Melonjak 52,28 persen, laba bersih WIKA 2018 tembus Rp2,07 triliun
21 Maret 2019 09:05 WIB
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) bergerak cepat bangun infrastruktur jalan dan jembatan untuk Asmat yang lebih baik. (ANTARA/HO/WIKA/Kementerian BUMN)
Jakarta (ANTARA) - PT Wijaya Karya Tbk Persero (WIKA) sepanjang tahun 2018 mencetak laba bersih sebesar Rp2,07 triliun, tumbuh signifikan 52,89 persen dari tahun 2017 sebesar Rp1,36 triliun.
Saat yang bersamaan, WIKA juga mencatat penjualan (belum termasuk proyek-proyek kerja sama operasi/KSO) sebesar Rp31,16 triliun atau melonjak 19,03 persen dari sebelumnya Rp26,18 triliun.
"Kontribusi penjualan terbesar datang dari sektor infrastruktur dan gedung. Kemudian diikuti sektor berikutnya secara berturut-turut, yaitu: energi & industrial plant , industri dan properti," kata Direktur Utama WIKA Tumiyana, dalam siaran pers di Jakarta, Kamis.
Baca juga: WIKA bangun infrastruktur jalan dan jembatan untuk Asmat yang lebih baik
Peningkatan laba bersih dan penjualan didukung penerapan teknologi dan inovasi yang menghasilkan efisiensi pada beberapa proyek di antaranya penerapan teknologi BIM dan inovasi Simulasi WEB cyclone pada Proyek New Development of Oecusse Airport Project.
Net Profit Margin (NPM) di tahun 2018 melonjak sebesar 6,65 persen dibandingkan capaian tahun 2017 yang sebesar 5,18 persen.
Grafik positif tersebut di atas, semakin kuat dengan dicatatkannya arus kas operasi yang positif sebesar Rp2,72 triliun.
"Perolehan ini semakin memperkuat keyakinan WIKA untuk merealisasikan target pada tahun 2019 ini," ujar Tumiyana.
Baca juga: AP I tunjuk Wika kembangkan Bandara Sultan Hasanuddin
Baca juga: WIKA jajaki peluang proyek pembangunan infrastruktur di PNG
Dari sisi aset, sepanjang tahun 2018 WIKA juga mencatat pertumbuhan signifikan 29,65 persen menjadi Rp59,23 triliun dibandingkan posisi aset tahun 2017 sebesar Rp45,68 triliun.
“Performa WIKA selama tahun 2018 menunjukkan bahwa kami sudah on the track menghasilkan efisiensi dan berpotensi untuk terus bertumbuh secara finansial maupun portofolio proyek. WIKA dipercaya menangani berbagai proyek strategis sehingga ruang WIKA untuk berkembang masih sangat luas,” ujar Tumiyana.
Secara rasio finansial, posisi hutang berbunga dibandingkan ekuitas perseroan (gross gearing ratio) tercatat berada di level yang rendah yaitu hanya sebesar 0,79 kali, dengan batas hutang berbunga (debt covenant) sebesar 2,5 kali, yang menunjukkan bahwa perseroan memiliki kas setara kas Rp13,97 triliun yang lebih tinggi dibandingkan dengan total hutang berbunga sebesar Rp13,59 triliun.
WIKA juga terus menambah portofolio kontrak baru di bidang infrastruktur jalan, bangunan gedung dan pelabuhan, yaitu menggarap proyek Tol Ruas Pekanbaru-Padang senilai Rp8,68 triliun, Mixed Used Building Senegal senilai Rp3,50 triliun, Terminal Kijing Rp2,49 triliun dan Terminal dan Apron Bandara Sultan Hasanuddin senilai Rp2,42 triliun.
Baca juga: WIKA fokus tingkatkan kerja sama di 10 negara
Baca juga: Menteri BUMN lepas ratusan pekerja konstruksi ke Aljazair
Saat yang bersamaan, WIKA juga mencatat penjualan (belum termasuk proyek-proyek kerja sama operasi/KSO) sebesar Rp31,16 triliun atau melonjak 19,03 persen dari sebelumnya Rp26,18 triliun.
"Kontribusi penjualan terbesar datang dari sektor infrastruktur dan gedung. Kemudian diikuti sektor berikutnya secara berturut-turut, yaitu: energi & industrial plant , industri dan properti," kata Direktur Utama WIKA Tumiyana, dalam siaran pers di Jakarta, Kamis.
Baca juga: WIKA bangun infrastruktur jalan dan jembatan untuk Asmat yang lebih baik
Peningkatan laba bersih dan penjualan didukung penerapan teknologi dan inovasi yang menghasilkan efisiensi pada beberapa proyek di antaranya penerapan teknologi BIM dan inovasi Simulasi WEB cyclone pada Proyek New Development of Oecusse Airport Project.
Net Profit Margin (NPM) di tahun 2018 melonjak sebesar 6,65 persen dibandingkan capaian tahun 2017 yang sebesar 5,18 persen.
Grafik positif tersebut di atas, semakin kuat dengan dicatatkannya arus kas operasi yang positif sebesar Rp2,72 triliun.
"Perolehan ini semakin memperkuat keyakinan WIKA untuk merealisasikan target pada tahun 2019 ini," ujar Tumiyana.
Baca juga: AP I tunjuk Wika kembangkan Bandara Sultan Hasanuddin
Baca juga: WIKA jajaki peluang proyek pembangunan infrastruktur di PNG
Dari sisi aset, sepanjang tahun 2018 WIKA juga mencatat pertumbuhan signifikan 29,65 persen menjadi Rp59,23 triliun dibandingkan posisi aset tahun 2017 sebesar Rp45,68 triliun.
“Performa WIKA selama tahun 2018 menunjukkan bahwa kami sudah on the track menghasilkan efisiensi dan berpotensi untuk terus bertumbuh secara finansial maupun portofolio proyek. WIKA dipercaya menangani berbagai proyek strategis sehingga ruang WIKA untuk berkembang masih sangat luas,” ujar Tumiyana.
Secara rasio finansial, posisi hutang berbunga dibandingkan ekuitas perseroan (gross gearing ratio) tercatat berada di level yang rendah yaitu hanya sebesar 0,79 kali, dengan batas hutang berbunga (debt covenant) sebesar 2,5 kali, yang menunjukkan bahwa perseroan memiliki kas setara kas Rp13,97 triliun yang lebih tinggi dibandingkan dengan total hutang berbunga sebesar Rp13,59 triliun.
WIKA juga terus menambah portofolio kontrak baru di bidang infrastruktur jalan, bangunan gedung dan pelabuhan, yaitu menggarap proyek Tol Ruas Pekanbaru-Padang senilai Rp8,68 triliun, Mixed Used Building Senegal senilai Rp3,50 triliun, Terminal Kijing Rp2,49 triliun dan Terminal dan Apron Bandara Sultan Hasanuddin senilai Rp2,42 triliun.
Baca juga: WIKA fokus tingkatkan kerja sama di 10 negara
Baca juga: Menteri BUMN lepas ratusan pekerja konstruksi ke Aljazair
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: