktural, berkaitan dengan tren pertumbuhan yang lebih rendah, suku bunga riil yang lebih rendah," katanya, seperti dikutip dari Reuters.
"Saya pikir, di lingkungan itu, mungkin lebih alami bahwa kurva imbal hasil agak datar daripada sebelumnya."
Di sela-sela konferensi, Evans mengatakan kepada CNBC dalam sebuah wawancara bahwa ia dapat memahami mengapa investor lebih "waspada, menunggu dan melihat," menambahkan The Fed melakukan hal yang sama. Namun, ia menambahkan, fundamental ekonomi "baik" dan ia memperkirakan pertumbuhan sekitar 2,0 persen tahun ini.
"Reaksi pertamamu adalah akan (menjadi) wow, ini lebih rendah dari yang kami miliki ’dan kupikir ini ketinggalan pesan."
Risiko guncangan yang menghantam ekonomi saat ini tidak lebih tinggi atau lebih rendah, katanya kepada wartawan.
Berbicara di acara yang sama, mantan ketuaThe Fed Janet Yellen mengatakan kurva imbal hasil mungkin menandakan perlunya memangkas suku bunga di beberapa titik, tetapi itu tidak menandakan resesi.
"Berbeda dengan masa lalu, ada kecenderungan sekarang untuk kurva imbal hasil menjadi sangat datar," Yellen, yang memimpin The Fed antara 2014 dan 2018, mengatakan.
Pada prospek kebijakan moneter, Evans mengatakan kepada konferensi tersebut adalah saat yang tepat bagi bank sentral AS untuk berhenti sejenak dan mengambil sikap hati-hati, menambahkan ia tidak memperkirakan kenaikan suku bunga sampai paruh kedua tahun depan.
Dia mengatakan pasar tenaga kerja tetap kuat, tetapi mencatat ekspektasi inflasi telah sedikit lebih rendah dan ada risiko-risiko terkait dengan aktivitas ekonomi yang lebih lemah di China serta di tempat lain, ketidakpastian Brexit, dan dampak memudarnya stimulus fiskal AS.
Melunak nadanya dari beberapa bulan lalu, Evans, yang memiliki hak suara pada kebijakan suku bunga tahun ini, mengatakan kebijakan moneter tidak akomodatif, atau membatasi pada saat ini.
“Saya melihat hal-hal yang sedikit menghambat inflasi, dan saya ingin melihat inflasi naik. Jadi jalan saya sendiri tidak memperkirakan kenaikan suku bunga sampai tahun depan, mungkin, di paruh kedua,” kata Evans.
Dan sekalipun jika harga-harga mulai naik, katanya, "mengingat bagaimana tekanan inflasi yang diredam tampak hari ini, kenaikan ke 2,25 hingga 2,5 persen bukanlah masalah besar bagi saya saat ini."
Penilaian itu menunjukkan bahwa Evans telah menetapkan standar yang cukup tinggi untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut, mengingat inflasi ukuran yang disukai The Fed belum jauh di atas target Fed 2,0 persen sejak sebelum krisis keuangan.
Dia menambahkan bahwa dengan risiko-risiko penurunan yang membayangi dan ketidakpastian yang marak, adalah bijaksana bagi The Fed untuk menunggu lebih banyak data ekonomi.
Dia juga mengatakan penurunan suku bunga adalah suatu kemungkinan jika ekonomi semakin melemah atau inflasi berjalan terlalu rendah.
Itu menggemakan pandangan sesama pembuat kebijakan Presiden Fed Atlanta, Raphael Bostic, yang pada Jumat (22/3/2019) mengatakan kedua kemungkinan tersebut ada di mejanya.
Pada Januari, Evans mengatakan The Fed dapat menaikkan suku bunga tiga kali pada 2019 dengan asumsi ekonomi AS tetap cukup kuat.
Pekan lalu, bank sentral AS mempertahankan suku bunga stabil di kisaran 2,25 persen hingga 2,5 persen. Perkiraan baru menunjukkan 11 dari 17 pembuat kebijakan Fed memperkirakan tidak ada perubahan suku bunga untuk sisa tahun ini, naik dari hanya dua pada Desember.
Sinyal yang tidak terduga dovish membuat pasar-pasar keuangan dengan cepat memperhitungkan penurunan suku bunga tahun depan.
Baca juga: BI yakin melunaknya The Fed topang penguatan rupiah di sisa tahun
Baca juga: Trump tawarkan kursi dewan Fed kepada mantan penasihat kampanyenya
Fed: Kurva imbal hasil datar jadi alasan cemas, tapi ekonomi AS kuat
25 Maret 2019 18:51 WIB
The Fed. (wikipedia)
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: