Denpasar (ANTARA) - Presiden Joko Widodo tak segan memayungi seorang bendesa dari Tabanan bernama Nyoman Gedearse saat sesi dialognya di panggung terbuka Ardha Chandra, Bali, Jumat malam, yang diguyur hujan deras.
Nyoman dipanggil Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena menyela pidato Presiden dengan kalimat sanjungan yang diucapkan sangat keras.
"Ya Jokowi memang hebat," kata Nyoman di tengah Jokowi sedang berpidato memaparkan berbagai kebijakannya dalam acara "simakrama" dengan tokoh adat dan masyarakat Bali di Panggung Terbuka Ardha Chandra, Bali.
"Siapa tadi yang ngomong, maju," ucap Jokowi.
Nyoman yang berada di barisan belakang di antara para hadirin pun diminta untuk maju dan naik ke atas panggung.
"Sekarang kenalkan dulu," ujar Presiden.
"Bapak Presiden memang luar biasa, sangat hebat," jawabnya.
"Siapa namanya?" tanya Jokowi yang tak lama kemudian hujan mengguyur.
"Saya bisa bicara dulu. Merasa kebanggaan luar biasa. Bertemu dengan Pak Jokowi. Nama saya Nyoman Gedearse, tolong catat semua. Saya bekerja selaku Bendesa Adat, Desa Mundeh Kauh, kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan," kata Nyoman.
"Pertanyaan saya, apa pandangan bapak ke depan mengenai negara ini?" tanya Jokowi.
"Terima kasih Pak Jokowi. Saya pikirkan mungkin dari rumah bagaimana cara bertemu Pak Jokowi. Sekarang diberikan pertanyaan itu apa tujuan saya tentang NKRI ini. Seperti sudah dikatakan Pak Jokowi tadi, NKRI harga mati. Bagaimana kita harus bersatu dalam bentuk menjunjung tinggi dari segi kebhinekaan," tutur Nyoman yang kemudian dipayungi oleh Jokowi karena hujan yang turun semakin deras.
Semua yang hadir bertepuk tangan sementara Nyoman tampak kikuk dan menghentikan bicaranya.
"Sudah diteruskan," kata Jokowi.
"Makanya kalau memang NKRI harga mati pilihlah Pak Jokowi," ucapnya, lantang.
"Hati-hati malam ini bukan kampanye loh. Saya enggak kampanye. Tapi kalau Bapak silakan. Jadi kalau untuk Bali apa kira-kira yang diperlukan ke depan?" tanya Jokowi.
"Kalau di Bali seperti yang sudah disampaikan Pak Gubernur. Di satu sisi lagi bagaimana membudayakan adat istiadat yang dipelopori bendesa adat. Kalau mau dikasih Pak Jokowi silakan," kata Nyoman.
"Dalam bentuk apa?" tanya Jokowi.
"Apapun itu. Apapun yang bisa Pak Jokowi berikan saya siap menerimanya. Biar Bendesa Adat sebagai bentengnya budaya Bali. Tapi masih kosong Pak. Untuk ke depannya biar di Bendesa Adatnya juga ada bantuan APBN Pak Jokowi," kata Nyoman.
"Ya, ya saya setuju," kata Jokowi.
"Tapi kalau setuju Pak Jokowinya siap enggak tanggal 17 ini," kata Nyoman.
"Saya enggak kampanye ya," tegas Jokowi.
Presiden pun menitipkan pesan kepada masyarakat Bali agar tetap menjaga semangat dan budaya Bali dengan baik.
"Jadi hal keempat yang ingin saya sampaikan adalah saya titip kepada bapak ibu," ujar Jokowi, dan ketika itu Nyoman mengambil payung yang dipegang Jokowi.
"Gantian-gantian. Tadi juga bapak sudah saya payungi. Payungi gantian. Saya titip bapak ibu agar terus menjaga jiwa Bali, spirit Bali. Bali dikenal dikagumi seluruh dunia karena budayanya. Budaya yang hidup berkembang di desa-desa, bener yang disampaikan Pak Gubernur dan Pak Nyoman, budaya hidup dan masih dipraktikkan, budaya dan masih hidup dan dimajukan anak anak muda di banjar-banjar," tutur Jokowi.
Jokowi payungi seorang bendesa Tabanan saat dialog
23 Maret 2019 00:38 WIB
Jokowi payungi seorang bendesa Tabanan saat dialog di panggung. (Foto: Hanni Sofia)
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2019
Tags: