Metropolitan
DLH akan tempatkan kotak sampah elektronik di enam halte Transjakarta
23 Maret 2019 00:14 WIB
Drop box sampah elektronik (e-waste) milik Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta yang akan ditempatkan di sejumlah halte Transjakarta telah ada di kantor DLH DKI, Jakarta Timur, Jumat (22/3/2019). (ANTARA News/Arindra Meodia)
Jakarta (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta berencana menempatkan Kodak sampah elektronik (e-waste) di enam halte Transjakarta.
“Untuk mengedukasi warga sekaligus mempermudah untuk mengumpulkan sampah elektronik, maka ditempatkan di ruang publik, salah satunya halte Transjakarta,” ujar Kepala Seksi Pengelolaan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Rosa Ambarsari di Jakarta, Jumat.
Enam halte Transjakarta tersebut, yakni Di Blok M, Kota, Bundaran HI, Matraman I, Central Senen dan Tendean.
Sebelumnya, DLH DKI Jakarta telah menempatkan Kodak sampah elektronik (drop box e-waste) di empat halte Transjakarta, yaitu Cawang-UKI, Kampung Melayu, Harmoni dan Ragunan.
Selain ditempatkan di halte Transjakarta, DLH DKI Jakarta juga menempatkan "drop box e-waste" di Stasiun Juanda dan Stasiun Cikini.
“Kami akan memperbanyak penyebaran drop box, untuk ditempatkan di sekolah dan kantor. Kami juga kerjasama dengan komunitas untuk melakukan sosialisasi edukasi dampak limbah sampah elektronik,” ujar Rosa.
Rosa menjelaskan logam berat dalam komponen-komponen elektronik berpotensi mencemari lingkungan dan juga mengganggu kesehatan manusia, bahkan dapat memicu kanker.
“Banyak pendaur ulang melakukan dengan cara yang tidak tepat sehingga menumbulkan pencemaran, supaya tidak terjadi pencemaran lebih jauh lagi maka kita fasilitasi untuk dikumpulkan,” kata Rosa.
Tidak hanya dikumpulkan, Rosa mengatakan bahwa pemerintah provinsi DKI juga mengeluarkan uang untuk mengolah sampah dengan kerjasama dengan pihak ketiga.
“Kami hanya menyimpan dan mengumpulkan sementara waktu, setelah itu dengan pihak ketiga baru diolah. Ada yang jadi logam-logam murni, ada yang aloy campuran, kalau dilebur bisa jadi pagar, velg ban, tiang,” ujar Rosa.
Menurut data DLH DKI Jakarta, tercatat sebanyak 3,8 ton sampah elektronik dan 1.200 ponsel terkumpul pada 2017 dan meningkat sebanyak 11 juta ton sampah elektronik pada 2018.
DLH DKI Jakarta telah memulai program pengumpulan sampah elektronik sejak Maret 2017. Selanjutnya, DLH DKI Jakarta memulai layanan jemput e-waste pada akhir 2017.
“Ada layanan jemput. Kalau drop box untuk barang-barang kecil, kalau untuk tv atau kulkas bisa dijemput di rumah yang berada di DKI. Warga bisa mendaftar layanan ini via website kami,” ujar Rosa.
“Untuk mengedukasi warga sekaligus mempermudah untuk mengumpulkan sampah elektronik, maka ditempatkan di ruang publik, salah satunya halte Transjakarta,” ujar Kepala Seksi Pengelolaan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Rosa Ambarsari di Jakarta, Jumat.
Enam halte Transjakarta tersebut, yakni Di Blok M, Kota, Bundaran HI, Matraman I, Central Senen dan Tendean.
Sebelumnya, DLH DKI Jakarta telah menempatkan Kodak sampah elektronik (drop box e-waste) di empat halte Transjakarta, yaitu Cawang-UKI, Kampung Melayu, Harmoni dan Ragunan.
Selain ditempatkan di halte Transjakarta, DLH DKI Jakarta juga menempatkan "drop box e-waste" di Stasiun Juanda dan Stasiun Cikini.
“Kami akan memperbanyak penyebaran drop box, untuk ditempatkan di sekolah dan kantor. Kami juga kerjasama dengan komunitas untuk melakukan sosialisasi edukasi dampak limbah sampah elektronik,” ujar Rosa.
Rosa menjelaskan logam berat dalam komponen-komponen elektronik berpotensi mencemari lingkungan dan juga mengganggu kesehatan manusia, bahkan dapat memicu kanker.
“Banyak pendaur ulang melakukan dengan cara yang tidak tepat sehingga menumbulkan pencemaran, supaya tidak terjadi pencemaran lebih jauh lagi maka kita fasilitasi untuk dikumpulkan,” kata Rosa.
Tidak hanya dikumpulkan, Rosa mengatakan bahwa pemerintah provinsi DKI juga mengeluarkan uang untuk mengolah sampah dengan kerjasama dengan pihak ketiga.
“Kami hanya menyimpan dan mengumpulkan sementara waktu, setelah itu dengan pihak ketiga baru diolah. Ada yang jadi logam-logam murni, ada yang aloy campuran, kalau dilebur bisa jadi pagar, velg ban, tiang,” ujar Rosa.
Menurut data DLH DKI Jakarta, tercatat sebanyak 3,8 ton sampah elektronik dan 1.200 ponsel terkumpul pada 2017 dan meningkat sebanyak 11 juta ton sampah elektronik pada 2018.
DLH DKI Jakarta telah memulai program pengumpulan sampah elektronik sejak Maret 2017. Selanjutnya, DLH DKI Jakarta memulai layanan jemput e-waste pada akhir 2017.
“Ada layanan jemput. Kalau drop box untuk barang-barang kecil, kalau untuk tv atau kulkas bisa dijemput di rumah yang berada di DKI. Warga bisa mendaftar layanan ini via website kami,” ujar Rosa.
Pewarta: Sri Muryono dan Arindra Meodia
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019
Tags: