Padang (ANTARA News) - Keberadaan koalisi empat partai besar (PDI-P, Golkar, PAN dan PPP) dinilai pihak Partai Demokrat bukan untuk menghadang Susilo Bambang Yudhoyono dalam Pilpres 2009. "Saya kira tidak seperti itu ya, apalagi 2009 (pelaksanaan Pilres, red) masih jauh," kata Ketua Umum Partai Demokrat H Hadi Utomo kepada ANTARA News di Padang, Jumat. Hadi Utomo berada di Padang ikut bersama Wapres, H Jusuf Kalla yang melakukan silaturahmi 19-21 Oktober 2007. Karena masih jauh, tambah dia, maka Partai Demokrat kini lebih fokus pada kegiatan-kegiatan yang nuansa dan arahnya membantu menyelesaikan sisa-sisa program kerja Pemerintah Yudhoyono-Kalla. Ditanya apakah Liga Nasional akan sama seperti Pilkada DKI, dimana cagub, Adang Dorojatun dari PKS "dikeroyok" banyak partai dengan satu calon yakni, Fauzi Bowo-Priyanto, Hadi Utomo menyatakan, tidak seperti itu, karena masalah politik tidak bisa diperhitungkan secara matematik. "Di Pilkada DKI juga tidak seperti itu, karena saya yang memimpin langsung mengusung Fauzi Bowo-Priyanto, dan masalahnya tidak seperti itu, tapi memang keinginan semua partai," tegasnya. Ditanya sikap Partai Demokrat terhadap Liga Nasional, Hadi Utomo mengatakan, bisa diterjemahkan bagaimana dirinya dengan Yudhoyono dan Kalla yang akrab. Jadi soal Liga Nasional, tentu yang dilihat pemimpinnya, kalau yang ngomong itu ketua umumnya (empat partai berkoalisi, red) baru bisa dipercaya, tapi kalau orang-orang tingkat bawah bagaimana pula itu, tentu tidak mungkin, tambahnya. Selain itu, kata Hadi, dalam hubungannya dengan Kalla tidak ada masalah dan terjadi koordinasi yang sebaik-baiknya, seperti dalam silaturahmi di 10 provinsi, jalan bersama-sama. Didesak apakah Partai Demokrat setuju dengan keberadaan Liga Nasional, Hadi Utomo menyatakan, tidak bisa mengatakan setuju atau tidak. "Tapi saya harapkan mari berpolitik yang etis, sopan, cerdik dan muaranya untuk membantu masyarakat," katanya. "Kalau pagi-pagi begini (sejak awal, red), sudah ribut menghadapi masalah 2009 (Pilpres, red), kapan baiknya. Apa kita ini hidup dari Pilkada ke Pilkada atau Pilpres ke Pilpres, ya tidak lah," tambah Hadi Utomo.(*)