IKFA diharapkan berikan pelatihan kewirausahaan kepada buruh migran
14 Maret 2019 21:14 WIB
Ketua umum Indonesia Korea Friendship Assosiation (IKFA) Adhi Wargono (kiri) dan Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan Umar Hadi (kanan) usai menghadiri deklarasi pengurus baru Indonesia Korea Friendship Assosiation (IKFA/ Perkumpulan Persahabatan Indonesia Korea) di Jakarta, Kamis. (14/3/2019). (FOTO ANTARA/Azis Kurmala)
Jakarta (ANTARA) - Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan, Umar Hadi mengharapkan pengurus Indonesia Korea Friendship Assosiation (IKFA/ Perkumpulan Persahabatan Indonesia Korea) dapat memberikan pelatihan kewirausahaan kepada buruh migran Indonesia di Korea Selatan.
"Kita akan kolaborasi dengan IKFA untuk membantu pemberdayaan buruh migran Indonesia di Korea Selatan. Salah satunya pelatihan kewirausahaan," ujar Umar Hadi saat menghadiri deklarasi pengurus baru Indonesia Korea Friendship Assosiation (IKFA/ Perkumpulan Persahabatan Indonesia Korea) di Jakarta, Kamis.
Pelatihan kewirausahaan, lanjut dia, bertujuan untuk mendorong buruh migran yang pulang ke Indonesia dapat menjadi pengusaha di daerah mereka masing-masing.
"Tiap tahun ada 3,000 sampai 4,000 buruh migran baru ke Korsel. Tiap tahun juga ada sekitar 3,000 yang kembali ke Indonesia karena kontraknya habis," katanya.
Selama tiga tahun bekerja di Korea Selatan, kata dia, buruh migran Indonesia dapat mengumpulkan tabungan rata-rata sebesar Rp1,5 miliar.
Dengan jumlah tabungan sebanyak itu, kata dia, diharapkan mereka dapat mendirikan usaha di daerah asal.
Meskipun demikian, menurut dia, ada beberapa buruh migran yang menghabiskan tabungannya untuk membeli rumah, mobil, tanah dan lainnya.
"Mereka tidak menyisihkan untuk membuka usaha karena tabungan mereka habis. Saya tidak mau mereka seperti itu. Saya ingin mereka pulang dari Korea Selatan bisa jadi pengusaha di Indonesia. Saya ingin mereka pulang ke Indonesia untuk menjadi agen perubahan," kata dia.
Karena itu, pelatihan kewirausahaan kepada buruh migran Indonesia harus mendapatkan dukungan dari semua pihak, demikian Umar Hadi.
Baca juga: Wapres harapkan Korsel tambah kuota TKI
Baca juga: Korea Selatan siapkan kuota 10.200 TKI formal
Baca juga: MPR berharap Korea jaga tenaga kerja Indonesia
Baca juga: Dua ribu TKI berebut gaji Rp20 juta di Korsel
"Kita akan kolaborasi dengan IKFA untuk membantu pemberdayaan buruh migran Indonesia di Korea Selatan. Salah satunya pelatihan kewirausahaan," ujar Umar Hadi saat menghadiri deklarasi pengurus baru Indonesia Korea Friendship Assosiation (IKFA/ Perkumpulan Persahabatan Indonesia Korea) di Jakarta, Kamis.
Pelatihan kewirausahaan, lanjut dia, bertujuan untuk mendorong buruh migran yang pulang ke Indonesia dapat menjadi pengusaha di daerah mereka masing-masing.
"Tiap tahun ada 3,000 sampai 4,000 buruh migran baru ke Korsel. Tiap tahun juga ada sekitar 3,000 yang kembali ke Indonesia karena kontraknya habis," katanya.
Selama tiga tahun bekerja di Korea Selatan, kata dia, buruh migran Indonesia dapat mengumpulkan tabungan rata-rata sebesar Rp1,5 miliar.
Dengan jumlah tabungan sebanyak itu, kata dia, diharapkan mereka dapat mendirikan usaha di daerah asal.
Meskipun demikian, menurut dia, ada beberapa buruh migran yang menghabiskan tabungannya untuk membeli rumah, mobil, tanah dan lainnya.
"Mereka tidak menyisihkan untuk membuka usaha karena tabungan mereka habis. Saya tidak mau mereka seperti itu. Saya ingin mereka pulang dari Korea Selatan bisa jadi pengusaha di Indonesia. Saya ingin mereka pulang ke Indonesia untuk menjadi agen perubahan," kata dia.
Karena itu, pelatihan kewirausahaan kepada buruh migran Indonesia harus mendapatkan dukungan dari semua pihak, demikian Umar Hadi.
Baca juga: Wapres harapkan Korsel tambah kuota TKI
Baca juga: Korea Selatan siapkan kuota 10.200 TKI formal
Baca juga: MPR berharap Korea jaga tenaga kerja Indonesia
Baca juga: Dua ribu TKI berebut gaji Rp20 juta di Korsel
Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: