Debat Capres
Seharusnya debat cawapres difokuskan pada peningkatan pendidikan angkatan kerja domestik
18 Maret 2019 17:16 WIB
Cawapres nomor urut 01 Ma'ruf Amin (kiri) berbincang dengan Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno (kanan). (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/pras)
Jakarta (ANTARA) - Pengamat ekonomi dari The Indonesia Institute, M. Rifki Fadilah, menilai semestinya dua Calon Wakil Presiden (Cawapres), Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno, berfokus pada gagasan kebijakan untuk meningkatkan level pendidikan angkatan kerja Indonesia.
Menurutnya di Jakarta, Senin, peningkatan level pendidikan angkatan kerja menjadi solusi untuk memperbaiki kualitas tenaga kerja domestik saat karena banyak tenaga kerja asing yang kini menempati posisi jabatan level menengah di perusahaan-perusahaan Indonesia.
“Saat ini angkatan kerja Indonesia masih didominasi oleh lulusan Sekolah Dasar dan Menengah pertama hingga porsi 58 persen,” ujar dia.
Sayangnya, lanjutnya narasi dalam debat cawapres pada Minggu (17/3) malam lebih banyak berfokus pada jumlah tenaga kerja asing (TKA) di Indonesia. Seharusnya, menurut dia jumlah TKA bukan lagi persoalan baru yang elok untuk diperdebatkan.
Hal itu karena jumlah TKA di Indonesia sebenarnya tidak sepadan dengan jumlah TKA di negara-negara lain.
“Secara proporsional jika dibandingkan dengan negara tetangga, jumlah TKA di Indonesia memang masih rendah yakni 0,03 persen sedangkan di Malaysia yang mencapai 5,47 persen, Singapura 24,38 persen maupun Saudi Arabia mencapai 33,78 persen,” ujarnya.
Selain itu, masuknya TKA ke Indonesia merupakan konsekuensi dari kesepakatan pasar bebas integrasi ekonomi Asia Tenggara (MEA) pada 2015.
Hal yang lebih menarik menjadi persoalan, menurut Rifki adalah jabatan atau posisi yang ditempati pekerja asing kini sudah memasuki level menengah (middle management) di berbagai perusahaan. Permasalahan itu membuktikan kualitas tenaga kerja domestik masih kalah dengan kualitas TKA.
"Menurut saya, salah satu penyebab perusahaan akhirnya banyak yang menggunakan pekerja asing karena memang tenaga kerja lokal masih belum mumpuni, coba cek data angkatan kerja kita 58 persen masih didominasi lulusan SD dan SMP, Apa bisa level 'middle-management' di pegang oleh mereka," jelasnya.
Maka dari itu, perdebatan kedua cawapres pada Minggu malam kemarin belum berhasil mengangkat inti permasalahan tenaga kerja.
“Siapapun yang terpilih, Indonesia harus menyiapkan SDM lokal yang memiliki kualifikasi dan kompetensi yang memadai dan lebih baik sehingga mampu berkompetisi dengan TKA sehingga perusahaan banyak melirik pekerja lokal dibandingkan pekerja asing,” ujar dia.
Adapun menurut data Kemenaker, TKA di Indonesia tercatat 85.974 orang pada 2017, dan meningkat menjadi 95.335 orang pada 2018. Level tenaga asing tersebut adalah profesional sebanyak 30.626 orang, manajer sebanyak 21.237 orang, konsultan dan direksi sebanyak 30 .708 orang.TKA paling banyak berasal dari China (32.000), Jepang (13.897), Korea (9.686), India (6.895) dan Malaysia (4.667).
Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyelenggarakan debat capres putaran ketiga dengan tema pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan serta sosial dan budaya pada Minggu malam.
Tampil dalam debat putaran ketiga adalah Calon Wakil Presiden Nomor Urut 01 KH Ma'ruf Amin dan Cawapres Nomor Urut 02 Sandiaga Uno.Pemilihan Presiden 2019 diikuti dua pasangan calon presiden dan wakil presiden, yakni pasangan nomor urut 01 Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin serta pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
Menurutnya di Jakarta, Senin, peningkatan level pendidikan angkatan kerja menjadi solusi untuk memperbaiki kualitas tenaga kerja domestik saat karena banyak tenaga kerja asing yang kini menempati posisi jabatan level menengah di perusahaan-perusahaan Indonesia.
“Saat ini angkatan kerja Indonesia masih didominasi oleh lulusan Sekolah Dasar dan Menengah pertama hingga porsi 58 persen,” ujar dia.
Sayangnya, lanjutnya narasi dalam debat cawapres pada Minggu (17/3) malam lebih banyak berfokus pada jumlah tenaga kerja asing (TKA) di Indonesia. Seharusnya, menurut dia jumlah TKA bukan lagi persoalan baru yang elok untuk diperdebatkan.
Hal itu karena jumlah TKA di Indonesia sebenarnya tidak sepadan dengan jumlah TKA di negara-negara lain.
“Secara proporsional jika dibandingkan dengan negara tetangga, jumlah TKA di Indonesia memang masih rendah yakni 0,03 persen sedangkan di Malaysia yang mencapai 5,47 persen, Singapura 24,38 persen maupun Saudi Arabia mencapai 33,78 persen,” ujarnya.
Selain itu, masuknya TKA ke Indonesia merupakan konsekuensi dari kesepakatan pasar bebas integrasi ekonomi Asia Tenggara (MEA) pada 2015.
Hal yang lebih menarik menjadi persoalan, menurut Rifki adalah jabatan atau posisi yang ditempati pekerja asing kini sudah memasuki level menengah (middle management) di berbagai perusahaan. Permasalahan itu membuktikan kualitas tenaga kerja domestik masih kalah dengan kualitas TKA.
"Menurut saya, salah satu penyebab perusahaan akhirnya banyak yang menggunakan pekerja asing karena memang tenaga kerja lokal masih belum mumpuni, coba cek data angkatan kerja kita 58 persen masih didominasi lulusan SD dan SMP, Apa bisa level 'middle-management' di pegang oleh mereka," jelasnya.
Maka dari itu, perdebatan kedua cawapres pada Minggu malam kemarin belum berhasil mengangkat inti permasalahan tenaga kerja.
“Siapapun yang terpilih, Indonesia harus menyiapkan SDM lokal yang memiliki kualifikasi dan kompetensi yang memadai dan lebih baik sehingga mampu berkompetisi dengan TKA sehingga perusahaan banyak melirik pekerja lokal dibandingkan pekerja asing,” ujar dia.
Adapun menurut data Kemenaker, TKA di Indonesia tercatat 85.974 orang pada 2017, dan meningkat menjadi 95.335 orang pada 2018. Level tenaga asing tersebut adalah profesional sebanyak 30.626 orang, manajer sebanyak 21.237 orang, konsultan dan direksi sebanyak 30 .708 orang.TKA paling banyak berasal dari China (32.000), Jepang (13.897), Korea (9.686), India (6.895) dan Malaysia (4.667).
Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyelenggarakan debat capres putaran ketiga dengan tema pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan serta sosial dan budaya pada Minggu malam.
Tampil dalam debat putaran ketiga adalah Calon Wakil Presiden Nomor Urut 01 KH Ma'ruf Amin dan Cawapres Nomor Urut 02 Sandiaga Uno.Pemilihan Presiden 2019 diikuti dua pasangan calon presiden dan wakil presiden, yakni pasangan nomor urut 01 Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin serta pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019
Tags: