Jakarta (ANTARA) - Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membuka peluang kolaborasi dengan berbagai pihak untuk percepatan digitalisasi karya ilmiah atau hasil penelitian.

"Kolaborasi kita harus ditingkatkan tidak hanya di level kerja sama yang sifatnya kebijakan politik dan sebagainya, tapi sampai level data," kata Pelaksana tugas Kepala PDII LIPI Hendro Subagyo dalam diskusi publik "Transformasi Perpustakaan di Era Revolusi Industri 4.0," di kantor LIPI, Jakarta, Senin.

Hendro juga menuturkan kerja sama di bidang data menjadi penting untuk mendorong pertukaran metadata sehingga dapat saling melengkapi sumber-sumber data.

Dia menuturkan hambatan terbesar dalam mendorong percepatan digitalisasi adalah infrastruktur dan sumber daya manusia.

Jika pihaknya mendapatkan 100 scanner dan 200 pegawai, maka digitalisasi karya ilmiah lima tahun atau puluhan tahun ke belakang dapat dilakukan.

Namun, pengadaan masih sulit karena terkendala dana. Untuk itu, kolaborasi dengan berbagai pihak untuk digitalisasi karya ilmiah ini harus dilakukan.

Demikian pula dengan penguatan kapasitas sumber daya manusia dalam bidang digitalisasi juga harus dilakukan untuk mempercepat proses digitalisasi.

Digitalisasi menjadi penting karena kebutuhan informasi yang diakses secara digital semakin meningkat. Jika sumber data dalam bentuk digital, maka mempermudah masyarakat mengakses data atau informasi kapanpun dan di mana pun tanpa harus pergi ke perpustakaan untuk melihat data fisik.

Digitalisasi karya ilmiah juga akan mengurangi biaya dalam pengadaan banyak ruang atau alat, sumber daya manusia dan perawatan yang lebih besar untuk menyimpan dan memelihara data secara fisik.*


Baca juga: LIPI catat 382.568 artikel sudah dalam bentuk digital

Baca juga: LIPI: Isu tenaga kerja asing tak akan dibahas mendalam dalam debat