Aceh Jaya (ANTARA) - Dua kelompok kawanan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) dilaporkan mendekati perkebunan warga di wilayah hutan Desa Buntha, Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh.

Sekretaris Desa Buntha, Safrian Yunus (41) di Calang, Sabtu (23/3), mengatakan, warga terpaksa harus berjaga - jaga di kawasan lahan pertanian dan kebun sebagai upaya mencegah masuknya satwa gajah liar merusak tanaman petani.

"Masyarakat kami memang harus selalu berjaga - jaga di lahan mereka masing - masing, karena kalau satu malam atau dua malam saja tidak dijaga, habis semua tanaman dirusak dan dimakan kawanan gajah," katanya.

Ia berkata bahwa masyarakat di kawasan setempat sudah resah sejak mengetahui ada hewan berbelalai panjang itu mendekati lahan pertanian, bahkan sengaja memperlihatkan diri kepada warga dengan berdiri di pematangan sawah.

Kedatangan kawanan gajah tersebut diketahui saat sudah dimulainya masa penanaman padi di kawasan pedalaman tersebut, gajah - gajah itu seakan mengisyaratkan bahwa dia akan memakan tanaman padi warga setempat.

"Saat ini kami sedang musim tanaman padi, bahkan kalau ada kegiatan di desa pada malam hari kami tidak bisa datang karena kawanan gajah memang bermain sangat dekat dengan area lahan sawah," imbuhnya lagi.

Ia melihat, kawanan gajah tersebut bermain ke kawasan itu dengan dua kelompok, bisa kemungkinan berjumlah 40 ekor, beruntung ada sungai yang membatasi jarak lahan warga dengan hutan gunung desa setempat.

"Gajah ada dua kelompok, kalau di seberang sungai ada sekitar 40 ekor dan dekat pemukiman sekitar 25 ekor, tadi malam (Jum'at) bahkan masih ada gajah - gajah di dekat pemukiman," tuturnya.

Safrian menyampaikan bahwa pihaknya pernah berkonsultasi dengan Polisi Hutan (Polhut) Aceh Jaya, untuk meminta bantuan menghalau gajah ke tempat lain, namun belum dapat dilakukan karena terkendala dana operasional.

Keberadaan satwa tersebut sudah berlangsung lama, bahkan pada 2018 pihak desa telah melakukan konsultasi dengan pihak terkait di daerah setempat, namun tetap saja belum dapat dilakukan karena berbagai kendala.

"Kami konsultasi tahun 2018 lalu, pada awal tahun mereka tidak bisa membantu karena tidak ada anggaran kalau harus ke lapangan, bahkan marcon pun tidak banyak lagi tersedia. Tidak sama seperti tahun sebelumnya," katanya menjelaskan.

Masyarakat bersama pihak pemerintah desa setempat, sangat berharap instansi terkait baik dari kabupaten maupun dari Provinsi Aceh untuk dapat membantu menghalau kawanan gajah tersebut agar tidak terjadi konflik dengan manusia.

"Kami minta tolong diantisipasi gajah - gajah tersebut agar warga bisa tenang. Kalau bisa di halau ke daerah hutan lain tempat habitatnya sehingga tidak turun ke permukiman warga," demikian Safrian Yunus. ***3***