Jakarta (ANTARA) - Pakar ekonomi Faisal Basri mendorong dana wakaf yang dihimpun untuk mendirikan industri manufaktur untuk meningkatkan kesejahteraan umat Islam.

"Sudah ada wakaf untuk membuka warung dan macam-macam, tetapi belum ada yang digunakan untuk mengembangkan pabrik untuk mengolah bahan baku agar menambah nilai keekonomian," kata Faisal dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis.

Faisal mencontohkan dana wakaf bisa digunakan untuk mendirikan pabrik yang mengolah cabe menjadi bubuk cabe atau saos. Hal itu bisa menyerap hasil petani saat panen raya ketika pasokan berlebih.

Dengan begitu, petani tidak bergantung pada menjual hasil panennya ke pasar yang harganya berfluktuasi sehingga kerap merugikan petani saat panen raya.

"Pengolahan juga membuat cabe bisa disimpan hingga beberapa tahun. Harganya juga menjadi relatif lebih stabil setelah diolah," tuturnya.

Faisal mencontohkan penjual tahu bulat yang menggunakan bubuk cabe. Sudah sejak lama, harga tahu bulat stabil Rp500 karena tidak terganggu harga bubuk cabe yang naik turun.

"Meskipun harganya tetap, ukurannya juga tidak menjadi lebih kecil. Bandingkan dengan penjual makanan lain yang bergantung pada cabe segar," katanya.

Karena itu, Faisal mendorong Aksi Cepat Tanggap (ACT) untuk bisa mengembangkan dana wakaf untuk usaha-usaha produktif yang pada akhirnya dikembalikan pada kesejahteraan umat.

Global Wakaf bekerja sama dengan ACT mengadakan diskusi bertajuk "Sharing with the Master" dengan tema "Meneropong Masa Depan Makro Ekonomi Nasional dan Peran Strategis Wakaf dalam Pengentasan Kemiskinan".

Diskusi tersebut menghadirkan Faisal Basri dengan dipandu praktisi komunikasi Zaim Uchrowi sebagai moderator.

Baca juga: ACT bangun sumur wakaf untuk korban gempa Lombok
Baca juga: Perahu Wakaf diharapkan bangkitkan perekonomian masyarakat Selat Sunda
Baca juga: Air bersih disalurkan Global Wakaf-ACT untuk korban tsunami Lampung Selatan