Penyintas serangan Selandia Baru: saya dua kali luput dari peluru
20 Maret 2019 08:27 WIB
Warga mengunjungi situs peringatan bagi korban penembakan Jumat lalu, di depan Christchurch Botanic Garden di Christchurch, Selandia Baru, Selasa (19/3/2019). ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva/djo
Christchurch (ANTARA) - Mohammed Abdi Jemal Afi, seorang penyintas serangan teroris pekan lalu di dua masjid di Selandia Baru, mengatakan teroris tersebut berusaha menembak dia dua kali, tapi entah bagaimana ia selamat.
Afi, penyintas yang berusia 60 tahun dari serangan tersebut, mengatakan kepada Kantor Berita Anadolu bahwa ia sangat dekat dengan teroris itu ketika ia akan memasuki Masjid An-Nur di Christchurch, satu dari dua masjid tempat lelaki bersenjata tersebut menembak dan menewaskan 50 orang Muslim.
"Ibadah Jumat baru akan dimulai, dan di pintu masuk seorang perempuan Somalia berbicara dengan saya dalam bahasa kami. Ia mengatakan, 'Saudara Jamal, perhatikan lelaki di belakang kamu akan menembak kami," kenang Afi.
Ia mengatakan teroris itu sedang merekam apa yang ia kerjakan dengan satu kamera di helmnya. Afi menambahkan peluru pertama menyerempet kepalanya dan peluru kedua tak mengenainya ketika ia jatuh ke tanah.
"Kami cuma terpisah satu langkah. Cuma selangkah antara kami. Ia menunggu beberapa detik. Ia tidak berhenti menembak. Ia tidak berbicara, dan ia cuma melihat ke muka saya. Lalu ia menjauh dua langkah, dan mulai berlari ke arah pintu masjid. Ia berpakaian seperti tentara. Dan ia mengatakan, 'Kamu tak bisa memasuki masjid, keluar sana'. Dan ia mulai menembaki saya," kata Afi, sebagaimana dikutip Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu dini hari.
Orang datang untuk shalat
Afi juga menggaris-bawahi bahwa ia melihat teroris tersebut membunuh seorang pria Afghanistan dari jamaah yang menyambut dia. Afi juga menyaksikan beberapa perempuan dan lelaki ditembak di dada dan di kepala, katanya.
Setelah selamat dari serangan itu, Afi menghubungi polisi dan ambulans, dan mereka tiba sekitar 18-20 menit kemudian, katanya.
Karena terjatuh, tulang kedua lutut Afi patah, dan para dokter memberitahu bahwa ia harus dioperasi, tapi ia mengatakan menunda pengobatan sampai pemakaman para korban dilakukan.
"Semua orang tidak bersenjata. Mereka bertangan kosong, dan mereka berada di sini cuma untuk shalat, bukan untuk berkelahi," katanya.
"Dengan izin Tuhan, semoga orang yang gugur akan masuk surga. Mereka berada di masjid untuk beribadah. Mereka sedang mendengarkan khutbah. Mereka akan masuk surga," katanya.
Sedikitnya 50 orang Muslim meningal ketika seorang pria bersenjata melepaskan tembakan ke arah orang yang sedang Shalat Jumat di Masjid An-Nur dan Linwood di Christchurch, Selandia Baru. Lelaki itu dengan darah dingin melepaskan tembakan, tanda lain mengenai Islamfobia, yang meningkat.
Brenton Harrison Tarrant, orang Australia yang berusia 28 tahun, menghadapi dakwaan pembantaian.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Menhan imbau masyarakat tidak terpancing teror Selandia Baru
Baca juga: Dubes Australia ajak warganya pelajari Islam dari Indonesia
Baca juga: Korban selamat Christchurch yang istrinya tewas kepada pelaku: Saya masih menyayangimu
Afi, penyintas yang berusia 60 tahun dari serangan tersebut, mengatakan kepada Kantor Berita Anadolu bahwa ia sangat dekat dengan teroris itu ketika ia akan memasuki Masjid An-Nur di Christchurch, satu dari dua masjid tempat lelaki bersenjata tersebut menembak dan menewaskan 50 orang Muslim.
"Ibadah Jumat baru akan dimulai, dan di pintu masuk seorang perempuan Somalia berbicara dengan saya dalam bahasa kami. Ia mengatakan, 'Saudara Jamal, perhatikan lelaki di belakang kamu akan menembak kami," kenang Afi.
Ia mengatakan teroris itu sedang merekam apa yang ia kerjakan dengan satu kamera di helmnya. Afi menambahkan peluru pertama menyerempet kepalanya dan peluru kedua tak mengenainya ketika ia jatuh ke tanah.
"Kami cuma terpisah satu langkah. Cuma selangkah antara kami. Ia menunggu beberapa detik. Ia tidak berhenti menembak. Ia tidak berbicara, dan ia cuma melihat ke muka saya. Lalu ia menjauh dua langkah, dan mulai berlari ke arah pintu masjid. Ia berpakaian seperti tentara. Dan ia mengatakan, 'Kamu tak bisa memasuki masjid, keluar sana'. Dan ia mulai menembaki saya," kata Afi, sebagaimana dikutip Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu dini hari.
Orang datang untuk shalat
Afi juga menggaris-bawahi bahwa ia melihat teroris tersebut membunuh seorang pria Afghanistan dari jamaah yang menyambut dia. Afi juga menyaksikan beberapa perempuan dan lelaki ditembak di dada dan di kepala, katanya.
Setelah selamat dari serangan itu, Afi menghubungi polisi dan ambulans, dan mereka tiba sekitar 18-20 menit kemudian, katanya.
Karena terjatuh, tulang kedua lutut Afi patah, dan para dokter memberitahu bahwa ia harus dioperasi, tapi ia mengatakan menunda pengobatan sampai pemakaman para korban dilakukan.
"Semua orang tidak bersenjata. Mereka bertangan kosong, dan mereka berada di sini cuma untuk shalat, bukan untuk berkelahi," katanya.
"Dengan izin Tuhan, semoga orang yang gugur akan masuk surga. Mereka berada di masjid untuk beribadah. Mereka sedang mendengarkan khutbah. Mereka akan masuk surga," katanya.
Sedikitnya 50 orang Muslim meningal ketika seorang pria bersenjata melepaskan tembakan ke arah orang yang sedang Shalat Jumat di Masjid An-Nur dan Linwood di Christchurch, Selandia Baru. Lelaki itu dengan darah dingin melepaskan tembakan, tanda lain mengenai Islamfobia, yang meningkat.
Brenton Harrison Tarrant, orang Australia yang berusia 28 tahun, menghadapi dakwaan pembantaian.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Menhan imbau masyarakat tidak terpancing teror Selandia Baru
Baca juga: Dubes Australia ajak warganya pelajari Islam dari Indonesia
Baca juga: Korban selamat Christchurch yang istrinya tewas kepada pelaku: Saya masih menyayangimu
Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019
Tags: