Debat Capres
Budayawan anggap calon tak paham konsep kebudayaan
19 Maret 2019 14:10 WIB
Cawapres nomor urut 01 Ma'ruf Amin (kiri) berbincang dengan Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno (kanan) usai mengikuti Debat Capres Putaran Ketiga di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/3/2019). Debat Capres Putaran Ketiga yang menampilkan hanya kedua Cawapres tersebut bertemakan Pendidikan, Kesehatan, Ketenagakerjaan serta Sosial dan Kebudayaan. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/pras)
Jakarta (ANTARA) - Budayawan Radhar Panca Dhana menganggap para calon presiden dan wakil presiden tidak paham konsep kebudayaan, sehingga program budaya yang ditawarkan tidak sesuai dengan kedudukan dan peran serta fungsi kebudayaan tersebut.
"Saya kira konsep kebudayaan harus didahului oleh satu pemahaman tentang dimana peran kebudayaan, posisi atau kedudukannya di tengah elemen atau dimensi kehidupan, kata Radhar saat dihubungi Antara, Selasa (19/3).
Dia yang juga menjadi panelis dalam debat calon wakil presiden pada Minggu (17/3) mengatakan para calon berbicara tentang program kebudayaan tentang solusi tanpa memahami posisi kebudayaan itu sendiri.
Selama ini, kata Radhar, kebudayaan kerap terpinggirkan dalam program dan anggaran, pemerintah dapat menggelontorkan ribuan triliun rupiah untuk pembangunan infrastruktur, tetapi untuk pembangunan budaya hanya ratusan miliar.
Pembangunan kebudayaan selama ini dinilai masih mengurusi hal yang remeh-temeh, dan masih fokus dalam mengurusi produk kebudayaan, bukan kebudayaan itu sendiri.
"Misalnya kebudayaan itu kok cuma urusan bikin opera atau paling buruk bagi-bagi uang. Itu kan sama saja seperti bantuan sosial. Sementara proses kebudayaan yang terus berlangsung itu enggak diurus," kata dia.
Pemerintah perlu membuat infrastruktur kebudayaan yang memadai, seperti memberikan ruang kebebasan untuk berpikir.
"Selama ini pemikiran saja masih dipasung. Kebudayaan itu pemikiran, kebudayaan itu produsen yang memproduksi alat-alat kebudayaan. Alat kebudayaan itu mulai dari HP, pesawat, komputer, tarian, dangdut dan lainnya," kata dia.
Kebudayaan yang tidak dirawat akan membuat kualitasnya terdegradasi, sehingga produk kebudayaan yang dihasilkan bisa menjadi destruktif dan negatif.
Dia mengatakan kebudayaan masyarakat Indonesia sedang jatuh sehingga memunculkan perilaku sosial yang negatif sebagai produk dari kebudayaan itu sendiri.
Dia mencontohkan perilaku sosial yang negatif itu seperti orang yang melanggar lalu lintas, menggunakan narkoba, pembunuhan, gerakan radikal, termasuk perilaku para elit yang suka menghina.
Kebudayaan itu ada di pikiran dan mentalitas, hal itu yang tidak diketahui pemerintah, membangun kebudayaan berarti menciptakan manusia beradab yang humanis," kata dia.
Radhar mengatakan baik pasangan calon nomor 01 dan nomor 02 tidak mampu menyentuh persoalan yang substansial dari masalah kebudayaan. Keduanya masih memandang sesuatu yang diselebrasi yang difestivalkan.
"Saya kira konsep kebudayaan harus didahului oleh satu pemahaman tentang dimana peran kebudayaan, posisi atau kedudukannya di tengah elemen atau dimensi kehidupan, kata Radhar saat dihubungi Antara, Selasa (19/3).
Dia yang juga menjadi panelis dalam debat calon wakil presiden pada Minggu (17/3) mengatakan para calon berbicara tentang program kebudayaan tentang solusi tanpa memahami posisi kebudayaan itu sendiri.
Selama ini, kata Radhar, kebudayaan kerap terpinggirkan dalam program dan anggaran, pemerintah dapat menggelontorkan ribuan triliun rupiah untuk pembangunan infrastruktur, tetapi untuk pembangunan budaya hanya ratusan miliar.
Pembangunan kebudayaan selama ini dinilai masih mengurusi hal yang remeh-temeh, dan masih fokus dalam mengurusi produk kebudayaan, bukan kebudayaan itu sendiri.
"Misalnya kebudayaan itu kok cuma urusan bikin opera atau paling buruk bagi-bagi uang. Itu kan sama saja seperti bantuan sosial. Sementara proses kebudayaan yang terus berlangsung itu enggak diurus," kata dia.
Pemerintah perlu membuat infrastruktur kebudayaan yang memadai, seperti memberikan ruang kebebasan untuk berpikir.
"Selama ini pemikiran saja masih dipasung. Kebudayaan itu pemikiran, kebudayaan itu produsen yang memproduksi alat-alat kebudayaan. Alat kebudayaan itu mulai dari HP, pesawat, komputer, tarian, dangdut dan lainnya," kata dia.
Kebudayaan yang tidak dirawat akan membuat kualitasnya terdegradasi, sehingga produk kebudayaan yang dihasilkan bisa menjadi destruktif dan negatif.
Dia mengatakan kebudayaan masyarakat Indonesia sedang jatuh sehingga memunculkan perilaku sosial yang negatif sebagai produk dari kebudayaan itu sendiri.
Dia mencontohkan perilaku sosial yang negatif itu seperti orang yang melanggar lalu lintas, menggunakan narkoba, pembunuhan, gerakan radikal, termasuk perilaku para elit yang suka menghina.
Kebudayaan itu ada di pikiran dan mentalitas, hal itu yang tidak diketahui pemerintah, membangun kebudayaan berarti menciptakan manusia beradab yang humanis," kata dia.
Radhar mengatakan baik pasangan calon nomor 01 dan nomor 02 tidak mampu menyentuh persoalan yang substansial dari masalah kebudayaan. Keduanya masih memandang sesuatu yang diselebrasi yang difestivalkan.
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019
Tags: