18 negara hadiri dialog kerja sama Indo-Pasifik gagasan Indonesia
18 Maret 2019 17:09 WIB
Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika (Aspasaf) Kemlu RI Desra Percaya (kiri) didampingi Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kemlu RI Siswo Pramono (kanan) menyampaikan keterangan mengenai penyelenggaraan High Level Dialogue on Indo-Pacific Cooperation di Jakarta, Senin (18/3/2019). (Kemlu RI)
Jakarta (ANTARA) - Delegasi dari 18 negara anggota Pertemuan Tingkat Tinggi Asia Timur (EAS) akan menghadiri Dialog Tingkat Tinggi tentang Kerja Sama Indo-Pasifik (High Level Dialogue on Indo-Pacific Cooperation) yang digagas Indonesia pada 20 Maret 2019 di Jakarta.
Mengangkat tema “Menuju Kawasan yang Damai, Sejahtera, dan Inklusif”, pertemuan yang rencananya akan dibuka oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla ini bersifat informal dan tertutup.
“Tujuan pertemuan ini adalah pertama, meningkatkan kerja sama dan trust building di kawasan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang mengarah pada kerja sama yang saling menguntungkan berdasarkan pada prinsip-prinsip keterbukaan, transparansi inklusif, dan penghormatan terhadap hukum internasional,” kata Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika (Aspasaf) Kementerian Luar Negeri RI Desra Percaya dalam penjelasan kepada pers di Jakarta, Senin.
Pertemuan tersebut merupakan upaya dan kontribusi konkret Indonesia untuk memperkuat mekanisme dialog dalam kerangka ASEAN untuk kerja sama yang lebih mendalam dan inklusif di ASEAN, Desra melanjutkan.
Pertemuan tingkat tinggi akan dibagi menjadi dua sesi, yakni pembahasan umum (general debate) yang akan dipimpin Menlu RI Retno Marsudi, dan masing-masing ketua delegasi dari negara yang hadir akan menyampaikan pandangan mengenai Indo-Pasifik.
Selanjutnya, pertemuan akan diikuti diskusi tematik yang terbagi dalam tiga tema khusus, yaitu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), kerja sama maritim, serta infrastruktur dan konektivitas.
Diskusi tematik tersebut diisi oleh perwakilan pemerintah seperti Menteri Koordinator bidang Kemaritiman RI Luhut Binsar Pandjaitan yang akan bicara mengenai infrastruktur dan konektivitas, juga kalangan akademisi yang memiliki keahlian dalam bidang-bidang terkait.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kemlu RI Siswo Pramono menjelaskan bahwa dialog tingkat tinggi tersebut adalah inisiatif Indonesia untuk memperkuat konsep Indo-Pasifik yang masih digodok oleh negara-negara ASEAN.
Inisiatif serupa telah dilaksanakan sebelumnya oleh Thailand pada Juni 2018, namun dalam level berbeda atau yaitu tingkat pejabat tinggi.
Inti dari dialog semacam ini adalah suatu proses yang akan mendorong membangun kepercayaan diri (confidence building) di tengah berbagai konsep yang telah berkembang mengenai Indo-Pasifik yang dikemukakan oleh AS, Australia, Jepang, India, China, dan akhir-akhir ini oleh Korea Selatan.
“Tetapi, mereka semua adalah teman-teman kita dalam lingkungan EAS. Mereka bukan orang asing jadi masih bisa sejalan,” kata Siswo.
Karena itu, sesuai dengan semangat dari konsep Indonesia dan konsep ASEAN mengenai Indo-Pasifik, dialog tingkat tinggi ini dijadikan forum yang dinamis dan informal yang memungkinkan masing-masing negara dapat menjelaskan konsep masing-masing secara terbuka.
“Tujuannya bukan untuk mempertandingkan mana yang lebih bagus atau menyatukan dalam satu konsep, tetapi untuk menjelaskan mengenai konsep Indo-Pasifik. Dan, adalah tugas Indonesia dan teman-teman ASEAN untuk menyinergikan communalities (kepentingan bersama) dari masing-masing konsep tadi,” kata Siswo.
Dialog Tingkat Tinggi tentang Kerja Sama Indo-Pasifik akan dihadiri menlu dari Australia, Brunei Darussalam, Selandia Baru, dan Indonesia sebagai tuan rumah.
China, India, Jepang, Korea Selatan, Laos, Malaysia, Singapura, dan Vietnam mengirim wakil menteri luar negeri mereka untuk hadir dalam dialog tersebut, sedangkan Kamboja, Myanmar, Thailand, dan AS mengirim pejabat setingkat direktur jenderal.
Sementara Rusia dan Filipina akan diwakili oleh duta besar masing-masing untuk ASEAN.
Baca juga: Kemenlu bahas konsep Indo-Pasific bersama ilmuwan mancanegara
Baca juga: Indonesia ajak ASEAN dan mitranya kembangkan konsep Indo-Pasifik
Baca juga: China pertanyakan konsep Indo-Pasifik ASEAN
Baca juga: Indonesia-Thailand dorong pengembangan konsep Indo-Pasifik ASEAN
Mengangkat tema “Menuju Kawasan yang Damai, Sejahtera, dan Inklusif”, pertemuan yang rencananya akan dibuka oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla ini bersifat informal dan tertutup.
“Tujuan pertemuan ini adalah pertama, meningkatkan kerja sama dan trust building di kawasan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang mengarah pada kerja sama yang saling menguntungkan berdasarkan pada prinsip-prinsip keterbukaan, transparansi inklusif, dan penghormatan terhadap hukum internasional,” kata Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika (Aspasaf) Kementerian Luar Negeri RI Desra Percaya dalam penjelasan kepada pers di Jakarta, Senin.
Pertemuan tersebut merupakan upaya dan kontribusi konkret Indonesia untuk memperkuat mekanisme dialog dalam kerangka ASEAN untuk kerja sama yang lebih mendalam dan inklusif di ASEAN, Desra melanjutkan.
Pertemuan tingkat tinggi akan dibagi menjadi dua sesi, yakni pembahasan umum (general debate) yang akan dipimpin Menlu RI Retno Marsudi, dan masing-masing ketua delegasi dari negara yang hadir akan menyampaikan pandangan mengenai Indo-Pasifik.
Selanjutnya, pertemuan akan diikuti diskusi tematik yang terbagi dalam tiga tema khusus, yaitu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), kerja sama maritim, serta infrastruktur dan konektivitas.
Diskusi tematik tersebut diisi oleh perwakilan pemerintah seperti Menteri Koordinator bidang Kemaritiman RI Luhut Binsar Pandjaitan yang akan bicara mengenai infrastruktur dan konektivitas, juga kalangan akademisi yang memiliki keahlian dalam bidang-bidang terkait.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kemlu RI Siswo Pramono menjelaskan bahwa dialog tingkat tinggi tersebut adalah inisiatif Indonesia untuk memperkuat konsep Indo-Pasifik yang masih digodok oleh negara-negara ASEAN.
Inisiatif serupa telah dilaksanakan sebelumnya oleh Thailand pada Juni 2018, namun dalam level berbeda atau yaitu tingkat pejabat tinggi.
Inti dari dialog semacam ini adalah suatu proses yang akan mendorong membangun kepercayaan diri (confidence building) di tengah berbagai konsep yang telah berkembang mengenai Indo-Pasifik yang dikemukakan oleh AS, Australia, Jepang, India, China, dan akhir-akhir ini oleh Korea Selatan.
“Tetapi, mereka semua adalah teman-teman kita dalam lingkungan EAS. Mereka bukan orang asing jadi masih bisa sejalan,” kata Siswo.
Karena itu, sesuai dengan semangat dari konsep Indonesia dan konsep ASEAN mengenai Indo-Pasifik, dialog tingkat tinggi ini dijadikan forum yang dinamis dan informal yang memungkinkan masing-masing negara dapat menjelaskan konsep masing-masing secara terbuka.
“Tujuannya bukan untuk mempertandingkan mana yang lebih bagus atau menyatukan dalam satu konsep, tetapi untuk menjelaskan mengenai konsep Indo-Pasifik. Dan, adalah tugas Indonesia dan teman-teman ASEAN untuk menyinergikan communalities (kepentingan bersama) dari masing-masing konsep tadi,” kata Siswo.
Dialog Tingkat Tinggi tentang Kerja Sama Indo-Pasifik akan dihadiri menlu dari Australia, Brunei Darussalam, Selandia Baru, dan Indonesia sebagai tuan rumah.
China, India, Jepang, Korea Selatan, Laos, Malaysia, Singapura, dan Vietnam mengirim wakil menteri luar negeri mereka untuk hadir dalam dialog tersebut, sedangkan Kamboja, Myanmar, Thailand, dan AS mengirim pejabat setingkat direktur jenderal.
Sementara Rusia dan Filipina akan diwakili oleh duta besar masing-masing untuk ASEAN.
Baca juga: Kemenlu bahas konsep Indo-Pasific bersama ilmuwan mancanegara
Baca juga: Indonesia ajak ASEAN dan mitranya kembangkan konsep Indo-Pasifik
Baca juga: China pertanyakan konsep Indo-Pasifik ASEAN
Baca juga: Indonesia-Thailand dorong pengembangan konsep Indo-Pasifik ASEAN
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Azizah Fitriyanti
Copyright © ANTARA 2019
Tags: