BRG-LAPAN sinergi manfaatkan penginderaan jauh untuk restorasi gambut
18 Maret 2019 20:07 WIB
Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead (kiri) dan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin (kanan) usai menandatangani kerja sama pemanfaatan data penginderaan jauh untuk restorasi gambut di Jakarta, Senin (18/3/2019). BRG memanfaatkan citra satelit milik LAPAN untuk mendukung restorasi sekaligus mendeteksi titik panas di lahan gambut tujuh provinsi. (FOTO ANTARA/Virna P Setyorini)
Jakarta (ANTARA) - Badan Restorasi Gambut (BRG) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) melakukan sinergi memanfaatkan data penginderaan jauh untuk mendukung restorasi ekosistem gambut di tujuh provinsi yang menjadi target prioritas restorasi gambut.
Kepala BRG Nazir Foead di Jakarta, Senin, mengatakan kerja sama ini akan membantu BRG memperkirakan tingkat kebasahan lahan gambut dengan menggunakan data citra satelit milik LAPAN.
“Saya yakin ini terobosan, bahkan di level internasional,” kata Nazir.
Menurut dia, sejauh ini pengukuran kelembapan tanah sudah banyak dilakukan tapi tidak ada yang spesifik untuk gambut. Umumnya gambut di negara empat musim sudah banyak diketahui metode pengelolaan dan restorasinya, tapi untuk daerah tropis masih sangat kurang.
“Kerja sama dengan LAPAN ini saya yakin memiliki kontribusi yang sangat penting. Kita memang harus kerja dengan kajian ilmiah demi efektivitas dan efisiensi,” katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan metode yang mungkin nanti dihasilkan bersama LAPAN dapat digunakan Deputi Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan BRG Alue Dohong untuk mengevaluasi keberhasilan restorasi gambut.
“Ketika kita bangun sekat kanal dan sumur bor, untuk mengetahui dampak kebasahannya tentu perlu waktu satu hingga tiga tahun. Tapi dengan adanya program monitoring berbasis citra satelit, (persoalan waktu) itu bisa terwajab,” katanya.
Sementara itu, Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin mengatakan lahan gambut merupakan sumber daya alam luar biasa untuk menjaga lingkungan, tetap juga sangat rentan karena kegiatan manusia.
Sehinggga jika bisa memantaunya, sekaligus mampu memberikan arah dengan baik untuk pengelolaannya tentu akan bermanfaat, ujar Thomas.
Kerja sama dengan pemanfaatan penginderaan jauh ini termasuk untuk keperluan pemantauan kondisi lingkungan. Sedangkan kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) bersama dengan BRG ia harapkan bisa menghasilkan metode efektif untuk memantau sumber daya alam dan lingkungan di ekosistem gambut seluas 2,4 juta ha yang menjadi target restorasi BRG.
Citra satelit yang diakuisisi LAPAN berasal dari berbagai satelit. Biasanya untuk kebutuhan pemantauan lingkungan resolusi yang dibutuhkan 250 meter (m), namun jika menginginkan hasil yang lebih detil lagi bisa memakai data Landsat dengan resolusi 30 hingga 15 m.
Untuk kebutuhan yang lebih spesifik bisa menggunakan data citra satelit SPOT milik Prancis dengan resolusi hingga 1,5 m. Bahkan jika memerlukan resolusi sangat tinggi hingga 0,5 m untuk pemantauan kanal-kanal di lahan gambut bisa menggunakan Pleiades.
Terkait perencanaan akuisisi citra satelit yang dapat mendorong suksesnya restorasi gambut, Thomas mengatakan tentu akan disinkronkan dengan kebutuhan BRG jika memang membutuhkan data yang spesifik, sehingga akuisisi bisa diprioritaskan.
Kerja sama BRG dan LAPAN akan berlangsung hingga 31 Desember 2020, mencakup pemanfaatan data dan informasi penginderaan jauh berupa identifikasi burn scar, jaringan kanal, pembukaan lahan dan data titik panas.
Selain itu, akan dilaksanakan pemgembangan sistem informasi dan monitoring pelaksanaan restorasi ekosistem gambut serta pemanfaatan data LIDAR (Light Detection and Ranging) dan hasil inventarisasi ekosistem gambut di tujuh provinsi.
Baca juga: BRG berbagi metode pemantauan restorasi gambut di KTT Iklim
Baca juga: Satelit Lapan A-1 sudah bertahan 12 tahun di orbitnya
Baca juga: LAPAN siapkan citra satelit untuk mendukung evakuasi korban tsunami
Kepala BRG Nazir Foead di Jakarta, Senin, mengatakan kerja sama ini akan membantu BRG memperkirakan tingkat kebasahan lahan gambut dengan menggunakan data citra satelit milik LAPAN.
“Saya yakin ini terobosan, bahkan di level internasional,” kata Nazir.
Menurut dia, sejauh ini pengukuran kelembapan tanah sudah banyak dilakukan tapi tidak ada yang spesifik untuk gambut. Umumnya gambut di negara empat musim sudah banyak diketahui metode pengelolaan dan restorasinya, tapi untuk daerah tropis masih sangat kurang.
“Kerja sama dengan LAPAN ini saya yakin memiliki kontribusi yang sangat penting. Kita memang harus kerja dengan kajian ilmiah demi efektivitas dan efisiensi,” katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan metode yang mungkin nanti dihasilkan bersama LAPAN dapat digunakan Deputi Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan BRG Alue Dohong untuk mengevaluasi keberhasilan restorasi gambut.
“Ketika kita bangun sekat kanal dan sumur bor, untuk mengetahui dampak kebasahannya tentu perlu waktu satu hingga tiga tahun. Tapi dengan adanya program monitoring berbasis citra satelit, (persoalan waktu) itu bisa terwajab,” katanya.
Sementara itu, Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin mengatakan lahan gambut merupakan sumber daya alam luar biasa untuk menjaga lingkungan, tetap juga sangat rentan karena kegiatan manusia.
Sehinggga jika bisa memantaunya, sekaligus mampu memberikan arah dengan baik untuk pengelolaannya tentu akan bermanfaat, ujar Thomas.
Kerja sama dengan pemanfaatan penginderaan jauh ini termasuk untuk keperluan pemantauan kondisi lingkungan. Sedangkan kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) bersama dengan BRG ia harapkan bisa menghasilkan metode efektif untuk memantau sumber daya alam dan lingkungan di ekosistem gambut seluas 2,4 juta ha yang menjadi target restorasi BRG.
Citra satelit yang diakuisisi LAPAN berasal dari berbagai satelit. Biasanya untuk kebutuhan pemantauan lingkungan resolusi yang dibutuhkan 250 meter (m), namun jika menginginkan hasil yang lebih detil lagi bisa memakai data Landsat dengan resolusi 30 hingga 15 m.
Untuk kebutuhan yang lebih spesifik bisa menggunakan data citra satelit SPOT milik Prancis dengan resolusi hingga 1,5 m. Bahkan jika memerlukan resolusi sangat tinggi hingga 0,5 m untuk pemantauan kanal-kanal di lahan gambut bisa menggunakan Pleiades.
Terkait perencanaan akuisisi citra satelit yang dapat mendorong suksesnya restorasi gambut, Thomas mengatakan tentu akan disinkronkan dengan kebutuhan BRG jika memang membutuhkan data yang spesifik, sehingga akuisisi bisa diprioritaskan.
Kerja sama BRG dan LAPAN akan berlangsung hingga 31 Desember 2020, mencakup pemanfaatan data dan informasi penginderaan jauh berupa identifikasi burn scar, jaringan kanal, pembukaan lahan dan data titik panas.
Selain itu, akan dilaksanakan pemgembangan sistem informasi dan monitoring pelaksanaan restorasi ekosistem gambut serta pemanfaatan data LIDAR (Light Detection and Ranging) dan hasil inventarisasi ekosistem gambut di tujuh provinsi.
Baca juga: BRG berbagi metode pemantauan restorasi gambut di KTT Iklim
Baca juga: Satelit Lapan A-1 sudah bertahan 12 tahun di orbitnya
Baca juga: LAPAN siapkan citra satelit untuk mendukung evakuasi korban tsunami
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: