Sosialisasikan PKH, Presiden cerita pengalaman masa kecil
14 Maret 2019 18:56 WIB
Presiden Jokowi saat acara Sosialisasi Penyaluran Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Auditorium STMIK Atma Luhur, Kecamatan Gabek, Provinsi Bangka Belitung, Kamis (14/3). (Foto: Bayu Prasetyo)
Pangkal Pinang, Babel, (ANTARA) - Presiden Joko Widodo menceritakan pengalamannya sewaktu kecil ketika tinggal di bantaran Kali Anyar Banjarsari, Kota Solo, Jawa Tengah saat sosialisasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Pangkal Pinang.
"Saya dulu, saya itu lahir di pinggir kali dan rumah saya tahun 70-an pernah digusur. Saya harus ngontrak dengan keluarga saya pindah-pindah sampai empat kali," katanya dalam sambutan acara sosialisasi Program Keluarga Harapan dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di STMIK Atma Luhur, Kecamatan Gabek, Provinsi Bangka Belitung, Kamis.
Bahkan, dirinya pernah makan telur ayam yang dibagi hingga potongan kecil-kecil.
Oleh karena itu, dengan bantuan dana yang diberikan pemerintah melalui PKH, dirinya tidak ingin ada anak-anak yang terkena gizi buruk.
Selain untuk gizi, kata dia, dana dalam PKH dapat dimanfaatkan untuk menunjang pendidikan, seperti membeli buku, sepatu sekolah, ataupun seragam sekolah.
"Jadi kita tidak ingin anak-anak kita ini kurang gizi, anak-anak kita ini 'stunting' (kekerdilan). Tahu ya 'stunting'? Yaitu kerdil, tidak boleh. Harus kita beri gizi sebanyak-banyaknya agar sehat, agar pintar, agar cerdas, agar bisa sekolah," kata dia.
Presiden mengingatkan bahwa masyarakat tidak boleh menggunakan dana PKH untuk hal-hal yang bersifat konsumtif, seperti membeli pulsa, rokok, ataupun kosmetik.
Presiden meminta masyarakat untuk memanfaatkan bantuan itu dengan memprioritaskan kepentingan bagi anak, seperti keperluan pendidikan dan pemenuhan gizi.
"Saya dulu, saya itu lahir di pinggir kali dan rumah saya tahun 70-an pernah digusur. Saya harus ngontrak dengan keluarga saya pindah-pindah sampai empat kali," katanya dalam sambutan acara sosialisasi Program Keluarga Harapan dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di STMIK Atma Luhur, Kecamatan Gabek, Provinsi Bangka Belitung, Kamis.
Bahkan, dirinya pernah makan telur ayam yang dibagi hingga potongan kecil-kecil.
Oleh karena itu, dengan bantuan dana yang diberikan pemerintah melalui PKH, dirinya tidak ingin ada anak-anak yang terkena gizi buruk.
Selain untuk gizi, kata dia, dana dalam PKH dapat dimanfaatkan untuk menunjang pendidikan, seperti membeli buku, sepatu sekolah, ataupun seragam sekolah.
"Jadi kita tidak ingin anak-anak kita ini kurang gizi, anak-anak kita ini 'stunting' (kekerdilan). Tahu ya 'stunting'? Yaitu kerdil, tidak boleh. Harus kita beri gizi sebanyak-banyaknya agar sehat, agar pintar, agar cerdas, agar bisa sekolah," kata dia.
Presiden mengingatkan bahwa masyarakat tidak boleh menggunakan dana PKH untuk hal-hal yang bersifat konsumtif, seperti membeli pulsa, rokok, ataupun kosmetik.
Presiden meminta masyarakat untuk memanfaatkan bantuan itu dengan memprioritaskan kepentingan bagi anak, seperti keperluan pendidikan dan pemenuhan gizi.
Pewarta: Bayu Prasetyo
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019
Tags: