Jakarta (ANTARA News) - Kendati banyak kalangan meragukan, Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang saat ini melakukan kunjungan resmi ke Indonesia, menyatakan optimismenya mengenai rencana Konferensi Perdamaian Israel-Palestina yang diprakarsai Presiden AS George W Bush bulan depan di Annapolis, Maryland, AS. "Atas dukungan banyak pihak termasuk Indonesia, saya optimistis Konferensi musim gugur itu akan berhasil," kata Presiden Abbas dalam temu wicara di Jakarta, Selasa. Temu wicara, yang dimoderatori oleh Juru Bicara Presiden Dino Patti Djalal, itu diprakarsai oleh "Dewan Indonesia tentang Urusan-Urusan Internasional (ICWA)", dengan tema "Menyongsong Negara Kedaulatan Palestina dan Perdamaian Timur Tengah." Kepala Negara Palestina, yang menggantikan mendiang Presiden Yasser Arafat itu lebih lanjut menjelaskan bahwa optimisme keberhasilan konferensi tersebut terlihat dari kesediaan negara-negara berpengaruh untuk menghadiri konferensi internasional itu. "Indonesia dan dua negara Muslim berpengaruh lainnya, yaitu Malaysia dan Turki, diundang untuk hadir dalam konferensi itu, karena kontribusi mereka sangat diharapkan, di samping negara-negara besar yang selama ini dikenal sebagai pemrakarsa proses damai Timur Tengah," katanya. Disebutkan, selain tiga negara Muslim berpengaruh, yaitu Indonesia, Malaysia dan Turki, juga turut diundang dan mereka menyatakan siap menyukseskannya itu adalah Kuartet -- AS, PBB, Uni Eropa, dan Rusia --, negara-negara anggota G-8, 12 negara Arab bersama Sekjen Liga Arab Amr Moussa, serta Norwegia selaku pemprakarsa perjanjian Oslo. Adapun, agenda utama konferensi tersebut mencakup enam masalah pokok, yaitu Negara Kedaulatan Palestina; status final Kota Jerusalem sebagai ibukota Palestina; perbatasan; pengungsi Palestina, permukiman Yahudi, keamanan; dan pembagian sumber air. Ia menjelaskan, hasil konferensi tersebut nantinya akan dibicarakan dengan semua rakyat Palestina yang kemungkinan akan diadakan suatu referendum, atau suatu pertemuan Dewan Nasional Palestina yang mengakomodasi semua faksi. Konflik Palestina-Palestina Dalam kesempatan itu, Presiden Abbas juga menjelaskan panjang lebar tentang konflik antar kelompok Palestina, terutama antara Faksi Fatah pimpinan Presiden Abbas dan faksi garis keras Hamas. Menjawab pertanyaan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Tifatul Sembiring yang mempersoalkan konflik bersenjata Fatah-Hamas sehinga melupakan musuh terbesar mereka, yaitu Israel, Presiden Abbas pun menyatakan keprihatinannya. "Sesungguhnya, saya pun merasa prihatin atas konflik tersebut, yang berporos pada kudeta Hamas terhadap pemerintahnya sendiri," ujarnya merujuk pada kudeta Hamas yang menguasai Jalur Gaza pada awal tahun ini yang kemudian menimbulkan konflik bersenjata antara Hamas-Fatah. "Kendati demikian, saya optimistis bahwa persoalan itu akan dapat diselesaikan atas bantuan dan upaya keras dari negara-negara sahabat kami termasuk Indonesia," paparnya. Presiden Abbas melakukan kunjungan resmi selama empat hari ke Indonesia, yang berakhir Selasa (23/10), menyusul kunjungannya ke Malaysia untuk misi serupa. Selama kunjungan ke Indonesia, Presiden Abbas disambut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam suatu upacara kenegaraan di Istana Merdeka, Jakarta. Seusai upacara penyambutan, kedua Kepala Negara menyaksikan penandatanganan enam Nota Persepahaman (MoU), antara lain, mengenai Kota Kembar Jakarta-Jerusalem, kerjasama pertukaran berita antara Kantor Berita Indonesia, ANTARA, dan Kantor Berita Palestina, WAFA.(*)