Sandi: Ironis, siswa SMK mendominasi pengangguran
17 Maret 2019 21:23 WIB
Ilustrasi - Ratusan pencari kerja melihat informasi lowongan kerja pada acara Mega Career Expo 2018 yang digelar di Gedung Smesco, Jakarta, Sabtu (7/7/2018). (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)
Jakarta (ANTARA) - Calon Wakil Presiden dari nomor urut 02 Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan pihaknya sungguh ironis dengan banyaknya siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang mendominasi pengangguran.
"Sangat ironis, siswa-siswa SMK sekarang mendominasi jumlah pengangguran kita. 61 persen pengangguran kita adalah anak muda," ujar Sandi dalam debat cawapres di Jakarta, Minggu.
Dia mengatakan banyak siswa memilih SMK agar cepat mendapatkan pekerjaan, akan tetapi justru sulit mendapatkan pekerjaan.
Oleh karena itu, pihaknya merilis rumah siap kerja, yang bertujuan meningkatkan kemampuan lulusan sekolah menengah.
"Rumah siap kerja, 'one stop service', meningkatkan kemampuan mereka. 'Link and match' apa yang dibutuhkan penyedia lapangan pekerjaan dan apa yang dihasilkan pendidikan kita," kata dia.
Pihaknya juga akan memberikan insentif kepada perusahaan yang memberikan kesempatan magang bagi anak-anak muda yang datang ke rumah siap kerja.
"Mereka akan mendapatkan keterampilan yang dibutuhkan pada revolusi industri 4.0. Kemarin ada yang datang ke saya, ingin desain grafis, ada juga yang meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka," katanya.
Data BPS menunjukkan, tingkat pengangguran terbesar berasal dari masyarakat yang berpendidikan SMK dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Per Agustus 2018, pengangguran dengan tingkat pendidikan SMK 11,24 persen dan SMA mencapai 7,95 persen, sedangkan untuk pendidikan tamatan diploma dan universitas masing-masing 6,02 persen dan 5,89 persen.
"Sangat ironis, siswa-siswa SMK sekarang mendominasi jumlah pengangguran kita. 61 persen pengangguran kita adalah anak muda," ujar Sandi dalam debat cawapres di Jakarta, Minggu.
Dia mengatakan banyak siswa memilih SMK agar cepat mendapatkan pekerjaan, akan tetapi justru sulit mendapatkan pekerjaan.
Oleh karena itu, pihaknya merilis rumah siap kerja, yang bertujuan meningkatkan kemampuan lulusan sekolah menengah.
"Rumah siap kerja, 'one stop service', meningkatkan kemampuan mereka. 'Link and match' apa yang dibutuhkan penyedia lapangan pekerjaan dan apa yang dihasilkan pendidikan kita," kata dia.
Pihaknya juga akan memberikan insentif kepada perusahaan yang memberikan kesempatan magang bagi anak-anak muda yang datang ke rumah siap kerja.
"Mereka akan mendapatkan keterampilan yang dibutuhkan pada revolusi industri 4.0. Kemarin ada yang datang ke saya, ingin desain grafis, ada juga yang meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka," katanya.
Data BPS menunjukkan, tingkat pengangguran terbesar berasal dari masyarakat yang berpendidikan SMK dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Per Agustus 2018, pengangguran dengan tingkat pendidikan SMK 11,24 persen dan SMA mencapai 7,95 persen, sedangkan untuk pendidikan tamatan diploma dan universitas masing-masing 6,02 persen dan 5,89 persen.
Pewarta: Indriani
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019
Tags: