Debat Capres
Pengamat politik sebut Ma'ruf Amin mampu imbangi Sandi
18 Maret 2019 00:12 WIB
Cawapres nomor urut 01 K.H. Ma'ruf Amin (kiri) menyaksikan Ketua KPU Arief Budiman (tengah) berjabat tangan dengan Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno (kanan) saat mengikuti Debat Capres Putaran Ketiga di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/3/2019). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/wsj.
Jakarta (ANTARA) - Pengamat politik Adi Prayitno mengatakan calon wakil presiden no urut 01 Ma'ruf Amin di luar dugaan mampu mengimbangi cawapres 02 Sandiaga Uno dalam debat cawapres putaran ketiga di Jakarta, Minggu malam.
"Ma'ruf di luar dugaan mampu mengimbangi Sandi dengan kutipan data dan capaian kerja Jokowi," kata Adi, akademisi yang berasal dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta saat dihubungi Antara di Jakarta, Minggu.
Ma'ruf Amin dalam debat tersebut lebih memperkuat dan merevitalisasi program yang sudah dilakukan pemerintahan Joko Widodo, sedangkan Sandiaga Uno lebih fokus di tema ketenagakerjaan.
Dia mengatakan Sandi mencoba menarik semua persoalan menjadi urusan serapan tenaga kerja, terutama untuk anak muda yang masih menganggur.
Sandi kerap mengutarakan pendidikan harus diarahkan sebagai upaya untuk menciptakan lapangan kerja, sehingga perlu ada kesinambungan antara kebutuhan lapangan tenaga kerja dengan sistem pendidikan di Indonesia.
Sekretaris Jenderal Labor Insitute Andy William Sinaga mengatakan hal senada, bahwa Ma'ruf berhasil menyeimbangkan Sandiaga Uno dalam isu ketenagakerjaan.
Padahal Sandiaga sudah mempunyai pengalaman sebagai pebisnis dan memiliki pendidikan di bidang bisnis ekonomi, sedangkan Ma'ruf belum pernah mengelola bisnis.
Dia mengatakan program kedua calon hampir mirip, keduanya hanya menggunakan permainan kata-kata saja.
"Tidak ada yang telampau istimewa, program disampaikan masih sebatas wacana, belum ada penjelasan bagaimana program-program tersebut dapat membumi dan terimplementasi dengan cepat dan tepat sasaran," kata Andy.
Dia mengatakan program Jokowi-Ma'ruf menyoroti tentang kartu pra-kerja di mana program tersebut memberikan stimulus bagi para pencari kerja dan korban PHK untuk meningkatkan kemampuannya melalui program vokasi dan Badan Latihan Kerja (BLK).
"Khusus BLK harus dilakukan reformasi total agar eksistensinya semakin modern dengan infrastruktur dan instruktur yang sudah terhubung dengan perkembangan teknologi," kata dia.
Dia mengatakan hal yang perlu disiapkan oleh kedua calon adalah tentang payung hukum untuk mempersiapkan tenaga kerja Indonesia yang siap pakai.
"Ada kelemahan yang saya perhatikan dalam debat mengenai sinkronisasi kebijakan antardepartemen yang masih lemah dan terkesan jalan sendiri-sendiri dalam mempersiapkan tenaga kerja yang andal. Hal tersebut perlu dipertegas," kata dia.
Pemilihan Presiden 2019 diikuti dua pasangan calon presiden dan wakil presiden, yakni pasangan nomor urut 01 Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin, serta pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno.
Baca juga: Pengamat: Debat ketiga berlangsung datar
Baca juga: TKN sebut peminat nobar Kiai Ma'ruf sama hebohnya dengan Jokowi
Baca juga: Prabowo sebut Sandi bagus
"Ma'ruf di luar dugaan mampu mengimbangi Sandi dengan kutipan data dan capaian kerja Jokowi," kata Adi, akademisi yang berasal dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta saat dihubungi Antara di Jakarta, Minggu.
Ma'ruf Amin dalam debat tersebut lebih memperkuat dan merevitalisasi program yang sudah dilakukan pemerintahan Joko Widodo, sedangkan Sandiaga Uno lebih fokus di tema ketenagakerjaan.
Dia mengatakan Sandi mencoba menarik semua persoalan menjadi urusan serapan tenaga kerja, terutama untuk anak muda yang masih menganggur.
Sandi kerap mengutarakan pendidikan harus diarahkan sebagai upaya untuk menciptakan lapangan kerja, sehingga perlu ada kesinambungan antara kebutuhan lapangan tenaga kerja dengan sistem pendidikan di Indonesia.
Sekretaris Jenderal Labor Insitute Andy William Sinaga mengatakan hal senada, bahwa Ma'ruf berhasil menyeimbangkan Sandiaga Uno dalam isu ketenagakerjaan.
Padahal Sandiaga sudah mempunyai pengalaman sebagai pebisnis dan memiliki pendidikan di bidang bisnis ekonomi, sedangkan Ma'ruf belum pernah mengelola bisnis.
Dia mengatakan program kedua calon hampir mirip, keduanya hanya menggunakan permainan kata-kata saja.
"Tidak ada yang telampau istimewa, program disampaikan masih sebatas wacana, belum ada penjelasan bagaimana program-program tersebut dapat membumi dan terimplementasi dengan cepat dan tepat sasaran," kata Andy.
Dia mengatakan program Jokowi-Ma'ruf menyoroti tentang kartu pra-kerja di mana program tersebut memberikan stimulus bagi para pencari kerja dan korban PHK untuk meningkatkan kemampuannya melalui program vokasi dan Badan Latihan Kerja (BLK).
"Khusus BLK harus dilakukan reformasi total agar eksistensinya semakin modern dengan infrastruktur dan instruktur yang sudah terhubung dengan perkembangan teknologi," kata dia.
Dia mengatakan hal yang perlu disiapkan oleh kedua calon adalah tentang payung hukum untuk mempersiapkan tenaga kerja Indonesia yang siap pakai.
"Ada kelemahan yang saya perhatikan dalam debat mengenai sinkronisasi kebijakan antardepartemen yang masih lemah dan terkesan jalan sendiri-sendiri dalam mempersiapkan tenaga kerja yang andal. Hal tersebut perlu dipertegas," kata dia.
Pemilihan Presiden 2019 diikuti dua pasangan calon presiden dan wakil presiden, yakni pasangan nomor urut 01 Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin, serta pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno.
Baca juga: Pengamat: Debat ketiga berlangsung datar
Baca juga: TKN sebut peminat nobar Kiai Ma'ruf sama hebohnya dengan Jokowi
Baca juga: Prabowo sebut Sandi bagus
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019
Tags: