Peshawar, Pakistan (ANTARA) - Kepolisian Pakistan pada Jumat mengenali identitas tersangka pembunuh seorang pegiat hak asasi yang sudah tujuh tahun mencari keadilan untuk lima korban tindakan yang disebut "pembunuhan demi martabat", yaitu keponakan laki-lakinya.

Mohammed Afzal (31), yang juga dikenal sebagai Afzal Kohistani, ditembak mati pada Rabu di distrik Abbotabad di wilayah barat-laut Pakistan, kata kepala polisi Abbas Majeed.

"Kami telah menangkap tersangka dari tempat kejadian dan menemukan pistol pada diri tersangka," katanya.

Tersangka dikenal sebagai keponakan laki-laki dari korban.

Tersangka tidak bisa dimintai keterangan dan polisi tidak menjelaskan dugaan keterlibatannya.

Polisi mencatat laporan kasusnya dengan tuduhan pembunuhan, kata Majeed.

Lebih dari seribu perempuan di Pakistan tewas setiap tahun dalam kasus "pembunuhan demi martabat".

Peristiwa tersebut biasanya terjadi karena gadis-gadis menolak dinikahkan atau memilih sendiri calon suaminya. Perempuan juga bisa dibunuh karena bercakap-cakap dengan pria, memakai jeans atau lari dari rumah.

Kebanyakan mereka dibunuh atas perintah dewan keturunan laki-laki yang disebut "jirga", yang juga menjatuhkan hukuman terhadap perkosaan dan mutilasi.

Afzal menjadi berita utama pada 2012 dengan menuduh dewan kesukuan telah memerintahkan pembunuhan terhadap empat perempuan dan dua saudara laki-lakinya setelah sebuah video beredar yang memperlihatkan kelompok itu sedang menyanyi dan bertepuk tangan di kawasan terpencil Pallas Valley di provinsi Khyber Pakhtunkhwa.

Gadis kelima, yang berumur 12 tahun, dibunuh karena berbicara dengan saudarinya setelah hukuman dilaksanakan, katanya.

Senyampang kasusnya digelar di pengadilan pada 2013, tiga saudara Afzal, termasuk dua yang ada di dalam video itu, juga dibunuh. Tanah milik keluarga mereka disita dan rumah mereka dibakar habis.

Baca juga: Pakistan-India pulihkan layanan kereta
Baca juga: Pakistan akan ajukan keluhan kepada PBB terhadap India atas pengeboman hutan

Kejadian yang menimpa lima perempuan itu masih terselubung. Dua dari tiga penyelidik pada saat itu menyimpulkan setelah penyelidikan yang terburu-buru, bahwa mereka masih hidup dan kasusnya ditanggalkan.

Namun seorang saksi mengatakan kepada Reuters pada 2013, bahwa para perempuan itu sudah dibunuh.

Mereka tidak pernah disidangkan dan meskipun penyelidik telah mengambil foto dan sidik jari mereka, tapi tidak pernah dibandingkan dengan kartu penduduk mereka.

Pembunuhan Afzal menimbulkan kegemparan kelompok daring Pakistan --yang meskipun kecil namun bersuara lantang. Seorang anggota parlemen dari kelompok oposisi Sherry Rahman mengatakan ia akan mengangkat kasus kematian Afzal ke parlemen.


Pewarta: Maria D. Andriana