Forum Jalur Rempah bangun kembali budaya maritim Nusantara
19 Maret 2019 15:42 WIB
Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Bidang Sosio-Antropologi Tukul Rameyo Adi memukul gong tanda dibukanya International Forum on Spice Route (IFSR) di Jakarta, Selasa (19/3/2019). Turut hadir Menteri Luar Negeri RI periode 2001-2009 Hassan Wirajuda (berjas hitam). (ANTARA/Ade Irma Junida)
Jakarta (ANTARA) - Forum Internasional Jalur Rempah atau International Forum on Spice Route (IFSR) yang digelar 19-24 Maret 2019 diharapkan dapat membangun kembali budaya maritim Nusantara.
Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Bidang Sosio-Antropologi Tukul Rameyo Adi saat membuka acara di Jakarta, Selasa, mengatakan IFSR diharapkan menjadi forum pertukaran pengetahuan pemahaman antarbudaya, dengan mengedepankan kekuatan warisan budaya serta semangat multikulturalisme melalui narasi sosio-kultural-historis jalur rempah dan perdagangan maritim yang relevan dengan konteks kekinian.
"Forum ini bertujuan untuk memperluas kesempatan dan meninjau kembali budaya maritim, khususnya jalur rempah sebagai alat diplomasi maritim dan diplomasi budaya Indonesia," katanya.
Menteri Luar Negeri RI periode 2001-2009 Hassan Wirajuda mengatakan Indonesia harus mengambil peranan penting di tengah bergulirnya pertarungan konsep negara dengan memanfaatkan warisan budaya maritim yang dimiliki.
"Apalagi ketika dewasa ini banyak bergulir pertarungan konsep seperti Jalur Sutera Maritim yang diusung Tiongkok, maupun ragam konsep tentang wawasan Indo-Pasifik yang kesemuanya menuntut Indonesia untuk mengambil peranan yang penting," katanya yang juga duduk sebagai ketua dewan pembina Yayasan Negeri Rempah.
Yayasan Negeri Rempah didukung oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman menyelenggarakan International Forum on Spice Route (IFSR) pada tanggal 19 hingga 24 Maret 2019 di Museum Nasional, Jakarta.
Mengangkat tema "Reviving the World’s Maritime Culture through the Common Heritage of Spice Route", forum itu diharapkan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kembali peranan penting Indonesia dalam produksi dan perniagaan komoditas rempah.
Menilik sejarah, Nusantara memiliki posisi strategis sebagai poros yang menghubungkan Tiongkok, India, Timur Tengah hingga Eropa. Jauh sebelum bangsa Eropa melakukan aktivitas perdagangan di Asia Tenggara, Nusantara telah menjadi pemain penting dalam perdagangan dunia dan telah lama dikenal sebagai negara pemasok utama komoditas penting di dunia yakni rempah-rempah.
Forum ini mengundang para narasumber dari negara-negara sahabat yang juga memiliki warisan budaya maritim. Bahkan, masyarakat juga diajak untuk turut merayakan keragaman dunia rempah nusantara melalui berbagai program menarik mulai dari diskusi, bedah buku, talk show, pertunjukan masak, hingga permainan "Spice Challenge & Boardgame Competition".
Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Bidang Sosio-Antropologi Tukul Rameyo Adi saat membuka acara di Jakarta, Selasa, mengatakan IFSR diharapkan menjadi forum pertukaran pengetahuan pemahaman antarbudaya, dengan mengedepankan kekuatan warisan budaya serta semangat multikulturalisme melalui narasi sosio-kultural-historis jalur rempah dan perdagangan maritim yang relevan dengan konteks kekinian.
"Forum ini bertujuan untuk memperluas kesempatan dan meninjau kembali budaya maritim, khususnya jalur rempah sebagai alat diplomasi maritim dan diplomasi budaya Indonesia," katanya.
Menteri Luar Negeri RI periode 2001-2009 Hassan Wirajuda mengatakan Indonesia harus mengambil peranan penting di tengah bergulirnya pertarungan konsep negara dengan memanfaatkan warisan budaya maritim yang dimiliki.
"Apalagi ketika dewasa ini banyak bergulir pertarungan konsep seperti Jalur Sutera Maritim yang diusung Tiongkok, maupun ragam konsep tentang wawasan Indo-Pasifik yang kesemuanya menuntut Indonesia untuk mengambil peranan yang penting," katanya yang juga duduk sebagai ketua dewan pembina Yayasan Negeri Rempah.
Yayasan Negeri Rempah didukung oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman menyelenggarakan International Forum on Spice Route (IFSR) pada tanggal 19 hingga 24 Maret 2019 di Museum Nasional, Jakarta.
Mengangkat tema "Reviving the World’s Maritime Culture through the Common Heritage of Spice Route", forum itu diharapkan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kembali peranan penting Indonesia dalam produksi dan perniagaan komoditas rempah.
Menilik sejarah, Nusantara memiliki posisi strategis sebagai poros yang menghubungkan Tiongkok, India, Timur Tengah hingga Eropa. Jauh sebelum bangsa Eropa melakukan aktivitas perdagangan di Asia Tenggara, Nusantara telah menjadi pemain penting dalam perdagangan dunia dan telah lama dikenal sebagai negara pemasok utama komoditas penting di dunia yakni rempah-rempah.
Forum ini mengundang para narasumber dari negara-negara sahabat yang juga memiliki warisan budaya maritim. Bahkan, masyarakat juga diajak untuk turut merayakan keragaman dunia rempah nusantara melalui berbagai program menarik mulai dari diskusi, bedah buku, talk show, pertunjukan masak, hingga permainan "Spice Challenge & Boardgame Competition".
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: