Jakarta (ANTARA) - Rumah Sakit Indonesia Hebron ditargetkan berdiri tahun 2021 untuk mendukung pelayanan kesehatan bagi warga Tepi Barat, Palestina.

"Insya Allah dua tahun. Tapi memang agak mahal. Per meter persegi itu 1.000 dolar AS. Mahal karena bahan-bahan bangunan itu diimpor, kecuali batu bata," kata Ketua Pembangunan Rumah Sakit Indonesia Hebron (RSIH) Muhyidin Junaidi di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin.

Panitia pembangunan RSIH menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk membahas pembangunan rumah sakit empat lantai yang diperkirakan membutuhkan biaya tujuh juta dolar AS tersebut.

Lembaga amal Tanah Air seperti Dompet Dhuafa, Baznas, Lazis NU, Lazis Muhammadiyah, dan Yayasan Al Azhar akan berkontribusi dalam pembangunan RSIH.

Rencana pembangunan rumah sakit penyembuhan trauma itu bermula saat Wali Kota Hebron Abu Sunaina mengunjungi Indonesia.

Saat berkunjung ke Palestina, Muhyidin juga bertemu dengan Abu Sunaina.

"Dari situlah mereka tawarkan ada proyek rumah sakit yang mungkin bisa dibangun oleh Indonesia. Kita bangun mulai dari satu tahun yang lalu dan terus berkomunikasi, korespondensi berjalan dan kami diskusikan kami mendapatkan respons yang baik dari filantropi Indonesia," ujar Muhyidin.

Panitia pembangunan RSIH akan memberikan dana yang diperlukan untuk pembangunan rumah sakit dan pemerintah setempat membuka lelang proyek untuk pembangunannya.

Menurut Muhyidin, fasilitas kesehatan itu akan dibangun di tanah wakaf seluas 4.000 meter persegi yang diberikan oleh 16 keluarga. Legalitas dokumen kepemilikan tanah tersebut pun sudah dicek dan tidak bermasalah.

"Peletakan batu pertama sebelum bulan Ramadan, mungkin 24 atau 25 April 2019," ujar Muhyidin.

Pendirian rumah sakit itu penting karena warga Arab Palestina kerap mendapatkan diskriminasi dari rumah sakit milik warga Yahudi.

Wilayah Hebron didiami oleh 600 ribu warga Arab dan 200 ribu warga Yahudi. Di kota itu ada tembok setinggi tiga meter yang membatasi area permukiman warga Yahudi dan warga Arab.

"Sehingga ada sebagian rumah sakit yang berada di wilayah bangsa Israel tapi tidak boleh dipakai oleh bangsa Arab," ungkap Muhyidin, yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Rencananya, panitia pembangunan akan menghibahkannya RSIH kepada pemerintah Hebron.

Selain membangun rumah sakit, masyarakat Indonesia juga akan menyediakan asistensi kegiatan kesehatan di rumah sakit sebagai kegiatan awal fasilitas itu.

"Dan kami berharap juga semoga dua faksi Arab, yakni Hamaz dan Fatah bisa bersatu. Dengan demikian perjuangan mereka untuk mendirikan negara Palestina merdeka bisa menjadi kenyataan," demikian Muhyidin.

Baca juga: Wapres-pimpinan MUI bahas pembangunan rumah sakit di Palestina
Baca juga: Gali donasi pembangunan RS Indonesia di Gaza, MER-C gandeng Bukalapak