Kemensos ajak TNI bersinergi dalam penanggulangan bencana
13 Maret 2019 18:38 WIB
Taruna Siaga Bencana (Tagana) menampilkan mars dan yel-yel Tagana di hadapan para peserta Kuliah Kerja Perwira Sesko AU dan Perwira SesAU di Gedung Aneka Bhakti Kementerian Sosial di Jakarta, Rabu (13/3/2019). (Foto Antara/Desi Purnamawati)
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Sosial mengajak TNI dan para relawan kemanusiaan untuk bersinergi dalam penanggulangan bencana karena wilayah Indonesia yang rawan bencana alam.
"Saya mengajak TNI dan seluruh Tagana serta para relawan kemanusiaan lainnya untuk bersinergi dan bekerjasama. Saya yakin dengan cara seperti ini kita akan mampu menghadapi situasi sesulit apapun," kata Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Rabu.
Menteri dalam sambutannya yang dibacakan Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial, Pepen Nazaruddin pada acara Kuliah Kerja Perwira Sesko AU dan Perwira SesAU mengatakan, sebelumnya Kemensos sudah menandatangani beberapa nota kesepahaman sebagai bentuk sinergi.
Ia meyontohkan seperti dengan BNPB, Basarnas, BMKG, Palang Merah Indonesia, Kementerian Desa, Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi tentang penanggulangan bencana.
Kemensos, lanjutnya, juga telah tergabung dengan Klaster Nasional Pengungsian dan Perlindungan serta Klaster Logistik dimana klaster berada di garda terdepan dalam penanggulangan bencana.
"Kerja sama yang baik ini telah memberikan dampak yang sangat positif bagi penanganan korban bencana," katanya.
Indonesia merupakan wilayah yang rawan bencana. Sepanjang 2018 terjadi beberapa kejadian bencana alam dan menimbulkan banyak korban jiwa seperti gempa bumi di Provinsi NTB, gempa bumi, likuifaksi dan tsunami di Provinsi Sulawesi Tengah, serta tsunami di Provinsi Lampung dan Banten.
Berdasarkan data BNPB selama 2018 tercatat 2.572 kejadian bencana di Indonesia. Sebanyak 4.814 orang meninggal dunia dan 10,2 juta jiwa mengungsi. Selain itu, ada 320 Ribu unit rumah rusak dan 1.999 unit fasilitas umum mengalami kerusakan.
Sebagai upaya pengurangan resiko bencana, Kementerian Sosial mengembangkan konsep Community Based Disaster Management (CBDM) yaitu pelibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana yang dikombinasikan dengan nilai-nilai kearifan lokal daerah setempat," katanya.
Kemensos mengembangkan Kampung Siaga Bencana (KSB) yang melibatkan masyarakat dalam penanggulangan bencana.
"Saya yakin bahwa kesiapan masyarakat menghadapi kondisi seperti bencana sangatlah penting karena masyarakat yang pertama dan utama menghadapi situasi kedaruratan sebelum bantuan dari luar datang," katanya.
Saat ini terdapat 37.817 personil Tagana dan 638 lokasi KSB yang tersebar di seluruh Indonesia.
Selain kekuatan personil, Kemensos juga menyiapkan bufferstock logistik berupa bantuan makanan, bantuan evakuasi dan bantuan keperluan keluarga pada Gudang Pusat, Regional, Provinsi dan Kabupaten/Kota seluruh Indonesia serta kendaraan siaga bencana berupa Mobil Dapur Umum Lapangan, Truck Serbaguna, Mobil Tangki Air, Mobil Rescue Tactical Unit (RTU), Motor Dapur Lapangan dan Motor Trail untuk mempercepat layanan kepada korban bencana.
Pada kegiatan tersebut diikuti 132 Perwira Sesko AU termasuk tujuh orang dari negara sahabat seperti Arab Saudi, Korea Selatan, India dan Singapura.
"Saya mengajak TNI dan seluruh Tagana serta para relawan kemanusiaan lainnya untuk bersinergi dan bekerjasama. Saya yakin dengan cara seperti ini kita akan mampu menghadapi situasi sesulit apapun," kata Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Rabu.
Menteri dalam sambutannya yang dibacakan Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial, Pepen Nazaruddin pada acara Kuliah Kerja Perwira Sesko AU dan Perwira SesAU mengatakan, sebelumnya Kemensos sudah menandatangani beberapa nota kesepahaman sebagai bentuk sinergi.
Ia meyontohkan seperti dengan BNPB, Basarnas, BMKG, Palang Merah Indonesia, Kementerian Desa, Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi tentang penanggulangan bencana.
Kemensos, lanjutnya, juga telah tergabung dengan Klaster Nasional Pengungsian dan Perlindungan serta Klaster Logistik dimana klaster berada di garda terdepan dalam penanggulangan bencana.
"Kerja sama yang baik ini telah memberikan dampak yang sangat positif bagi penanganan korban bencana," katanya.
Indonesia merupakan wilayah yang rawan bencana. Sepanjang 2018 terjadi beberapa kejadian bencana alam dan menimbulkan banyak korban jiwa seperti gempa bumi di Provinsi NTB, gempa bumi, likuifaksi dan tsunami di Provinsi Sulawesi Tengah, serta tsunami di Provinsi Lampung dan Banten.
Berdasarkan data BNPB selama 2018 tercatat 2.572 kejadian bencana di Indonesia. Sebanyak 4.814 orang meninggal dunia dan 10,2 juta jiwa mengungsi. Selain itu, ada 320 Ribu unit rumah rusak dan 1.999 unit fasilitas umum mengalami kerusakan.
Sebagai upaya pengurangan resiko bencana, Kementerian Sosial mengembangkan konsep Community Based Disaster Management (CBDM) yaitu pelibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana yang dikombinasikan dengan nilai-nilai kearifan lokal daerah setempat," katanya.
Kemensos mengembangkan Kampung Siaga Bencana (KSB) yang melibatkan masyarakat dalam penanggulangan bencana.
"Saya yakin bahwa kesiapan masyarakat menghadapi kondisi seperti bencana sangatlah penting karena masyarakat yang pertama dan utama menghadapi situasi kedaruratan sebelum bantuan dari luar datang," katanya.
Saat ini terdapat 37.817 personil Tagana dan 638 lokasi KSB yang tersebar di seluruh Indonesia.
Selain kekuatan personil, Kemensos juga menyiapkan bufferstock logistik berupa bantuan makanan, bantuan evakuasi dan bantuan keperluan keluarga pada Gudang Pusat, Regional, Provinsi dan Kabupaten/Kota seluruh Indonesia serta kendaraan siaga bencana berupa Mobil Dapur Umum Lapangan, Truck Serbaguna, Mobil Tangki Air, Mobil Rescue Tactical Unit (RTU), Motor Dapur Lapangan dan Motor Trail untuk mempercepat layanan kepada korban bencana.
Pada kegiatan tersebut diikuti 132 Perwira Sesko AU termasuk tujuh orang dari negara sahabat seperti Arab Saudi, Korea Selatan, India dan Singapura.
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: