Presiden tegaskan capai swasembada pangan tak bisa instan
19 Maret 2019 20:17 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara Peresmian Pembukaan Rapat Koordinasi dan Diskusi Nasional Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Tahun 2019 di Istana Negara Jakarta, Selasa. (Hanni Sofia)
Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo menegaskan untuk mencapai target swasembada pangan menuju kedaulatan pangan di Tanah Air tidak bisa dilakukan secara instan.
“Kalau orang menginginkan bisa swasembada, langsung ketahanan pangan, kemudian meloncat menuju kedaulatan pangan dalam sehari dua hari seperti membalikkan tangan, nggak akan mungkin. Perlu proses dan tahapan,” kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara Peresmian Pembukaan Rapat Koordinasi dan Diskusi Nasional Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Tahun 2019 di Istana Negara Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan, dalam 4,5 tahun terakhir pemerintahannya masih terkonsentrasi dan terfokus pada pembangunan infrastruktur baik di desa maupun di kota-kota.
Di desa, misalnya, telah banyak dibangun jalan produksi menuju kebun dan sawah dengan menggunakan dana desa.
“Berkaitan dengan jalur logistik besar, jalan tol, pelabuhan, airport kita bangun juga untuk dekatkan produsen ke konsumen. Produsen dan pasar. Kita melihat bahwa ini semuanya tidak bisa instan,” katanya.
Presiden mencontohkan, untuk komoditas jagung misalnya juga tidak bisa instan untuk menyelesaikan persoalan di dalamnya, karena secara fisik di lapangan produksi jagung melimpah tetapi harga jagung jatuh di tingkat petani karena ada impor.
“Saya lihat, produksi jagung per hektare bagus tapi kalau harga jatuh seperti itu untuk apa. Saya cek, impor berapa, benar impor gede banget. Hampir 3,6 juta ton. Sehingga saat itu saya terbitkan Perpres yang membuat Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Jagung Rp2.700 per kilogram. Paling tidak dengan harga itu jagung petani terserap dimana pun," katanya.
Perlu proses sehingga perlakuan serupa pada jagung bisa diterapkan pada komoditas lain, terutama yang banyak diimpor.
Presiden mengatakan hal-hal seperti itu yang saat ini sedang terus dibenahi agar kesejahteraan petani di Tanah Air bisa meningkat.
“Saya juga senang rumpang hasil hutan. Mereka mulai menanam bawang putih. Kalau panen bagus saya minta diperluas,” kata Presiden.
Pada kesempatan itu hadir para pengurus dan anggota HKTI dari seluruh Indonesia.
Hadir pula Ketua Umum HKTI Moeldoko, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang.
Baca juga: Menyatukan asa untuk wujudkan swasembada pangan
Baca juga: Bupati Bogor siapkan tiga kecamatan untuk swasembada pangan
Baca juga: Pengamat: Impor pangan bukan hal yang tabu
“Kalau orang menginginkan bisa swasembada, langsung ketahanan pangan, kemudian meloncat menuju kedaulatan pangan dalam sehari dua hari seperti membalikkan tangan, nggak akan mungkin. Perlu proses dan tahapan,” kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara Peresmian Pembukaan Rapat Koordinasi dan Diskusi Nasional Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Tahun 2019 di Istana Negara Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan, dalam 4,5 tahun terakhir pemerintahannya masih terkonsentrasi dan terfokus pada pembangunan infrastruktur baik di desa maupun di kota-kota.
Di desa, misalnya, telah banyak dibangun jalan produksi menuju kebun dan sawah dengan menggunakan dana desa.
“Berkaitan dengan jalur logistik besar, jalan tol, pelabuhan, airport kita bangun juga untuk dekatkan produsen ke konsumen. Produsen dan pasar. Kita melihat bahwa ini semuanya tidak bisa instan,” katanya.
Presiden mencontohkan, untuk komoditas jagung misalnya juga tidak bisa instan untuk menyelesaikan persoalan di dalamnya, karena secara fisik di lapangan produksi jagung melimpah tetapi harga jagung jatuh di tingkat petani karena ada impor.
“Saya lihat, produksi jagung per hektare bagus tapi kalau harga jatuh seperti itu untuk apa. Saya cek, impor berapa, benar impor gede banget. Hampir 3,6 juta ton. Sehingga saat itu saya terbitkan Perpres yang membuat Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Jagung Rp2.700 per kilogram. Paling tidak dengan harga itu jagung petani terserap dimana pun," katanya.
Perlu proses sehingga perlakuan serupa pada jagung bisa diterapkan pada komoditas lain, terutama yang banyak diimpor.
Presiden mengatakan hal-hal seperti itu yang saat ini sedang terus dibenahi agar kesejahteraan petani di Tanah Air bisa meningkat.
“Saya juga senang rumpang hasil hutan. Mereka mulai menanam bawang putih. Kalau panen bagus saya minta diperluas,” kata Presiden.
Pada kesempatan itu hadir para pengurus dan anggota HKTI dari seluruh Indonesia.
Hadir pula Ketua Umum HKTI Moeldoko, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang.
Baca juga: Menyatukan asa untuk wujudkan swasembada pangan
Baca juga: Bupati Bogor siapkan tiga kecamatan untuk swasembada pangan
Baca juga: Pengamat: Impor pangan bukan hal yang tabu
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2019
Tags: