Atas alasan ini, BKSDA Kalteng berencana bongkar perangkap buaya di Sungai Seranggas
14 Maret 2019 08:42 WIB
Seekor buaya terikat tali saat dievakuasi petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA). (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/foc).
Palangka Raya (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), berencana membongkar perangkap dan pancing buaya yang sudah sekitar satu bulan dipasang di Sungai Seranggas Desa Lempuyang Kecamatan Teluk Sampit.
"Info terakhir dari ketua RT, buaya sudah tidak pernah terlihat lagi. Rencananya minggu depan perangkap itu akan dibongkar," kata Komandan Pos Jaga BKSDA Sampit, Muriansyah di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kamis.
BKSDA Kalteng memasang perangkap berupa kerangkeng besi dan alat pancing dengan umpan bebek untuk menangkap buaya. Tindakan itu dilakukan setelah seorang warga bernama Julhaidir (41) diterkam buaya hingga tangan kirinya putus saat mandi di Sungai Seranggas.
Jumat (8/2) dini hari lalu, seekor buaya berukuran sekitar 3,5 meter berhasil ditangkap menggunakan perangkap besi yang dipasang di Sungai Serangas. Buaya itu kemudian dibawa ke Taman Wisata Bukit Tangkiling Palangka Raya.
Sabtu (23/2) sekitar pukul 21.00 WIB, seekor buaya berukuran 3,6 meter tersangkut pancing yang dipasang BKSDA. Namun pagi harinya buaya tersebut mati dan bangkainya dikubur di kompleks pemakaman di desa itu.
Masyarakat memperkirakan masih banyak buaya berkeliaran di Sungai Seranggas yang merupakan anak Sungai Mentaya. Bahkan satu malam sebelumnya, sempat ada seekor buaya tersangkut pancing namun kemudian buaya itu berhasil melepaskan diri.
Atas permintaan masyarakat, pancing dan perangkap buaya itu kembali dipasang hingga saat ini. Namun karena tidak ada lagi buaya yang tertangkap dan tidak ada buaya yang muncul, pancing dan perangkap itu segera dibongkar.
"Rencananya Sabtu atau Minggu akan kami bongkar perangkapnya. Meski begitu, kami selalu mengimbau kepada masyarakat untuk terus waspada saat beraktivitas di sungai untuk menghindari kemungkinan terjadinya serangan buaya," kata Muriansyah.
Populasi buaya di Sungai Mentaya dan anak sungainya diperkirakan masih cukup banyak. Habitatnya diperkirakan berada di kawasan Pulau Lepeh, yaitu pulau kecil tak berpenghuni yang terletak di tengah Sungai Mentaya karena warga sering melihat buaya berjemur di bantaran pulau itu.
Buaya menyasar ke perairan sekitar permukiman penduduk diduga untuk mencari makan karena kelaparan. Sumber makanan di habitatnya diduga makin sulit didapat sehingga satwa ganas itu menyebar mencari makanan hingga ke perairan permukiman penduduk.
"Info terakhir dari ketua RT, buaya sudah tidak pernah terlihat lagi. Rencananya minggu depan perangkap itu akan dibongkar," kata Komandan Pos Jaga BKSDA Sampit, Muriansyah di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kamis.
BKSDA Kalteng memasang perangkap berupa kerangkeng besi dan alat pancing dengan umpan bebek untuk menangkap buaya. Tindakan itu dilakukan setelah seorang warga bernama Julhaidir (41) diterkam buaya hingga tangan kirinya putus saat mandi di Sungai Seranggas.
Jumat (8/2) dini hari lalu, seekor buaya berukuran sekitar 3,5 meter berhasil ditangkap menggunakan perangkap besi yang dipasang di Sungai Serangas. Buaya itu kemudian dibawa ke Taman Wisata Bukit Tangkiling Palangka Raya.
Sabtu (23/2) sekitar pukul 21.00 WIB, seekor buaya berukuran 3,6 meter tersangkut pancing yang dipasang BKSDA. Namun pagi harinya buaya tersebut mati dan bangkainya dikubur di kompleks pemakaman di desa itu.
Masyarakat memperkirakan masih banyak buaya berkeliaran di Sungai Seranggas yang merupakan anak Sungai Mentaya. Bahkan satu malam sebelumnya, sempat ada seekor buaya tersangkut pancing namun kemudian buaya itu berhasil melepaskan diri.
Atas permintaan masyarakat, pancing dan perangkap buaya itu kembali dipasang hingga saat ini. Namun karena tidak ada lagi buaya yang tertangkap dan tidak ada buaya yang muncul, pancing dan perangkap itu segera dibongkar.
"Rencananya Sabtu atau Minggu akan kami bongkar perangkapnya. Meski begitu, kami selalu mengimbau kepada masyarakat untuk terus waspada saat beraktivitas di sungai untuk menghindari kemungkinan terjadinya serangan buaya," kata Muriansyah.
Populasi buaya di Sungai Mentaya dan anak sungainya diperkirakan masih cukup banyak. Habitatnya diperkirakan berada di kawasan Pulau Lepeh, yaitu pulau kecil tak berpenghuni yang terletak di tengah Sungai Mentaya karena warga sering melihat buaya berjemur di bantaran pulau itu.
Buaya menyasar ke perairan sekitar permukiman penduduk diduga untuk mencari makan karena kelaparan. Sumber makanan di habitatnya diduga makin sulit didapat sehingga satwa ganas itu menyebar mencari makanan hingga ke perairan permukiman penduduk.
Pewarta: Rendhik Andika/Norjani
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019
Tags: