Pengungsi perbukitan retak Mamuju butuhkan bantuan pemerintah
18 Maret 2019 19:42 WIB
Ilustrasi - Sejumlah warga pengungsi korban banjir mengantre untuk mendapatkan air bersih di Kelurahan Bebanga, Kecamatan Kalukku, Mamuju, Sulawesi Barat, Senin (4/3/2019). ANTARA FOTO/Akbar Tado/aww. (ANTARA FOTO/AKBAR TADO)
Mamuju (ANTARA) - Warga Dusun Sama, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, korban gunung retak yang mengungsi dan membuat tenda darurat di Dusun Gentungan membutuhkan bantuan dan perhatian pemerintah setempat.
Kepala Dusun Sama Basir dihubungi dari Mamuju, Senin petang mengatakan, sampai saat ini, 59 Kepala Keluarga atau sekitar 273 jiwa warganya masih tetap bertahan di tenda pengungsian dengan kondisi yang cukup memprihatinkan.
"Sampai sekarang, warga tetap bertahan di tenda pengungsian karena belum ada kepastian dari pemerintah terkait permintaan kami agar bisa dicarikan kawasan pemukiman baru, tidak jauh dari Dusun Sama, pemukiman yang kami tinggalkan karena sudah tidak layak," kata Basir.
Hingga lebih sepekan membuat tenda darurat di Dusun Gentungan lanjut Basir, belum ada pejabat yang datang melihat kondisi warga yang mengungsi tersebut.
Padahal, kata dia, warga sangat berharap Bupati Mamuju dapat melihat kondisi warga agar bisa mencari solusi sehingga warga dapat direlokasi ke tempat yang lebih aman
"Sampai saat ini, belum ada pejabat apalagi Bupati Mamuju yang datang melihat kondisi kami,"tuturnya.
Basir mengatakan walaupun dari berbagai pihak termasuk dari PDAM Mamuju telah memberikan bantuan, namun warga yang mengungsi masih sangat membutuhkan tenda, alat penerangan dan kebutuhan pokok.
"Bantuan sudah ada dan dua hari lalu ada bantuan dari Dirut PDAM berupa beras, gula, minyak goreng dan beberapa kebutuhan pokok lainnya tetapi saat ini warga masih sangat membutuhkan tenda, alat penerangan serta kebutuhan pokok," tutur Basir.
Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju kata dia juga telah menurunkan tim medis untuk melakukan pemeriksaan kesehatan kepada warga yang mengungsi.
"Kemarin, Dinas Kesehatan sudah memeriksa warga yang terkena penyakit. Ada beberapa yang terserang demam," tuturnya
"Dari Tagana dan Dinas Kehutanan juga sudah mengecek langsung kawasan perbukitan di Dusun Sama dan mereka telah melihat ada lubang dan genangan air di kawasan perbukitan itu. Menurut mereka, memang Dusun Sama tidak layak dihuni," kata Basir.
Sebanyak 59 Kepala Keluarga (KK) atau sekitar 273 jiwa yang didominasi anak-anak dan perempuan mengungsi dari rumah-rumah mereka di Dusun Sama karena khawatir akan terjadi longsor, pascabanjir bandang menerjang kawasan itu, pada Kamis (28/2).
Pada saat banjir bandang tersebut sebanyak lima rumah warga Dusu Sama hilang terseret air.
Kemudian, pascabanjir bandang tersebut, warga kembali panik setelah adanya retakan di kawasan perbukitan yang mengelilingi Dusun Sama.
Akhirnya, pada Kamis (7/3) warga Dusun Sama mengungsi di Kantor Lurah Bebanga Kecamatan Kalukku selama tiga hari namun setelah masa tanggap darurat berakhir pada Minggu (10/3) warga akhirnya mencari tempat pengungsian sendiri setelah menolak dipulangkan ke rumahnya masing-masing.
Kepala Dusun Sama Basir dihubungi dari Mamuju, Senin petang mengatakan, sampai saat ini, 59 Kepala Keluarga atau sekitar 273 jiwa warganya masih tetap bertahan di tenda pengungsian dengan kondisi yang cukup memprihatinkan.
"Sampai sekarang, warga tetap bertahan di tenda pengungsian karena belum ada kepastian dari pemerintah terkait permintaan kami agar bisa dicarikan kawasan pemukiman baru, tidak jauh dari Dusun Sama, pemukiman yang kami tinggalkan karena sudah tidak layak," kata Basir.
Hingga lebih sepekan membuat tenda darurat di Dusun Gentungan lanjut Basir, belum ada pejabat yang datang melihat kondisi warga yang mengungsi tersebut.
Padahal, kata dia, warga sangat berharap Bupati Mamuju dapat melihat kondisi warga agar bisa mencari solusi sehingga warga dapat direlokasi ke tempat yang lebih aman
"Sampai saat ini, belum ada pejabat apalagi Bupati Mamuju yang datang melihat kondisi kami,"tuturnya.
Basir mengatakan walaupun dari berbagai pihak termasuk dari PDAM Mamuju telah memberikan bantuan, namun warga yang mengungsi masih sangat membutuhkan tenda, alat penerangan dan kebutuhan pokok.
"Bantuan sudah ada dan dua hari lalu ada bantuan dari Dirut PDAM berupa beras, gula, minyak goreng dan beberapa kebutuhan pokok lainnya tetapi saat ini warga masih sangat membutuhkan tenda, alat penerangan serta kebutuhan pokok," tutur Basir.
Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju kata dia juga telah menurunkan tim medis untuk melakukan pemeriksaan kesehatan kepada warga yang mengungsi.
"Kemarin, Dinas Kesehatan sudah memeriksa warga yang terkena penyakit. Ada beberapa yang terserang demam," tuturnya
"Dari Tagana dan Dinas Kehutanan juga sudah mengecek langsung kawasan perbukitan di Dusun Sama dan mereka telah melihat ada lubang dan genangan air di kawasan perbukitan itu. Menurut mereka, memang Dusun Sama tidak layak dihuni," kata Basir.
Sebanyak 59 Kepala Keluarga (KK) atau sekitar 273 jiwa yang didominasi anak-anak dan perempuan mengungsi dari rumah-rumah mereka di Dusun Sama karena khawatir akan terjadi longsor, pascabanjir bandang menerjang kawasan itu, pada Kamis (28/2).
Pada saat banjir bandang tersebut sebanyak lima rumah warga Dusu Sama hilang terseret air.
Kemudian, pascabanjir bandang tersebut, warga kembali panik setelah adanya retakan di kawasan perbukitan yang mengelilingi Dusun Sama.
Akhirnya, pada Kamis (7/3) warga Dusun Sama mengungsi di Kantor Lurah Bebanga Kecamatan Kalukku selama tiga hari namun setelah masa tanggap darurat berakhir pada Minggu (10/3) warga akhirnya mencari tempat pengungsian sendiri setelah menolak dipulangkan ke rumahnya masing-masing.
Pewarta: Amirullah
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019
Tags: