Meulaboh, Aceh (ANTARA) - Pedagang ikan kayu atau "keumamah" di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh mulai mengembangkan usaha pengolahan pakan ternak dari bahan baku limbah ikan sebagai bisnis tambahan usahanya itu.

"Kalau dulu limbahnya saya buang, setelah saya pahami bahwa limbah ikan bisa diolah jadi pakan, saat ini tidak ada lagi yang terbuang sia - sia," kata pedagang ikan kayu Desa Ujong Kalak, Kecamatan Johan Pahlawan, Ridwan, di Meulaboh, Selasa.

Ia selama ini fokus memproduksi ikan kayu dari bahan baku ikan komoditas tongkol, direbus dan dikeringkan, kemudian limbahnya dibuang karena belum mengetahui ada nilai jual apabila diolah menjadi pakan ternak seperti saat ini.

Ridwan, berkata, bahan baku limbah ikan yang sudah kering diolah menjadi halus dengan mesin penggiling, kemudian dipisahkan untuk dua kriteria halus dan kasar, karena keduanya memiliki nilai jual yang berbeda.

Meski pun harga jual pakan yang produksi dalam usaha skala rumah tangga tersebut hanya Rp5.000/ kg sampai dengan Rp7.000/ kg, namun ia mampu memproduksi pakan dengan jumlah 1 ton sampai dengan 1,5 ton per bulan.

"Yang paling halus itu dapat dipakai untuk pakan ternak seperti lele dan ikan rawa lainnya, sementara yang sedikit kasar kebanyakan dipakai untuk pemberian pakan unggas seperi ayam dan bebek, tapi usaha utama saya ikan keumamah," imbuhnya.

Lebih lanjut disampaikan, usaha tersebut baru dikerjakan hampir dua tahun terakhir, kendala utama dalam memproduksi pakan dari limbah yakni keterbatasan bahan baku dan modal untuk mengebangkan usaha agar dapat bersaing dipasar tingkat nasional.

Ridwan, mengaku hanya memiliki modal terbatas sehingga industri skala rumah tangganya sekarang hanya mampu berproduksi 1 ton sampai dengan 1,5 ton pakan per bulan dengan bangsa pasar masih di daerah.

Beberapa daerah yang menjadi sasaran pasar pakan diproduksi dari Meulaboh tersebut seperti Aceh Barat, Banda Aceh dan beberapa kabupaten tetangga, selain itu banyak pedagang dari luar daerah juga menjemput langsung pembelian ke tempatnya.

"Pasarnya masih lokal, belum mampu saya untuk lebih jauh karena terbatas modal dan produksi pakan pun masih terbatas. Sambil memproduksi ikan kayu, bisa mengolah pakan itu satu usaha tambahan yang luar biasa buat saya," pungkasnya.