Pesawat Ethiopian Airlines menuju Nairobi jatuh, 157 orang tewas
10 Maret 2019 19:55 WIB
Kapten perempuan pertama Ethiophian Airlines Amsale Gualu bersiap untuk lepas landas di Bandara Internasional Bole di ibukota Addis Ababa, Kamis (19/11). Pada hari Kamis, untuk pertama kalinya Ethiopia Airlines menugaskan perempuan di semua aspek penerbangan. Setiap aspek perjalanan ditangani oleh perempuan, dari kru darat, perawatan pesawat hingga ke pengendali lalu lintas udara. Gualu dan ko-pilotnya bertugas untuk terbang ke Bangkok, Thailand, bersama dengan kru dan penumpangnya. (REUTERS/Tiksa Negeri )
Nairobi (ANTARA) - Sebuah pesawat Boeing 737 milik Ethiopian Airlines jatuh pada Minggu dini hari dalam perjalanan menuju Nairobi dengan membawa 147 penumpang dan delapan awak di dalamnya, kata maskapai tersebut.
Tidak ada orang yang selamat dalam peristiwa itu, menurut stasiun penyiaran kelolaan negara Ethiopia.
Pesawat nahas tersebut tinggal landas dari Bandara Bole di Addis Ababa pada pukul 08.38 waktu setempat dan kemudian hilang kontak dengan menara pengendali bandar udara hanya beberapa menit kemudian, yaitu pukul 08.44, demikian Reuters melaporkan,
"Tidak ada yang selamat dalam penerbangan pesawat itu, yang mengangkut para penumpang dari 33 negara," menurut laporan Ethiopian Broadcasting Corporation, yang mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya di perusahaan penerbangan Ethiopian Airlines.
Pesawat dengan nomor penerbangan ET 302 itu jatuh di Kota Bishoftu, yang berada 62 kilometer di tenggara Ibu Kota Ethiopia Addis Ababa, kata Ethiopian Airlines.
"Operasi pencarian dan penyelamatan sedang berlangsung dan kami belum mendapatkan informasi soal penyintas atau kemungkinan korban," kata maskapai dalam pernyataan.
Ethiopian Airlines menambahkan bahwa pesawatnya yang jatuh berjenis Boeing 737-800 MAX dengan nomor pencatatan ET-AVJ.
Namun, nomor model itu tidak tercatat keberadaannya dan berbagai laman penerbangan kemudian menyebut pesawat itu sebagai jenis 737 Max 8 baru.
737 Max 8 itu sama dengan pesawat yang jatuh di Indonesia pada Oktober 2018 dan menewaskan 189 orang.
Laman pelacak penerbangan Flightradar24 mengatakan di Twitter bahwa pesawat ET 302 terbang dengan kecepatan vertikal yang tak stabil setelah tinggal landas.
Di bandar udara Nairobi, banyak penumpang menunggu di ruang gerbang keberangkatan tanpa mendapat informasi dari pihak maskapai penerbangan.
"Kami menunggu ibu. Kami hanya bisa berharap bahwa beliau mengambil penerbangan lain atau penerbangannya ditunda. Beliau tidak mengangkat telepon," kata Wendy Otieno, sambil menangis dan memegang teleponnya erat-erat.
Robert Mudanta (46 tahun) sedang menunggu kedatangan saudara iparnya dari Kanada.
"Belum, kami belum melihat siapa pun dari pihak maskapai penerbangan atau bandara," katanya kepada Reuters pada pukul 13.00, lebih dari tiga jam setelah penerbangan ET 302 hilang.
"Belum ada yang memberi kami kabar apa pun, kami hanya berdiri di sini sambil mengharapkan yang terbaik."
Kantor Perdana Menteri Ethiopia telah menyampaikan ucapan duka cita melalui Twitter kepada keluarga para korban kecelakaan ET 302.
Pada 29 Oktober 2018, sebuah pesawat jenis Boeing 737 Max 8 milik Lion Air jatuh di Laut Jawa, tak lama setelah lepas landas dari Jakarta. Kecelakaan itu menewaskan seluruh 189 orang di dalam pesawat.
Ethiopian Airlines merupakan salah satu maskapai penerbangan terbesar di kawasan dalam hal jumlah armadanya.
Baca juga: Kopilot bajak pesawat Ethiopia, serahkan diri ke polisi Swiss
Maskapai milik negara itu mengatakan bahwa pihaknya memperkirakan mengangkut 10,6 juta penumpang sepanjang tahun lalu.
Kecelakaan besar terakhir yang dialami perusahaan itu terjadi pada Januari 2010, yaitu ketika penerbangan dari Beirut jatuh tak lama setelah tinggal landas.
Redaktur: Tia Mutiasari
Tidak ada orang yang selamat dalam peristiwa itu, menurut stasiun penyiaran kelolaan negara Ethiopia.
Pesawat nahas tersebut tinggal landas dari Bandara Bole di Addis Ababa pada pukul 08.38 waktu setempat dan kemudian hilang kontak dengan menara pengendali bandar udara hanya beberapa menit kemudian, yaitu pukul 08.44, demikian Reuters melaporkan,
"Tidak ada yang selamat dalam penerbangan pesawat itu, yang mengangkut para penumpang dari 33 negara," menurut laporan Ethiopian Broadcasting Corporation, yang mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya di perusahaan penerbangan Ethiopian Airlines.
Pesawat dengan nomor penerbangan ET 302 itu jatuh di Kota Bishoftu, yang berada 62 kilometer di tenggara Ibu Kota Ethiopia Addis Ababa, kata Ethiopian Airlines.
"Operasi pencarian dan penyelamatan sedang berlangsung dan kami belum mendapatkan informasi soal penyintas atau kemungkinan korban," kata maskapai dalam pernyataan.
Ethiopian Airlines menambahkan bahwa pesawatnya yang jatuh berjenis Boeing 737-800 MAX dengan nomor pencatatan ET-AVJ.
Namun, nomor model itu tidak tercatat keberadaannya dan berbagai laman penerbangan kemudian menyebut pesawat itu sebagai jenis 737 Max 8 baru.
737 Max 8 itu sama dengan pesawat yang jatuh di Indonesia pada Oktober 2018 dan menewaskan 189 orang.
Laman pelacak penerbangan Flightradar24 mengatakan di Twitter bahwa pesawat ET 302 terbang dengan kecepatan vertikal yang tak stabil setelah tinggal landas.
Di bandar udara Nairobi, banyak penumpang menunggu di ruang gerbang keberangkatan tanpa mendapat informasi dari pihak maskapai penerbangan.
"Kami menunggu ibu. Kami hanya bisa berharap bahwa beliau mengambil penerbangan lain atau penerbangannya ditunda. Beliau tidak mengangkat telepon," kata Wendy Otieno, sambil menangis dan memegang teleponnya erat-erat.
Robert Mudanta (46 tahun) sedang menunggu kedatangan saudara iparnya dari Kanada.
"Belum, kami belum melihat siapa pun dari pihak maskapai penerbangan atau bandara," katanya kepada Reuters pada pukul 13.00, lebih dari tiga jam setelah penerbangan ET 302 hilang.
"Belum ada yang memberi kami kabar apa pun, kami hanya berdiri di sini sambil mengharapkan yang terbaik."
Kantor Perdana Menteri Ethiopia telah menyampaikan ucapan duka cita melalui Twitter kepada keluarga para korban kecelakaan ET 302.
Pada 29 Oktober 2018, sebuah pesawat jenis Boeing 737 Max 8 milik Lion Air jatuh di Laut Jawa, tak lama setelah lepas landas dari Jakarta. Kecelakaan itu menewaskan seluruh 189 orang di dalam pesawat.
Ethiopian Airlines merupakan salah satu maskapai penerbangan terbesar di kawasan dalam hal jumlah armadanya.
Baca juga: Kopilot bajak pesawat Ethiopia, serahkan diri ke polisi Swiss
Maskapai milik negara itu mengatakan bahwa pihaknya memperkirakan mengangkut 10,6 juta penumpang sepanjang tahun lalu.
Kecelakaan besar terakhir yang dialami perusahaan itu terjadi pada Januari 2010, yaitu ketika penerbangan dari Beirut jatuh tak lama setelah tinggal landas.
Redaktur: Tia Mutiasari
Pewarta: Antara
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019
Tags: