Jakarta (ANTARA) - Sutradara Indonesia Garin Nugroho berpendapat bahwa penonton akan tetap memilih bioskop untuk menyaksikan film favoritnya kendati saat ini bermunculan platform film digital yang menawarkan kemudahan untuk menyaksikan sinema.
Ia menilai bioskop akan tetap menjadi pilihan pertama masyarakat untuk menyaksikan film karena kemampuannya dalam menghadirkan gambar dan suara tidak bisa didapatkan dari ponsel, PC atau televisi.
"Tontonan bioskop dan tontonan di handphone mengalami perubahan-perubahan yang sangat dahsyat. Tapi tetap tontonan yang memiliki syarat terbaik tetap bioskop karena memiliki fokus, ruang lebar dan suara yang baik masih di bioskop," kata sutradari "Nyai" itu kepada Antara di Jakarta, Sabtu.
Garin mengatakan, terjadi perubahan besar pada industri film Indonesia dan dunia, terutama saat platform digital seperti Netflix dan Iflix muncul dan menjanjikan pengalaman yang berbeda kepada penonton yakni, menyaksikan banyak film dalam genggaman.
Kendati demikian, kata Garin, platform digital memiliki beberapa kelemahan, salah satunya adalah tidak membuat penonton fokus karena bisa dibarengi dengan kegiatan lain seperti makan.
"Kelemahannya tidak fragmentasi, tidak fokus karena nontonnya sambil makan, sambil pacaran, suaranya kecil. Tapi dia memang punya apa yang disebut sebagai ruang distribusi yang sangat beragam, itulah ciri zaman ini," jelas Garin.
"Percepatan film mengalami hal yang luar biasa. Dulu dari bioskop ke TV bisa dua tahun, sekarang jarak antara tayang di bioskop dan diputar di TV cuma dua bulan. Tapi bioskop tetap menjadi tiang utamanya," lanjutnya.
Baca juga: Cara Garin Nugroho manfaatkan gawai, rekam ide hingga tulis naskah
Baca juga: Film "Kucumbu Tubuh Indahku" Garin Nugroho segera tayang
Baca juga: Film Indonesia butuh perspektif perempuan
Keunggulan menyaksikan film di bioskop ketimbang platform digital
16 Maret 2019 15:58 WIB
Sutradara Garin Nugroho ditemui dalam acara LA Indie Movie "Your Movie Goes Digital" di Kemang, Jakarta, Sabtu (16/3/2019) (ANTARA News/Maria Cicilia Galuh)
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019
Tags: