Ini penyebab perokok tembakau beralih ke Vave, menurut AVI
22 Maret 2019 19:14 WIB
Johan Sumantri, Ketua Asosiai Vaper Indonesia (AVI) saat diwawancarai mengenai dampak penggunaan vape terhadap kesehatan usai acara Press Conference, di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Jumat, 22/3. (ANTARA foto/ Agus Saeful Iman)
Jakarta (ANTARA) - Ketua Asosiai Vaper Indonesia (AVI) Johan Sumantri, menyebutkan 15 persen dari 1000 responden perokok tembakau berhenti merokok karena menggunakan rokok elektrik (vape) sebagai pengganti.
Ia mengatakan, hasil survey yang dilakukan AVI terhadap 1.000 orang responden mendapatkan hasil bahwa 15 persen orang berhenti merokok akibat beralih dari rokok tembakau menjadi rokok ave.
"Dari hasil survey yang dilakukan oleh AVI terhadap 1.000 orang responden yang mencoba beralih dari rokok tembakau menjadi vape 15% berhasil berhenti merokok, berarti sekitar 150 orang berhasil berhenti merokok akibat beralih dari rokok tembakau ke rokok elektrik dalam kurun waktu satu tahun," kata Johan, saat diwawancarai mengenai dampak penggunaan vape terhadap kesehatan usai acara Press Conference di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Jumat.
Ia menambahkan, rokok elektrik merupakan solusi buat orang yang berhenti merokok.
Dan menurut Johan kendala yang dialami perokok yang ingin berhenti merokok adalah mereka belum menemukan media alternatif yang bisa membuat mereka berhenti merokok.
"Saya adalah perokok aktif sejak saya kecil dan dengan ngevape tiga hari, bisa membuat saya merasa ketika saya merokok lagi rasa rokok jadi tidak enak, yang membuat saya tidak mau merokok lagi," ujarnya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Public Healt England (PHE) pada 2018 menunjukan bahwa penggunaan rokok elektrik 95 persen lebih aman dibandingkan dengan rokok tembakau.
Dan dilansir oleh New England Journal of Medicine yang dirilis pada 30 Januari 2019, rokok elektrik dapat menjadi terapi bagi perokok konvensional dalam mengurangi penggunaan nikotin.
"Kandungan yang ada di dalam liquid jika diproses dengan benar dan menggunakan alat yang berstandar bisa membunuh virus, karena setelah saya beralih dari rokok tembakau ke vape radang paru-paru yang saya derita tidak memburuk dan warnanya jadi lebih bagus," kata Johan.
Ia mengatakan, hasil survey yang dilakukan AVI terhadap 1.000 orang responden mendapatkan hasil bahwa 15 persen orang berhenti merokok akibat beralih dari rokok tembakau menjadi rokok ave.
"Dari hasil survey yang dilakukan oleh AVI terhadap 1.000 orang responden yang mencoba beralih dari rokok tembakau menjadi vape 15% berhasil berhenti merokok, berarti sekitar 150 orang berhasil berhenti merokok akibat beralih dari rokok tembakau ke rokok elektrik dalam kurun waktu satu tahun," kata Johan, saat diwawancarai mengenai dampak penggunaan vape terhadap kesehatan usai acara Press Conference di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Jumat.
Ia menambahkan, rokok elektrik merupakan solusi buat orang yang berhenti merokok.
Dan menurut Johan kendala yang dialami perokok yang ingin berhenti merokok adalah mereka belum menemukan media alternatif yang bisa membuat mereka berhenti merokok.
"Saya adalah perokok aktif sejak saya kecil dan dengan ngevape tiga hari, bisa membuat saya merasa ketika saya merokok lagi rasa rokok jadi tidak enak, yang membuat saya tidak mau merokok lagi," ujarnya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Public Healt England (PHE) pada 2018 menunjukan bahwa penggunaan rokok elektrik 95 persen lebih aman dibandingkan dengan rokok tembakau.
Dan dilansir oleh New England Journal of Medicine yang dirilis pada 30 Januari 2019, rokok elektrik dapat menjadi terapi bagi perokok konvensional dalam mengurangi penggunaan nikotin.
"Kandungan yang ada di dalam liquid jika diproses dengan benar dan menggunakan alat yang berstandar bisa membunuh virus, karena setelah saya beralih dari rokok tembakau ke vape radang paru-paru yang saya derita tidak memburuk dan warnanya jadi lebih bagus," kata Johan.
Pewarta: Agus Saeful Iman dan Ganet Dirgantara
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019
Tags: