Dhaka (ANTARA) - Bangladesh pada Kamis (14/3) menyatakan negara itu akan memindahkan puluhan ribu Muslim Rohingya dari kamp yang kelebihan penghuni ke pulau terpencil yang rentan terhadap cuaca ekstrem, meskipun rencana tersebut mengundang banyak kontroversi.

Tempat berteduh dan tembok penghalang banjir telah dibangun di Bhashan Char, pulau kecil yang berlumpur dan baru muncul di Teluk Benggala pada 2006, dengan harapan pemerintah bisa memindahkan 10.000 pengungsi Rohingya ke sana.

Bangladesh telah membicarakan pulau tersebut selama bertahun-tahun dan rencana untuk memindahkan sebagian dari hampir satu juta pengungsi yang tinggal di sepanjang perbatasan dengan Myanmar telah macet berkali-kali.

Usul untuk memindahkan pengungsi tetap tidak populer di kalangan masyarakat Rohingya dan pengeritik telah meningkatkan keprihatinan mengenai kemampuan pulau itu untuk menghadapi badai selama musim hujan, kata Kantor Berita Myanmar, MIZZIMA --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat pagi.

Tapi Mozammel Huq, pemimpin Komite Kabinet Bangladesh mengenai Hukum dan Ketenangan dan menteri senior pemerintah, mengatakan pemindahan itu akan berlangsung sebagaimana direncanakan.

"Kami berencana memulai proses tersebut bulan depan, sebab pembangunan di Bhashan Char sekarang telah selesai," katanya.

Kamal Hossain, Administratur Pemerintah di Kabupaten Cox Bazar --tempat kamp besar Rohingya berada, mengatakan mereka "sedang menyiapkan daftar pengungsi yang secara sukarela akan dipindahkan ke pulau tersebut".

Krisis baru

Pulau itu bisa dijangkau dengan naik perahu selama saut jam dari daratan terdekat dan banyak ahli mengatakan terlalu berbahaya untuk menampung pengungsi di pulau tersebut sebab pulau itu rentan terhadap banjir selama terjadinya lonjakan topan.

Ratusan ribu orang telah meninggal di Bangladesh akibat topan selama 50 tahun belakangan ini, kebanyakan di daerah pantai.

Para pejabat lokal telah merujuk ke tanggul setinggi tiga meter yang baru dibangun di sekeliling pulau tersebut, yang mereka katakan akan mencegah gempuran gelombang jika ada topan.

Tapi seorang ahli hak asasi manusia PBB pada Januari memperingatkan pemindahan pengungsi dapat memicu "krisis baru" buat masyakarat minoritas Muslim yang telah menderita.

Hug mengatakan PBB "mesti memusatkan perhatian pada kesejahteraan pengugnsi Rohingya". "Terserah Bangladesh untuk memutuskan di mana akan menempatkan pengungsi."

Kelompok bantuan telah memperingatkan pengungsi yang memenuhi kamp pengungsi terbesar di dunia di Cox's Bazar menghadapi ancaman tanah longsor, penyakit dan banjir.

Masyarakat Rohingya menyelamatkan diri dari Myanmar pada 2017 ke Bangladesh. Mereka menyelamatkan diri dari pendasan di Negara Bagian Rakhine di Myanmar.