Jakarta (ANTARA) - Pengamat penerbangan Arista Atmadjati menyoroti adanya kesamaan dugaan penyebab kecelakaan Ethiophian Airlines ET 302 pada Minggu (10/3) dan Lion Air JT 610 pada 19 Oktober 2018 di mana keduanya menggunakan jenis pesawat yang sama Boeing 737 Max 8.

“Kejadiannya hampir sama, pesawat baru dipakai empat bulan oleh Ethiophian Airlines dan Lion Air setelah dua bulan. Dugaan penyebabnya pun sama karena masalah teknis dari Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver (MCAS),” kata Arista kepada Antara di Jakarta, Senin.

Lebih lanjut Arista menjelaskan MCAS ini merupakan sistem yang di dalamnya terdapat “angle of attack” atau pengaturan agar pesawat terhindar dari kehilangan daya angkat atau “stall”.

Arista mengatakan seharusnya Boeing melakukan penarikan (recall) seluruh unit Boeing 737 Max 8 untuk dicek kembali, terutama masalah teknisnya serta bila perlu penggantian suku cadang.

Namun, dia menambahkan, penarikan pesawat ini belum pernah terjadi, sehingga sebaiknya Boeing memberlakukan pembekuan terlebih dahulu (grounded) terhadap pesawat-pesawatnya untuk diperiksa secara teknis.

“Kalau mobil misalnya Toyota bisa di-recall, tapi kalau pesawat belum pernah terjadi, pernah waktu itu di-grounded pesawat Dreamliner 787 karena ada masalah aki,” katanya.

Masalah lainnya yang Ia soroti, yaitu keterlambatan Boeing untuk menerbitkan buku manual pesawat Boeinf 737 Max 8.

“Manual kemarin sempat telat, untuk penanganan kerusakan baru dikeluarkan dan dikirim. Seharusnya buku manual itu dikirim bersama pesawatnya, sehingga pilot ketika training sudah siap,” katanya.

Ethiopian Airlines ET-AVJ jatuh dalam penerbangan ke Nairobi dan mengakibatkan sebanyak 157 orang di dalamnya tewas pada Minggu (10/3).

Pesawat ET-AVJ diketahui berjenis Boeing 737 MAX 8 atau sama dengan pesawat Lion Air PK-LQP yang jatuh di Laut Jawa dan menewaskan 189 orang di dalamnya.

Baca juga: WNI korban kecelakaan Ethiopian Airlines bekerja untuk PBB
Baca juga: KBRI Addis Ababa: WNI jadi korban kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines