Jakarta (ANTARA) - Kinerja 20 badan usaha milik negara (BUMN) yang telah menjadi perusahaan terbuka disebut bisa menyaingi BUMN di negara tetangga seperti di Malaysia dan Singapura.

"Performa 20 BUMN 'listed' (Tbk) mampu menopang pertumbuhan 'revenue' (pendapatan) dan total aset yang cukup bersaing dibandingkan BUMN di Malaysia dan Singapura," kata Managing Director Lembaga Management (LM) FEB UI Toto Pranoto dalam seminar bertajuk "Prospek BUMN di Tahun Politik" di Jakarta, Rabu.

Aset BUMN pada 2018 tercatat mencapai Rp8.092 triliun, tumbuh 12,23 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp7.210 triliun.

Kinerja operasional BUMN secara agregat juga cukup memuaskan dilihat dari pertumbuhan ekuitas 2018 yang mencapai 4,16 persen di mana pada 2018 sebesar Rp2.479 triliun dan 2017 sebesar Rp2.380 triliun.

Laba BUMN 2018 mencapai Rp188 triliun, tumbuh tipis 1,08 persen dibanding 2017 sebesar Rp186 triliun. Sementara kontribusi BUMN terhadap negara pada 2018 sebesar Rp422 triliun dalam bentuk pajak, dividen dan PNBP lain tumbuh 19,21 persen dibanding 2017 sebesar Rp34 triliun.

Toto menyebut kinerja BUMN Malaysia Khazanah justru mengalami penurunan, terutama pada 2018. Penurunan kinerja itu ditengarai akibat perubahan kondisi fundamental perusahaan yang kurang baik, volatilitas pasar dan faktor perubahan regulasi.

"Pada tahun tersebut (2018) untuk pertama kalinya mencatatkan kerugian RM6,3 miliar atau sekitar 1,5 miliar dolar AS (sekitar Rp21 triliun)," katanya.

Sementara itu, kinerja BUMN Singapura Temasek sepanjang 2018 masih relatif stabil dan bisnisnya terus meningkat.

"Kunci keberhasilan yang terlihat dari Temasek antara lain dipengaruhi portofolio yang terdiversifikasi di seluruh dunia; otonomi penuh pada model manajemen holding investasi; dan sudah memiliki talent manajemen yang baik," ungkap Toto.

Baca juga: Menteri BUMN ungkap kerja nyata empat tahun terakhir

Baca juga: Festival BUMN 2019 siapkan 11.000 lowongan kerja