Masyarakat Pulau Moyo NTB sulit kembangkan perekonomian karena listrik
12 Maret 2019 22:36 WIB
Beberapa ekor sapi berkeliaran di area PLTD Pulau Moyo milik PT PLN yang dioperasikan untuk memenuhi kebutuhan listrik hanya pada malam hari untuk warga dua desa di Pulau Moyo, Kecamatan Badas, Kabupaten Sumbawa, NTB. (Foto ANTARA/Awaludin)
Mataram (ANTARA) - Masyarakat Pulau Moyo, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, sulit mengembangkan perekonomian karena pasokan listrik dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang tidak ada pada siang hari.
Kepala Desa Labuhan Aji, Pulau Moyo, Suhardi, di Pulau Moyo, Selasa, mengatakan PLN sudah membangun pembangkit listrik tenaga diesel, namun kapasitasnya relatif kecil dan hanya beroperasi pada malam hari saja dan terbatas.
"Pembangkit listrik itu menyala dari pukul 18.00 hingga 06.00 WITA. Setelah itu padam total pada siang hari," katanya usai mengikuti sosialisasi tentang rupiah dan penyerahan bantuan dari Bank Indonesia dan TNI Angkatan Laut yang melaksanakan Ekspedisi Laskar Nusa 2019.
Menurut dia, warganya sangat membutuhkan listrik pada siang hari, terutama yang memiliki usaha rumah penginapan (home stay) dan warung makan.
Seluruh rumah penginapan menggunakan genset agar wisatawan yang menginap bisa menikmati listrik pada siang hari.
Suhardi menyebutkan jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Pulau Moyo rata-rata 1.000 orang per tahun. Mereka berasal dari berbagai negara, bahkan sejumlah orang terkenal sudah berkunjung.
Beberapa orang terkenal yang pernah ke Pulau Moyo, di antaranya pemain bola Edwin Vander Sar, pemain tenis Maria Sharapova, MC Jagger, dan Putri Diana. Beberapa artis nasional juga pernah berwisata, seperti Marshanda, dan Nikita Willy.
"Orang-orang terkenal dari luar negeri itu menginap di Hotel Amanwana, dan menikmati air terjun Mata Jitu, dan diving dan snorkling karena keindahan bawah laut Pulau Moyo tidak kalah dengan Bunaken," ujarnya.
Selain listrik, masyarakat di desanya juga masih kesulitan mengakses jaringan telekomunikasi. Sinyal telepon seluler yang ada di Pulau Moyo, hanya dari PT Telkomsel, namun jangkauannya terbatas.
Masyarakat Desa Sebotok yang bertetangga dengan Desa Labuhan Aji, juga belum bisa menikmati sinyal telekomunikasi hingga saat ini.
"Hanya Desa Labuhan Aji bagian Barat yang bisa mendapatkan sinyal telepon seluler Telkomsel, kalau bagian timur, kosong sama sekali," ucap Suhardi.
Suhardi mengaku sudah sering menyuarakan kondisi infrastruktur di daerahnya kepada Pemerintah Kabupaten Sumbawa, Pemerintah Provinsi NTB, dan pemerintah pusat.
Syamsudin, warga Desa Labuhan Aji, juga berharap kepada pemerintah agar memperhatikan kondisi di desanya, terutama masalah listrik yang tidak bisa dinikmati pada siang hari. "PLN buat pembangkit listrik yang besar, warga siap membeli listrik yang penting bisa menyala pada siang hari," tutur pria kelahiran 1952 itu.
Hal senada juga disampaikan Ahmadin. Pria yang menjadi Ketua Organisasi Ojek di Pulau Moyo tersebut mengaku sudah menyampaikan kondisi infrastruktur dasar di desanya secara langsung kepada Gubernur NTB H Zulkieflimansyah, dan beberapa orang Menteri Kabinet Kerja yang pernah berkunjung ke Pulau Moyo.
Selain infrastruktur, warga Pulau Moyo juga belum bisa mengakses layanan industri keuangan, khususnya perbankan. Mereka harus ke ibu kota Sumbawa Besar dengan jarak tempuh lebih dari empat jam jika ingin melakukan transaksi keuangan. ***1***
Kepala Desa Labuhan Aji, Pulau Moyo, Suhardi, di Pulau Moyo, Selasa, mengatakan PLN sudah membangun pembangkit listrik tenaga diesel, namun kapasitasnya relatif kecil dan hanya beroperasi pada malam hari saja dan terbatas.
"Pembangkit listrik itu menyala dari pukul 18.00 hingga 06.00 WITA. Setelah itu padam total pada siang hari," katanya usai mengikuti sosialisasi tentang rupiah dan penyerahan bantuan dari Bank Indonesia dan TNI Angkatan Laut yang melaksanakan Ekspedisi Laskar Nusa 2019.
Menurut dia, warganya sangat membutuhkan listrik pada siang hari, terutama yang memiliki usaha rumah penginapan (home stay) dan warung makan.
Seluruh rumah penginapan menggunakan genset agar wisatawan yang menginap bisa menikmati listrik pada siang hari.
Suhardi menyebutkan jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Pulau Moyo rata-rata 1.000 orang per tahun. Mereka berasal dari berbagai negara, bahkan sejumlah orang terkenal sudah berkunjung.
Beberapa orang terkenal yang pernah ke Pulau Moyo, di antaranya pemain bola Edwin Vander Sar, pemain tenis Maria Sharapova, MC Jagger, dan Putri Diana. Beberapa artis nasional juga pernah berwisata, seperti Marshanda, dan Nikita Willy.
"Orang-orang terkenal dari luar negeri itu menginap di Hotel Amanwana, dan menikmati air terjun Mata Jitu, dan diving dan snorkling karena keindahan bawah laut Pulau Moyo tidak kalah dengan Bunaken," ujarnya.
Selain listrik, masyarakat di desanya juga masih kesulitan mengakses jaringan telekomunikasi. Sinyal telepon seluler yang ada di Pulau Moyo, hanya dari PT Telkomsel, namun jangkauannya terbatas.
Masyarakat Desa Sebotok yang bertetangga dengan Desa Labuhan Aji, juga belum bisa menikmati sinyal telekomunikasi hingga saat ini.
"Hanya Desa Labuhan Aji bagian Barat yang bisa mendapatkan sinyal telepon seluler Telkomsel, kalau bagian timur, kosong sama sekali," ucap Suhardi.
Suhardi mengaku sudah sering menyuarakan kondisi infrastruktur di daerahnya kepada Pemerintah Kabupaten Sumbawa, Pemerintah Provinsi NTB, dan pemerintah pusat.
Syamsudin, warga Desa Labuhan Aji, juga berharap kepada pemerintah agar memperhatikan kondisi di desanya, terutama masalah listrik yang tidak bisa dinikmati pada siang hari. "PLN buat pembangkit listrik yang besar, warga siap membeli listrik yang penting bisa menyala pada siang hari," tutur pria kelahiran 1952 itu.
Hal senada juga disampaikan Ahmadin. Pria yang menjadi Ketua Organisasi Ojek di Pulau Moyo tersebut mengaku sudah menyampaikan kondisi infrastruktur dasar di desanya secara langsung kepada Gubernur NTB H Zulkieflimansyah, dan beberapa orang Menteri Kabinet Kerja yang pernah berkunjung ke Pulau Moyo.
Selain infrastruktur, warga Pulau Moyo juga belum bisa mengakses layanan industri keuangan, khususnya perbankan. Mereka harus ke ibu kota Sumbawa Besar dengan jarak tempuh lebih dari empat jam jika ingin melakukan transaksi keuangan. ***1***
Pewarta: Awaludin
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2019
Tags: