Jakarta (ANTARA) - Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian melepas ekspor 37.000 metrik ton (MT) minyak goreng sawit atau refined bleaced deodorized olein (RBD olein) asal Kalimantan Tengah ke Tiongkok senilai Rp300 miliar.

"Kami mendukung tumbuhnya industri hilirisasi kelapa sawit, karena produk olahan hasil industri hilir yang justru mendatangkan nilai tambah," kata Kepala Barantan Kementan Ali Jamil saat melepas ekspor RBD olein bersama Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran di Pelabuhan Tempenek-Kumai, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Senin.

Dalam rilisnya di Jakarta, Ali mengatakan Kalimantan Tengah termasuk dalam lima provinsi terbesar penghasil kelapa sawit dan turunannya di Indonesia selain Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat, yang terus menggenjot ekspor produk olahan minyak kelapa sawit.

Pada 2017, ekspor RBD olein dari Kalimantan Tengah yang keluar melalui Karantina Palangkaraya mencapai 23.999 MT dengan nilai ekspor Rp196 miliar.

Sementara pada tahun berikutnya yaitu 2018 ekspor meningkat sebesar 43 persen menjadi sebanyak 34.357 MT dengan nilai Rp281 miliar. Pada tiga bulan pertama 2019, ekspor melonjak mencapai 96.699 MT dengan nilai ekspor mencapai Rp791 miliar.

"Ini pencapaian yang harus diberi apresiasi menurut saya, baru tiga bulan saja sudah mencapai hampir 200 persen, capaian yang luar biasa, bisa kita bayangkan berapa nilai tambah yang bisa diterima saat ini," ujar Jamil.

Kepala Barantan juga menambahkan sepanjang Januari hingga Maret 2019, selain RDB olein, Kalimantan Tengah tercatat juga melakukan ekspor turunan kepala sawit lainnya seperti palm kernel expeller sebanyak 17.350 ton dengan nilai ekspor sebesar Rp81 miliar dan crude palm oil (CPO) sebanyak 11.998 ton setara Rp93 miliar dengan negara tujuan Vietnam, Thailand, dan Tiongkok.

Ada juga karet lempengan (natural rubber) sebanyak tiga juta lembar setara Rp137 miliar tujuan India, Jerman, Turki, Finlandia, Israel, serta Rusia.

Untuk mendukung pertumbuhan ekspor industri hilir minyak sawit, Barantan telah memberi kemudahan pelayanan sertifikasi ekspor kepada pelaku usaha berupa PPK online dan inline inspection guna pemenuhan persyaratan sanitary and phytosanitary (SPS) sehingga lolos di negara tujuan ekspor.

Sementara itu, Kepala Karantina Palangkaraya Parlin R. Sitanggang menambahkan komoditas unggulan ekspor lainnya dari Kalimantan Tengah ialah kayu jelutong, plywood, dan aquatic plant yang juga banyak diminati negara-negara Asia, Eropa, dan Amerika Serikat.

Ada juga potensi ekspor produk hewan dari Kalimantan Tengah yang memiliki nilai jual yang tinggi yaitu sarang burung walet (SBW).

"Potensi ekspor sarang burung walet yang keluar dari Palangkaraya sebesar 120 ton per tahun dengan nilai jual sebesar Rp13 juta per kilogram sehingga potensi ekspor per tahun bisa mencapai Rp1,5 triliun," kata Parlin.

Untuk mengoptimalkan potensi ekspor di tiap-tiap provinsi, Kepala Barantan juga menyerahkan aplikasi iMace atau Indonesian Map of Agricultural Commodities Exports.

Aplikasi yang baru diluncurkan Menteri Pertanian, Rabu (13/3/2019) itu merupakan peta ekspor komoditas pertanian Indonesia yang dapat digunakan oleh pemerintah provinsi sebagai dasar pijakan kebijakan dalam pengembangan potensi ekspor produk pertanian di wilayahnya.

Baca juga: Permintaan domestik naik, ekspor CPO diperkirakan tetap tumbuh 4-5 persen 2019
Baca juga: Tingkatkan devisa, Kemenperin pacu hilirisasi industri CPO