Jakarta (ANTARA) - Indonesia harus berperan aktif dalam mentransformasi manfaat minyak sawit sebagai biofuel yang menjadi sumber energi di masa depan (bioenergi), seperti disampaikan oleh Duta Besar RI untuk Swedia Bagas Hapsoro dalam keterangan tertulis dari KBRI Stockholm yang diterima di Jakarta, Senin.

"Indonesia mengambil peran kunci dalam transformasi minyak sawit dengan pendekatan menyeluruh untuk meningkatkan nilai kompetitif yang mendukung pelayanan energi dan juga kemandirian energi," ujar Dubes Bagas Hapsoro dalam pertemuan dengan Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial.

Dalam rangkaian kunjungan ke Indonesia, Dubes RI untuk Swedia Bagas Hapsoro bertemu dengan Sekjen Kementerian ESDM Ego Syahrial untuk membicarakan langkah-langkah lebih konkret dalam memanfaatkan minyak sawit.

Salah satu langkah konkret itu adalah menggunakan potensi bioenergi untuk menjadi produsen energi baru di masa depan.

Dubes Bagas juga menyatakan bahwa negara-negara produsen minyak sawit mentah (CPO) perlu mensinergikan sektor-sektor pertanian dan industri, yang merupakan kunci sukses untuk menyelesaikan sengketa penggunaan tanah dan air.

Sinergi antara sektor pertanian dan industri tersebut, menurut dia, juga diperlukan untuk meningkatkan efisiensi serta menjamin ketersediaan suplai bahan makanan dan bahan bakar.

Menanggapi hal itu, Sekjen Kementerian ESDM Ego Syahrial menyetujui pernyataan Dubes Bagas bahwa minyak sawit adalah sumber bioenergi dan biofuel di masa depan.

"Terdapat pengakuan yang semakin luas mengenai bionergy di berbagai negara berkembang. Indonesia sangat berpotensi untuk menjadi produsen energi berkelanjutan modern," kata Ego.

Minyak sawit digunakan di berbagai elemen dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam bahan makanan sehari-hari, seperti havermut, sereal, keripik, saus dan makanan beku. Minyak sawit juga digunakan dalam produk-produk di kamar mandi dan bahkan produk untuk hewan peliharaan.