Indonesia ajak Thailand kerja sama stabilkan harga karet
13 Maret 2019 14:08 WIB
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri Thailand Don Pramudwinai memberikan pernyataan pers bersama usai melakukan pertemuan bilateral di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta, Rabu (13/3/2019). (ANTARA/Yuni Arisandy)
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia mengajak Thailand dan Malaysia untuk bekerja sama dalam upaya menstabilkan harga karet yang sedang menurun.
"Indonesia, Thailand, dan Malaysia adalah tiga negara utama pengekspor karet. Untuk itu, Indonesia menekankan bahwa kita perlu memperkuat kerja sama untuk menstabilkan harga karet, karena ketiganya adalah negara yang paling terdampak bila harga global karet terus turun," ujar Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di Jakarta, Rabu.
Hal itu disampaikan oleh Menlu RI usai melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Thailand Don Pramudwinai di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri di Jakarta.
Masalah turunnya harga karet memang menjadi perhatian utama Indonesia dan Thailand, sebagai produsen karet terbesar dunia.
Untuk itu, kedua negara akan mendiskusikan berbagai upaya bersama yang dapat dilakukan untuk mencoba menstabilkan harga global karet yang dalam beberapa bulan terakhir terus menurun.
Terkait hubungan ekonomi kedua negara, nilai perdagangan bilateral Indonesia dan Thailand menunjukkan angka yang cukup baik. Pada 2018, nilai perdagangan kedua negara mencapai 17,77 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Produk ekspor utama Indonesia ke Thailand, antara lain berupa mesin, peralatan listrik, makanan, produk kertas, dan aksesoris kendaraan.
Sementara produk yang diimpor Indonesia dari Thailand didominasi kendaraan bermotor, produk metal dan baja, tekstil, serta makanan.
Baca juga: Hilirisasi karet dan sawit terganjal tumpang tindih kebijakan
"Indonesia, Thailand, dan Malaysia adalah tiga negara utama pengekspor karet. Untuk itu, Indonesia menekankan bahwa kita perlu memperkuat kerja sama untuk menstabilkan harga karet, karena ketiganya adalah negara yang paling terdampak bila harga global karet terus turun," ujar Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di Jakarta, Rabu.
Hal itu disampaikan oleh Menlu RI usai melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Thailand Don Pramudwinai di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri di Jakarta.
Masalah turunnya harga karet memang menjadi perhatian utama Indonesia dan Thailand, sebagai produsen karet terbesar dunia.
Untuk itu, kedua negara akan mendiskusikan berbagai upaya bersama yang dapat dilakukan untuk mencoba menstabilkan harga global karet yang dalam beberapa bulan terakhir terus menurun.
Terkait hubungan ekonomi kedua negara, nilai perdagangan bilateral Indonesia dan Thailand menunjukkan angka yang cukup baik. Pada 2018, nilai perdagangan kedua negara mencapai 17,77 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Produk ekspor utama Indonesia ke Thailand, antara lain berupa mesin, peralatan listrik, makanan, produk kertas, dan aksesoris kendaraan.
Sementara produk yang diimpor Indonesia dari Thailand didominasi kendaraan bermotor, produk metal dan baja, tekstil, serta makanan.
Baca juga: Hilirisasi karet dan sawit terganjal tumpang tindih kebijakan
Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019
Tags: