Menperin katakan program vokasi industri jadi landasan reformasi pendidikan SMK
18 Maret 2019 15:20 WIB
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memberi sambutan pada Peluncuran Program Pendidikan Vokasi Industri di Sukabumi, Jawa Barat, Senin. (ANTARA/ Sella Panduarsa Gareta)
Jawa Barat (ANTARA) - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menyampaikan program vokasi industri yang terhubung dan sesuai atau link and match antara SMK dan industri besutan Kementerian Perindustrian menjadi landasan reformasi pendidikan di SMK yang membuka peluang lebih besar bagi lulusannya untuk langsung terserap dunia kerja.
“Program ini diadakan karena Presiden Joko Widodo sudah tahu bahwa lulusan SMK ini banyak yang tidak terserap lapangan pekerjaan,” kata Airlangga di Sukabumi, Jawa Barat, Senin.
Menperin menyampaikan, program ini dapat dirasakan manfaatnya dalam waktu dua hingga tiga tahun ke depan, mengingat siswa membutuhkan waktu setidaknya tiga tahun untuk menempuh pendidikan.
“Link and match ini kan baru dua tahun, prosesnya tidak bisa instan. Nanti tiga tahun ke depan baru terlihat hasilnya,” jelas Airlangga.
Kementerian Perindustrian, lanjut Menperin, menargetkan penyediaan 1 juta tenaga kerja tersertifikasi sampai dengan tahun 2019, yang dilaksanakan melalui 6 program utama.
Pertama, pendidikan vokasi berbasis kompetensi menuju dual system. Selanjutnya, pembangunan Politeknik di Kawasan Industri dan Wilayah Pusat pertumbuhan Industri (WPPI). Ketiga, pengembangan program link and match antara SMK dengan Industri, hingga hari ini telah mencapai 2.604 SMK yang dimitrakan dengan 885 perusahaan industri dengan total perjanjian kerjasama sebanyak 4.971 perjanjian.
Kemudian, diklat dengan sistem 3 in 1 (Pelatihan, Sertifikasi, dan Penempatan Kerja), pada tahun 2017 sebanyak 32.000 orang dan pada tahun 2019 ditargetkan sebanyak 72.000 orang. Kelima, pembangunan infrastruktur kompetensi (SKKNI, LSP dan Sertifikasi Kompetensi). Terakhir, pembangunan pusat inovasi dan pengembangan SDM industri 4.0.
“Program ini diadakan karena Presiden Joko Widodo sudah tahu bahwa lulusan SMK ini banyak yang tidak terserap lapangan pekerjaan,” kata Airlangga di Sukabumi, Jawa Barat, Senin.
Menperin menyampaikan, program ini dapat dirasakan manfaatnya dalam waktu dua hingga tiga tahun ke depan, mengingat siswa membutuhkan waktu setidaknya tiga tahun untuk menempuh pendidikan.
“Link and match ini kan baru dua tahun, prosesnya tidak bisa instan. Nanti tiga tahun ke depan baru terlihat hasilnya,” jelas Airlangga.
Kementerian Perindustrian, lanjut Menperin, menargetkan penyediaan 1 juta tenaga kerja tersertifikasi sampai dengan tahun 2019, yang dilaksanakan melalui 6 program utama.
Pertama, pendidikan vokasi berbasis kompetensi menuju dual system. Selanjutnya, pembangunan Politeknik di Kawasan Industri dan Wilayah Pusat pertumbuhan Industri (WPPI). Ketiga, pengembangan program link and match antara SMK dengan Industri, hingga hari ini telah mencapai 2.604 SMK yang dimitrakan dengan 885 perusahaan industri dengan total perjanjian kerjasama sebanyak 4.971 perjanjian.
Kemudian, diklat dengan sistem 3 in 1 (Pelatihan, Sertifikasi, dan Penempatan Kerja), pada tahun 2017 sebanyak 32.000 orang dan pada tahun 2019 ditargetkan sebanyak 72.000 orang. Kelima, pembangunan infrastruktur kompetensi (SKKNI, LSP dan Sertifikasi Kompetensi). Terakhir, pembangunan pusat inovasi dan pengembangan SDM industri 4.0.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019
Tags: