Darmin sebut tiga kebijakan untuk atasi kelesuan ekspor
12 Maret 2019 21:31 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution saat memberikan sambutan dalam acara Rapat Kerja Kementerian Perdagangan 2019 di Jakarta, Selasa (12/3/2019) (Humas Kemenko Perekonomian)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memastikan adanya tiga kebijakan yang telah dirumuskan pemerintah untuk mendorong peningkatan ekspor yang mengalami kelesuan akibat berkurangnya permintaan.
Darmin dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Selasa, menyatakan kebijakan pertama adalah mendorong komoditas unggulan yang berorientasi ekspor yang terkait dengan revolusi industri 4.0 maupun non revolusi industri 4.0.
Industri yang terkait revolusi industri 4.0 adalah industri makanan dan minuman, tekstil dan produk tekstil, elektronika, otomotif dan kimia. Sedangkan, sektor non revolusi industri 4.0 adalah industri perikanan, permesinan umum dan lainnya seperti kayu, karet dan furniture.
Kemudian, kebijakan kedua, melakukan simplifikasi prosedural untuk menekan biaya dan waktu dengan mengurangi komoditas yang wajib menyertakan Laporan Surveyor, mengurangi Lartas ekspor lainnya dan memfasilitasi penerbitan surat keterangan asal serta efisiensi logistik.
Kebijakan ketiga, melakukan diplomasi ekonomi terkait pengenaan tarif preferensi perdagangan bebas maupun penyelesaian sengketa dagang dan meningkatkan akses di pasar non tradisional serta memperkuat intelijen pasar di luar negeri.
Upaya mitigasi ini dalam jangka panjang telah didukung oleh pembenahan sistem perizinan terpadu untuk mendorong masuknya investasi berbasis ekspor maupun subtitusi impor, membangun sarana infrastruktur maupun membenahi kualitas sumber daya manusia.
"Kami akan terus melakukan langkah-langkah strategis untuk mendorong ekspor, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa dinamika perekonomian global memberikan dampak kepada perekonomian Indonesia," kata Darmin dalam acara Rapat Kerja Kementerian Perdagangan 2019.
Ia mengharapkan berbagai stimulus tersebut dapat mengatasi persoalan neraca perdagangan yang selama 2018 mengalami defisit 7,13 miliar dolar AS, meski dalam dua tahun sebelumnya tercatat surplus.
Darmin dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Selasa, menyatakan kebijakan pertama adalah mendorong komoditas unggulan yang berorientasi ekspor yang terkait dengan revolusi industri 4.0 maupun non revolusi industri 4.0.
Industri yang terkait revolusi industri 4.0 adalah industri makanan dan minuman, tekstil dan produk tekstil, elektronika, otomotif dan kimia. Sedangkan, sektor non revolusi industri 4.0 adalah industri perikanan, permesinan umum dan lainnya seperti kayu, karet dan furniture.
Kemudian, kebijakan kedua, melakukan simplifikasi prosedural untuk menekan biaya dan waktu dengan mengurangi komoditas yang wajib menyertakan Laporan Surveyor, mengurangi Lartas ekspor lainnya dan memfasilitasi penerbitan surat keterangan asal serta efisiensi logistik.
Kebijakan ketiga, melakukan diplomasi ekonomi terkait pengenaan tarif preferensi perdagangan bebas maupun penyelesaian sengketa dagang dan meningkatkan akses di pasar non tradisional serta memperkuat intelijen pasar di luar negeri.
Upaya mitigasi ini dalam jangka panjang telah didukung oleh pembenahan sistem perizinan terpadu untuk mendorong masuknya investasi berbasis ekspor maupun subtitusi impor, membangun sarana infrastruktur maupun membenahi kualitas sumber daya manusia.
"Kami akan terus melakukan langkah-langkah strategis untuk mendorong ekspor, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa dinamika perekonomian global memberikan dampak kepada perekonomian Indonesia," kata Darmin dalam acara Rapat Kerja Kementerian Perdagangan 2019.
Ia mengharapkan berbagai stimulus tersebut dapat mengatasi persoalan neraca perdagangan yang selama 2018 mengalami defisit 7,13 miliar dolar AS, meski dalam dua tahun sebelumnya tercatat surplus.
Pewarta: Satyagraha
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019
Tags: